TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Visi 'emas' Indonesia

Negara kita bercita-cita menjadi negara ekonomi berpendapatan tinggi pada 2045, tetapi mungkin ada baiknya berhenti sejenak dan berpikir ulang. Kita harus mengukur kemampuan kita, dengan tolok ukur eksternal tertentu, saat berpacu menuju perayaan seratus tahun kemerdekaan Indonesia.

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Wed, October 2, 2024 Published on Oct. 1, 2024 Published on 2024-10-01T20:22:46+07:00

Change text size

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Visi 'emas' Indonesia People line up on May 10, 2024 to receive cash aid disbursed through the government’s Family Hope Program in Bandung, West Java. (Antara/Raisan Al Farisi)
Read in English

K

aji ulang realita dalam meraih ambisi pemerintah perlu dilakukan setelah pekan lalu Bank Dunia mempertanyakan rencana untuk mengubah negara ini menjadi negara ekonomi maju. Tujuan tersebut ada di visi Indonesia Emas 2045.

Menurut lembaga keuangan global tersebut, butuh "keajaiban" agar negara kita dapat bergerak dari negara dengan ekonomi berpendapatan menengah menjadi negara berpendapatan tinggi, tepat pada perayaan seratus tahun kemerdekaan Indonesia.

Beberapa pihak mungkin menganggap penilaian tersebut sebagai sesuatu yang gegabah. Lagi pula, tidak perlu meremehkan harapan dan impian Indonesia. Bagaimana pun, banyak hal yang dapat terjadi dalam dua dekade mendatang, hingga kita sampai pada 2045.

Namun perlu diingat, Bank Dunia dapat dikatakan sebagai salah satu organisasi yang paling memenuhi syarat untuk membuat keputusan tepat terkait pembangunan ekonomi suatu negara. Dengan begitu, pandangan-pandangan lembaga tersebut harus diapresiasi sebagai masukan yang bermanfaat, meskipun mungkin tidak menyenangkan bagi kita.

Sementara itu, strategi pemerintah menimbulkan pertanyaan terkait kemampuan kita mencapai tujuan tahun 2045 tersebut. Proyeksi resmi menunjukkan perlunya pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahunan sebesar 6-7 persen selama 20 tahun ke depan untuk sampai pada kondisi negara berpendapatan tinggi.

Boleh saja kita menyebut diri pesimis. Tapi, mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi selama dua dekade tampaknya mustahil. Melihat kembali dekade terakhir atau lebih, pertumbuhan PDB tahunan sebesar 5 persen adalah yang bisa kita harapkan. Angka itulah yang bisa kita capai, dan kita harus menerima dengan gembira.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Bahkan, apa pun yang lebih dari itu kemungkinan mencerminkan ekonomi yang tumbuh di luar batas maksimal, yang tidak bisa dijadikan landasan pertumbuhan yang berkelanjutan.

“Mimpi kita adalah pada 2045, setelah satu abad merdeka, insya Allah, Indonesia sudah keluar dari perangkap negara berpendapatan menengah,” kata Presiden Joko “Jokowi” Widodo dalam pidato pelantikannya pada 2019 silam.

Keluar dari perangkap negara berpendapatan menengah tampaknya merupakan tujuan yang cukup masuk akal. Namun, Presiden lalu merinci indikator spesifik yang ingin dicapai pada 2045. Di antaranya adalah keluaran ekonomi domestik sebesar $7 triliun dolar Amerika untuk menjadikan Indonesia “salah satu dari lima ekonomi teratas dunia” dengan pendapatan per kapita bulanan minimal Rp27 juta. Keluaran ekonomi, atau biasa disebut economy output, adalah jumlah barang atau jasa yang diproduksi dalam periode tertentu.

Semakin dekat kita dengan tenggat waktu Indonesia Emas, tanpa mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup, semakin kita perlu mempercepat kegiatan ekonomi untuk mengejar ketertinggalan.

Tetapi bahkan jika tujuan itu dapat dicapai, kita perlu bertanya pada diri sendiri, apakah PDB merupakan tolok ukur yang tepat untuk mengukur kinerja kita menuju tahun 2045? Daripada membandingkan Indonesia dengan negara lain dalam hal keluaran ekonomi, bukankah seharusnya kita memutuskan sendiri seperti apa negara kita 20 tahun mendatang?

Bagaimanapun, tujuan dan tolok ukur pencapaian nasional yang kita tentukan sendiri akan menjadi yang paling sesuai dengan peringatan 100 tahun kemerdekaan kita.

Banyak yang telah ditulis tentang PDB yang tidak pas sebagai tolok ukur kesejahteraan, bahkan dalam konteks sempit kesejahteraan ekonomi.

Ketidaksengajaan, juga keberuntungan, biasanya akan berdampak positif pada PDB. Dan itu bukanlah satu-satunya masalah ketika kita menggunakan PDB sebagai tolok ukur kesejahteraan.

Masalah lainnya adalah bahwa PDB per kapita, yaitu PDB suatu negara dibagi jumlah penduduknya, sebagai rata-rata matematis, ternyata tidak berarti apa-apa bagi banyak rumah tangga yang harus berjuang keras memenuhi kebutuhan hidup. Tinggal di negara berpendapatan tinggi tidak ada artinya bagi mereka yang berpendapatan rendah.

Sudah saatnya berpikir ulang tentang visi Indonesia Emas 2045. Kita harus berpikir tentang sesuatu yang mencerminkan kesejahteraan yang sebenarnya, dengan indikator konkret kesejahteraan individu dan kemakmuran nasional.

Kita dapat memilih satu bagian dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tujuan yang dikenal sebagai 17 Sustainable Development Goals tersebut mencakup aspek-aspek penting, seperti pangan, tempat tinggal, sanitasi, kesehatan, dan pendidikan bagi individu, serta pertumbuhan ekonomi yang stabil, energi bersih, transportasi umum yang terjangkau, keamanan, dan tata kelola negara yang akuntabel.

Indikator-indikator tersebut, jika diputuskan dan ditindaklanjuti melalui diskusi publik yang luas, akan memberi Indonesia tujuan yang jelas. Lebih jauh, tujuan tersebut dapat diperjuangkan untuk dicapai sebagai upaya nasional demi kebaikan bersama.

Adalah hal baik memiliki visi 2045. Hanya, jangan lupa bahwa tidak semua yang tampak berkilau adalah emas. Yang terlihat indah belum tentu demikian adanya.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.

Share options

Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!

Change text size options

Customize your reading experience by adjusting the text size to small, medium, or large—find what’s most comfortable for you.

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!

Continue in the app

Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.