Mereka yang mengklaim bahwa citra Trump akan menenggelamkan Partai Republik terbukti salah. Kali ini, jutawan berusia 78 tahun itu memenangkan suara rakyat, dengan memperoleh lebih dari 70 juta suara. Lawannya, kandidat Demokrat Kamala Harris, hanya mendapat 64 juta suara, pada Rabu malam kemarin.
Kompetisi dalam pemilihan umum di Amerika bahkan tidak diwarnai hasil perolehan suara yang susul-menyusul secara ketat. Sungguh mengejutkan betapa mudah dan meyakinkannya kemenangan mantan presiden Donald Trump.
Saat surat kabar ini dicetak pada Rabu malam, Trump tampaknya telah mendapat kepastian memenangkan masa jabatan keduanya di Gedung Putih.
Mereka yang mengklaim citra Trump akan menenggelamkan Partai Republik terbukti salah. Buktinya, kali ini, jutawan berusia 78 tahun itu memenangkan suara rakyat. Ia memperoleh lebih dari 70 juta suara, bandingkan dengan 64 juta suara untuk kandidat dari partai Demokrat Kamala Harris.
Kekalahan dan keterpurukan makin nyata bagi Demokrat, setelah tampaknya Partai Republik berhasil merebut kendali Senat Amerika Serikat dari tangan Demokrat. Dengan begitu, posisi Partai Republik kokoh mendominasi ketiga cabang pemerintahan di AS. Kesempatan ini sangat langka, yang sejak berakhirnya Perang Dunia II hanya dinikmati oleh segelintir presiden AS saja.
Tampaknya semua tindakan hukum terhadap Trump dan upaya Partai Demokrat untuk menggambarkannya sebagai seseorang yang rasis, jika bukan fasis, tidak terlalu berarti bagi para pemilih di Amerika. Buktinya, sejumlah besar masyarakat Amerika mendukung politisi kontroversial tersebut.
Dan tampaknya sekadar antusiasme, terutama di kalangan perempuan dan kelompok minoritas yang menyambut Harris tiga bulan lalu setelah ia dinobatkan sebagai calon presiden dari Demokrat, tidak menghasilkan momentum yang cukup untuk membawa Wakil Presiden Harris melewati garis finis.
Bisa jadi, masalah Gaza atau fokus kampanyenya pada hak reproduksi menjadi yang mempersulit upaya Harris untuk menang. Namun, tampaknya inflasi, krisis biaya hidup, dan kasus-kasus imigrasi juga sangat membebani pikiran para pemilih.
Kaum elit Partai Demokrat akan melakukan introspeksi serius setelah kekalahan telak tersebut, sebelum mereka dapat bangkit kembali pada 2029.
Pagi ini, dunia menghadapi pagi dengan kenyataan baru. Kondisi telah berubah di AS, dan dalam tiga bulan, akan terjadi pergantian kepemimpinan di Washington yang dampaknya akan terasa di seluruh dunia.
Jika masa jabatan pertama Trump bisa dijadikan indikasi, dunia akan kembali berada di jalur yang naik turun, dengan pucuk pimpinan politisi yang tidak jelas.
Di bidang kebijakan, akan ada banyak hal yang dapat diharapkan oleh Gaza, Teheran, Kyiv, dan Beijing dari pergantian kepemimpinan di Amerika.
Trump mungkin merupakan pendukung setia Israel, tetapi siapa tahu, ia menepati janjinya kepada para pemilih Michigan untuk mengakhiri perang di Gaza.
Di wilayah Eropa, kini ada banyak kekhawatiran tentang kemungkinan Trump memutuskan untuk menarik dukungan AS bagi perjuangan Ukraina melawan invasi Rusia. Masih harus dilihat apakah kepala NATO yang baru sekaligus "pembisik Trump" Mark Rutte dapat meyakinkan calon presiden AS untuk melakukan hal sebaliknya.
Bagi Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya, kembalinya Trump dapat membawa masalah ekonomi. Apalagi, ia pernah mengancam mengenakan tarif sebesar 60 persen atau lebih tinggi pada impor dari Tiongkok dan 10 hingga 20 persen pada semua barang asing lainnya.
Penambahan tarif tentu saja merupakan berita buruk bagi ekonomi yang didorong oleh ekspor di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Undang-Undang Pengurangan Inflasi Presiden Joe Biden yang akan lengser telah mempersulit upaya Indonesia untuk ikut menikmati popularitas kendaraan listrik global. Trump yang lebih proteksionis dapat semakin merugikan bagi Indonesia.
Dan ketika para produsen Tiongkok mengalihkan operasi mereka ke negara-negara di Asia Tenggara untuk menghindari tarif tinggi AS, kemungkinan besar Trump juga akan terus mengejar mereka.
Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 8 persen. Trump dapat dengan mudah semakin menjauhkan Indonesia dari tujuan ambisius tersebut.
Minggu depan, Prabowo akan punya kesempatan menyampaikan masalah yang dihadapi Indonesia kepada Trump secara langsung, ketika keduanya bertemu. Sebaiknya Prabowo memanfaatkan kesempatan itu.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.