Paus menunjukkan rasa hormat terhadap keberagaman dan kerukunan umat beragama di Indonesia melalui kunjungannya ke Masjid Istiqlal.
ambutan hangat yang diberikan masyarakat dan pemerintah Indonesia kepada Paus Fransiskus,, selama tiga hari kunjungannya di Jakarta, menunjukkan betapa kedatangannya sangat dinantikan. Liputan media yang luas tentang kunjungan kerasulan pemimpin Katolik tersebut ke negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia merupakan pengakuan atas peran penting yang dimainkannya. Ia tidak hanya membentuk hubungan antaragama di dunia tetapi juga melakukan pendekatan global terhadap masalah nyata seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan ketidakadilan.
Pada Kamis 5 September, diselenggarakan dengan indah sebuah misa di Stadion Utama Gelora Bung Karno di Senayan, Jakarta Selatan. Misa dihadiri oleh sekitar 85.000 orang. Selain untuk acara tersebut, Indonesia mempersiapkan pengaturan keamanan dengan baik untuk memastikan keselamatan Fransiskus. Ia adalah Paus ketiga yang mengunjungi Indonesia setelah Paulus VI pada 1970 dan Yohanes Paulus II pada 1989. Intinya, Paus disambut.
Setelah Paus meninggalkan Jakarta menuju Papua Nugini pada Jumat, regu antiteror Densus 88 mengumumkan penangkapan tujuh orang di Jakarta, Jawa Barat, Bangka Belitung, dan Sumatera Barat antara hari Senin dan Rabu. Mereka diduga merencanakan atau merancang serangan dengan target Sri Paus.
Juru bicara densus, Aswin Siregar, mengatakan bahwa salah satu tersangka, yang diidentifikasi hanya sebagai ER, telah berjanji setia kepada gerakan Negara Islam. Gerakan tersebut merupakan jaringan teror global yang telah dinyatakan bubar, tetapi dilaporkan telah melahirkan kelompok-kelompok kecil, termasuk di Indonesia.
Pemerintah juga menyerukan pengaturan kerja dari rumah pada Kamis. Hal itu terbukti mempermudah umat Katolik dari seluruh negeri untuk menghadiri misa di Senayan. Tidak mengherankan jika Paus mencuit dalam bahasa Indonesia di akun X-nya, sebagai rasa terima kasih kepada Indonesia.
"Terima kasih atas sambutan luar biasa yang telah Anda berikan kepada saya. Semoga Tuhan memberkati Anda dan semoga Anda terus tumbuh dan bertahan dalam kedamaian dan cinta persaudaraan," tulis Paus di akun X pada Jumat lalu.
Bahkan, saat khotbah yang disampaikan dalam bahasa Italia selama misa, Paus mendorong bangsa Indonesia untuk terus membangun masyarakat yang lebih adil. Ia menekankan agar masyarakat mengikuti jalan perdamaian dan dialog yang telah lama menjadi ciri khas Indonesia.
“Saudara-saudari, saya juga ingin mengatakan kepada Anda, kepada bangsa ini, kepada kepulauan yang luar biasa dan beragam ini: Jangan lelah membentangkan layar di jalan Anda, jangan lelah bermimpi dan membangun kembali peradaban yang damai. Selalu berani bermimpi tentang persaudaraan!” kata Paus.
Paus menunjukkan rasa hormatnya terhadap keberagaman dan kerukunan umat beragama di Indonesia melalui kunjungannya ke Masjid Istiqlal. Di sana, ia bertemu dan berbincang dengan para pemimpin berbagai kelompok agama. Ciuman di dahi Paus oleh imam besar masjid, Nasaruddin Umar, dan ciuman Paus di tangan Nasaruddin sebelum pertemuan mungkin tampak hanya sebagai simbol belaka. Namun, tindakan tersebut menyampaikan pesan saling menghormati, yang merupakan kunci untuk membangun negara yang luas dan beragam seperti Indonesia.
Komentar positif di media sosial tentang dialog di masjid, yang disebut Nasaruddin sebagai rumah bagi kemanusiaan, menegaskan harapan tersebut. Banyak komentar juga menunjukkan bahwa Indonesia adalah model kerukunan umat beragama bagi dunia, meskipun beberapa penelitian menunjukkan sebaliknya.
Pelajaran paling menonjol yang diajarkan Paus kepada Indonesia, serta dunia, adalah tentang kesederhanaan. Secara kebetulan, hal itu sedang menjadi isu hangat di negara ini. Pilihan Paus untuk menggunakan penerbangan komersial selama perjalanan 12 hari ke Asia dan Pasifik, penolakan menginap di hotel, memilih minivan sederhana untuk berkeliling selama di Jakarta, serta sepatu hitam tua yang dikenakannya, bertentangan dengan statusnya sebagai penggembala 1,4 miliar orang. Dan dari umat sebanyak itu, beberapa di antaranya adalah miliarder.
Banyak orang mungkin berpendapat bahwa kekuasaan dan pengaruh harus ditunjukkan melalui pamer kekayaan yang mencolok dan unjuk kekuatan. Namun, kerendahan hati Paus justru terlihat lebih berwibawa.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.