TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Jurnalisme humanis

Internet, lalu media sosial, telah menciptakan perubahan besar dalam industri media, termasuk menginterupsi cara penyampaian dan distribusi konten yang kemudian dimonetisasi. Menurut para pendukung AI, perubahan di masa depan akan lebih mendasar.

Editorial Board (The Jakarta Post)
Jakarta
Thu, April 25, 2024

Share This Article

Change Size

Jurnalisme humanis The front page of 'The Jakarta Post' newspaper shows Defense Minister Prabowo Subianto (left) and Surakarta Mayor and President Joko “Jokowi“ Widodo's eldest son Gibran Rakabuming Raka at a book store a day after the country’s presidential and legislative elections in Jakarta on Feb. 15, 2024. (AFP/Yasuyoshi Chiba )
Read in English

Saat The Jakarta Post merayakan hari jadinya yang ke-41 hari ini, jurnalisme mungkin sedang berada di puncak titik revolusionernya.

Internet dan kemudian media sosial bisa jadi telah menciptakan perubahan besar dalam industri media. Mereka menggunakan metode penyampaian dan distribusi konten yang berbeda, dan berhasil menarik keuntungan finansial dengan melakukan hal itu. Istilahnya, media yang dimonetisasi.

Namun jika kita percaya pada para pendukung kecerdasan buatan, alias artificial intelligence  (AI), perubahan yang akan terjadi di masa mendatang adalah perubahan yang akan lebih mendasar.

Bahkan, AI, khususnya AI generatif, berpotensi mengubah sifat jurnalisme itu sendiri. AI generatif adalah kecerdasan buatan yang bisa menciptakan konten dari kumpulan materi yang sudah pernah ada di dunia maya.

Kaum yang optimistis telah membicarakan mesin yang menggantikan tugas jurnalis dalam melakukan tugas-tugas dasar mereka, terutama mesin yang didukung oleh AI generatif. Misalnya mesin yang mengumpulkan informasi hingga menerbitkan berita, baik berupa audio, video, atau teks.

Dan masa depan yang kita bicarakan sekarang ini tidaklah terlalu jauh di depan.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Raksasa mesin pencari Google telah mengembangkan alat bernama Genesis. Dengan perangkat ini, penerbit dapat melakukan proses pengumpulan berita, menggabungkan materi dari PDF, transkrip, sumber audio, dan video, memanfaatkan teknologi AI. Perangkat tersebut akan membantu penerbit mengerjakan hal-hal seperti analisis, menulis ringkasan, atau mengubah teks menjadi skrip dan audio. Alat tersebut telah lolos uji dari sejumlah penerbit.  

Beberapa penerbit, seperti JP Politikens di Denmark, telah membangun jaringan AI mereka sendiri agar bertransisi menjadi kantor yang didukung AI sehingga lebih efisien.

Di Indonesia, industri media mengalami goncangan dengan pendapatan dari iklan yang terus menurun sementara biaya tenaga kerja terus meningkat. Karena alasan itu, banyak media di dalam negeri sudah mulai menggunakan AI untuk melakukan beberapa pekerjaan.

Sebagai sebuah industri, selama 15 tahun terakhir, jurnalisme tidak berjalan mulus. Karena itu, tidak sulit memahami alasan para penerbit yang sangat ingin menjadikan AI sebagai penyelamat usaha mereka.

Namun, seperti halnya teknologi baru lain yang menjanjikan perlindungan, AI bukannya tanpa kendala. Apalagi jika kita berbicara tentang AI generatif macam ChatGPT.

Sudah ada pengakuan dari para pengembang AI bahwa bahasa yang mereka adopsi mereka dapat melanggengkan bias ras dan budaya. Sangat mudah membayangkan cerita kriminal seperti apa yang akan disebarkan ChatGPT, jika seorang editor sekadar mengetikkan kata-kata semacam "hitam, senjata, perampokan" di kolom perintah.

Tampaknya, di masa sekarang ini, menyerahkan pekerjaan jurnalistik kepada AI masih merupakan langkah yang berisiko.

Pada akhirnya, jurnalisme adalah tentang menulis cerita manusia untuk pembaca yang juga manusia. Tentu akan berbeda jika tujuan akhir dari sebuah perusahaan media adalah untuk membuat sebanyak mungkin berita, sekadar supaya berita-berita tersebut dapat diindeks oleh mesin pencari. Sesungguhnya, jurnalisme yang berpusat pada humanisme harus menjadi prioritas utama dari segala upaya jurnalistik.

Di The Jakarta Post, alasan kami terlibat dalam kiprah jurnalisme adalah untuk menginformasikan pada Anda, para pembaca, tentang kabar terbaru dari Indonesia. Pekerjaan itu merupakan hal yang kini dapat dengan mudah digantikan oleh AI.

Namun alih-alih sekadar menjadi mesin pemberi informasi, The Jakarta Post juga menyuguhkan konteks, latar belakang, dan analisis kepada khalayak di seluruh dunia yang mungkin baru saja mengenal Indonesia. Kami menampilkan salah satu negara demokrasi dengan jumlah warga muslim terbesar di dunia, yang juga merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.

Kami percaya bahwa pekerjaan ini terlalu penting untuk diserahkan kepada AI. Menurut kami, tugas memberikan informasi yang layak harus ditangani oleh jurnalis, editor, dan penulis yang kemampuan mumpuni dalam meliput ragam peristiwa di Indonesia setiap hari.

Kita semua sadar bahwa bahkan beberapa jurnalis yang punya niat baik pun bisa melakukan kesalahan. Contohnya bisa kita lihat dari pemberitaan soal “bayi yang terpenggal” yang terbit di beberapa media berita terkemuka di Barat. Perang di Gaza telah menunjukkan kepada kita, bahwa bias yang melekat di kalangan jurnalis dapat mengarahkan mereka untuk menjiplak materi propaganda yang disebarkan oleh pihak-pihak yang berkonflik.

Karena itu, mungkin bukan ide yang baik untuk menambahkan AI ke gerakan jurnalistik, setidaknya untuk saat ini.

Hari ini, saat kami merayakan hari jadi yang ke-41, kami ingin menyampaikan penghargaan kepada para jurnalis, editor, dan penerbit media. Penghargaan setinggi-tingginya bagi mereka yang terus memperjuangkan kebenaran dan menempatkan kecerdasan alami manusia sebagai pusat dari upaya penyebaran berita.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.