Pengembang Tiongkok punya kapasitas cadangan. Tapi, ekpansi mereka ke luar China terkendala masalah keuangan, akibat merosotnya bisnis properti di negara mereka sendiri.
Pemerintah berharap pengembang asing mendukung program perumahan Presiden Prabowo Subianto yang ambisius. Tetapi, banyak perusahaan Tiongkok, yang secara teori dapat menangani proyek skala besar, menghadapi kendala dalam melakukan ekspansi ke luar negeri. Mereka mengalami kesulitan keuangan, menyusul anjloknya sektor properti di negara mereka sendiri.
Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah menjadi investor asing terbesar di pasar perumahan Indonesia. Meski begitu, target pemerintah untuk membangun 3 juta rumah per tahun merupakan tugas yang sangat berat.
Terdapat juga spekulasi tentang keraguan investor asing terhadap program perumahan di Indonesia, kecuali pemerintah memberikan jaminan atas status tanah, juga memastikan permintaan pasar.
Saat ini, jumlah perumahan masih terbatas di Indonesia. Pada 2023, kesenjangan antara permintaan terhadap rumah dengan kepemilikan yang ada sebesar 9,9 juta unit. Permintaan didefinisikan sebagai setiap keluarga yang tidak punya rumah, atau yang kondisi rumahnya dianggap di bawah standar.
Seiring dengan terus meningkatnya jumlah penduduk, hal yang disebut sebagai backlog perumahan ini terbukti menjadi tantangan yang sulit bagi pemerintahan berikutnya.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.