TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Berdayakan pemuda ASEAN

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Tue, August 8, 2023

Share This Article

Change Size

Berdayakan pemuda ASEAN A young person walks through a tunnel near Jl. Kendal during afterwork hours in Jakarta on July 11, 2023. A survey in 2022 showed that young people, specifically Gen Zs, in Indonesia experience the most mental health problems, with over 59 percent out of 1,870 respondents. (Antara/Rivan Awal Lingga)
Read in English

D

alam Dialog Demokrasi yang diadakan oleh The Jakarta Post sebagai bagian dari perayaan ulang tahun yang ke-40, salah satu panelis secara serius mengamati kondisi Indonesia terkait kelas menengah yang terus berkembang dan kaum muda yang termasuk bagian besar dari kelas menengah tersebut tidak bisa dianggap sebagai mesin demokrasi yang andal.

Kesimpulan tersebut dibuat untuk menjawab pertanyaan audiens tentang kelayakan memperjuangkan demokrasi yang lebih substantif di Indonesia, ketika versi yang sekadarnya saja telah cukup berjalan.

Pertanyaan tersebut muncul kemungkinan besar karena terpengaruh topik yang dibicarakan sepanjang hari, yaitu peran tersembunyi Big Tech dalam perubahan perilaku masyarakat (seketika terbersit di kepala kebiasaan melihat-lihat media sosial sekaligus aksi pamer penuh kepalsuan yang terpampang di dalamnya), peran ekonomi dalam demokrasi, atau begitu beragamnya negara Asia Tenggara hingga bisa saja ada demokrasi yang berkembang di satu sisi tetapi kemudian ada junta yang berkuasa di sisi lain.

Semua topik dibahas untuk menjawab pertanyaan: Apakah demokrasi akan berlanjut di Asia Tenggara?

Seperti halnya apa pun yang menyentuh keberlanjutan, perspektif kaum muda (alias pemilik masa depan) juga harus menjadi komponen sentral saat membahas ketahanan demokrasi. Jadi tidaklah tepat jika dikatakan bahwa menyerahkan demokrasi kepada kaum muda adalah tindakan berbahaya

Dalam lanskap global yang berkembang pesat, Asia Tenggara berada di persimpangan antara kemajuan di satu sisi, dan perjuangan membentuk takdirnya sebagai kekuatan ekonomi, politik, serta budaya di sisi lain. Bisa saja ada argumentasi bahwa saat dunia melaju dengan cepat di era digital, memberdayakan generasi berikutnya dengan pendidikan berkualitas dan kesempatan kerja dapat menjadi katalisator penting untuk pertumbuhan dan kemakmuran kawasan.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Mengapa fokus pada pendidikan dan pekerjaan? Demografi pemuda yang kompetitif punya implikasi mendalam, bahkan lebih jauh ketimbang dampak ekonominya, meluas hingga pusat kerterkaitan antarmasyarakat, stabilitas, dan tatanan demokrasi negara-negara Asia Tenggara.

Beberapa ahli meyakini untuk tidak menganggap enteng pentingnya memberdayakan kaum muda menuju kemajuan mobilitas serta kesempatan pekerjaan yang bermakna. Keduanya jadi kunci penting menghadapi potensi ketidakstabilan sosial dan kekecewaan yang mengganggu stabilitas.

Intinya, ada penjelasan bahwa kurang terbukanya kesempatan dapat memicu frustrasi kaum muda, membangkitkan kekecewaan mereka, sekaligus membuat mereka merasa tersisih dari kerangka sosial mereka.

Mungkin ada pembeda antara kaum menengah muda Indonesia dengan yang di Myanmar dan Thailand. Di Indonesia, para pemuda tampak membiarkan terkikisnya kebebasan sipil untuk mewadahi demokrasi yang sekadar tampilan. Sedangkan rekan-rekannya di Myanmar atau bahkan Thailand, telah mendukung pergerakan besar, terkadang mempertaruhkan nyawa, untuk mendukung demokrasi.

Menurut ASEAN Youth Development Index 2022, Indonesia memperoleh skor 0,544 pada kategori pendidikan, lebih rendah dari rata-rata regional sebesar 0,56. Pada kategori pembinaan pemuda, skor Indonesia 0,437, lebih rendah dari rata-rata regional 0,54.

Para ahli dan pejabat setuju bahwa masalah pengembangan pemuda harus diatasi segera. Jika tidak, akan membahayakan Indonesia, karena pemuda kita secara signifikan jadi kurang kompetitif jika dibandingkan kelompok pemuda lain di regional.

Di sisi lain, ketika kaum muda dibekali kecakapan agar bisa berhasil, mereka cenderung tidak mudah terjebak ideologi ekstremis, juga tidak akan terlibat tindak kekerasan yang didorong oleh rasa frustrasi dan keputusasaan. Bahkan, mereka akan menjadi agen perubahan yang positif, yang mampu menyalurkan energi mereka menjadi suatu kompetisi konstruktif yang berkontribusi pada kemajuan masyarakat secara keseluruhan.

Pemuda yang berdaya akan lebih mungkin terlibat aktif dalam proses demokrasi. Ia akan memanfaatkan pendidikan dan pengalamannya saat ikut pemilihan umum, dengan memilih pemimpin berdasarkan informasi yang akurat serta bisa menuntut pertanggungjawaban para pemimpinnya.

Saat individu-individu muda ini pada gilirannya menjadi pemimpin yang punya pengaruh, mereka akan membawa perspektif baru, ide-ide inovatif, dan pemahaman mendalam mengenai tantangan yang dihadapi masyarakat. Keragaman pemikiran ini memperkaya diskusi kebijakan dan proses pengambilan keputusan, yang mengarah pada solusi yang lebih komprehensif dan efektif bagi masalah yang kompleks.

Sekarang adalah saat untuk berinvestasi bagi masa depan dengan mendidik anak muda, karena masa depan wilayah Asia Tenggara ada di tangan mereka.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.