Lagu milik Sukatani sempat dihapus dari semua platform streaming. Tapi, kini lagu tersebut justru menjadi bahan pembicaraan semua orang yang memiliki akses internet, bahkan menginspirasi puluhan orang untuk menyanyikan ulang lagu tersebut.
ika bukan karena ulah penyidik polisi yang terlalu menggebu sekaligus ceroboh di Jawa Tengah, band punk Sukatani akan tetap menjadi band yang tidak dikenal. Lebih jauh, lagu mereka yang antipolisi, berjudul Bayar Bayar Bayar, mungkin hanya akan jadi lagu menarik di antara para pengikut duo tersebut.
Namun, berkat pelecehan selama berminggu-minggu yang dilakukan polisi tingkat rendah yang berujung pada penghapusan lagu tersebut dari semua platform musik streaming, lagu Bayar Bayar Bayar kini menjadi hit. Lebih jauh, lagu itu menjadi bahan pembicaraan semua orang yang memiliki akses internet, menginspirasi puluhan orang untuk menyanyikan ulang, dan menjadi seruan bagi ribuan mahasiswa yang turun ke jalan guna memprotes langkah penghematan yang diambil Presiden Prabowo Subianto, dalam beberapa hari terakhir.
Bahkan kritikus musik paling kontroversial di internet, Anthony Fantano, ikut ambil bagian dalam aksi menggaungkan Sukatani. Ia menerbitkan video daring yang membela lagu tersebut.
Pemberangusan pada lagu Bayar Bayar Bayar kini menjadi standar terbaik dalam apa yang oleh banyak orang disebut sebagai "efek Streisand". Hal itu adalah ketika sensor memberikan efek yang berlawanan dengan tujuan awal sensor tersebut.
Namun, meskipun polisi mulai mengendurkan upaya untuk melarang lagu dari album berjudul Gelap Gempita tersebut, semua sudah terlambat, kerusakan telah terjadi.
Pelecehan yang dilakukan polisi mengakibatkan terjadinya hal yang pada dasarnya merupakan tindakan doxing, yaitu menyebarkan segala sesuatu yang bersifat privat ke ranah publik. Hal itu telah berdampak buruk pada kehidupan pribadi kedua anggota band tersebut.
Anggota Sukatani mengidentifikasi diri mereka seperti trio punk Rusia, Pussy Riot. Mereka tampil bersama sebagai musisi anonim, yang mengenakan topeng dan atribut lain, untuk menyembunyikan identitas mereka. Dalam sebuah video permintaan maaf -- yang diduga direkam di bawah tekanan -- duo tersebut dipaksa menyampaikan pernyataan penyesalan sambil membuka topeng mereka. Secara efektif, video itu mengungkap identitas mereka ke seluruh dunia.
Tak lama setelah video tersebut dipublikasikan, penyanyi grup tersebut, Novi Citra Indayati, dipaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya. Ia sebelumnya adalah guru sekolah dasar di sebuah sekolah Islam di Purbalingga.
Secara pribadi, pelecehan polisi tersebut pasti traumatis bagi Novi dan rekan satu grupnya Muhammad Syifa al Lutfi. Muhammad dilaporkan "hilang" saat dalam perjalanan ke Banyumas, Jawa Timur.
Cobaan berat yang menimpa Sukatani menjadi penanda yang jelas, bahwa bahkan setelah 25 tahun gerakan reformasi, sensor tetap menjadi kenyataan hidup bagi para seniman. Dan meskipun ancaman sensor terhadap musik jarang terjadi dalam situasi politik saat ini, jika kemudian terjadi, hal itu menghasilnya dampak yang sama buruknya seperti yang terjadi pada masa rezim otoriter sebelumnya.
Di bawah rezim Orde Baru Jenderal Soeharto, aparat negara terus-menerus mencari tanda-tanda perbedaan pendapat di masyarakat. Mereka juga selalu dapat menemukan pembenaran untuk menindak tegas segala pemberontakan, bahkan ketika protes itu tampil dalam bentuk yang paling tidak jelas.
Ingat-ingat saja kasus penyanyi lagu populer paling terkenal di negara ini, Iwan Fals. Ia sempat menghabiskan 12 hari di dalam sel di pusat tahanan militer di Riau setelah membawakan lagu berjudul Mbak Tini.
Lagu tersebut berkisah tentang seorang perempuan yang terjerumus dalam dunia prostitusi setelah diberhentikan dari pekerjaannya. Lagu tersebut dianggap sebagai penghinaan terhadap istri Soeharto, Siti Hartinah, yang dikenal dengan panggilan Bu Tin.
Pada 1991, Kementerian Informasi menolak memberikan izin pemutaran lagu Pak Tua dari grup musik Elpamas di radio. Menurut pihak kementerian, lagu tersebut merupakan sindiran terhadap Soeharto yang sudah tua.
Namun, bahkan dengan upaya terbaik dari mesin sensor Orde Baru, lagu-lagu tersebut tetap populer. Penyanyi seperti Iwan Fals bahkan semakin berani menulis lagu protes yang lebih tajam seperti Bento dan Bongkar. Dua lagu tersebut kemudian berkembang menjadi lagu kebangsaan saat protes nasional guna menggulingkan Soeharto.
Lagu, melodi, dan lirik bekerja dengan cara yang misterius. Segala upaya memberangus mereka akan selalu gagal.
Dengarkan saja lagu "Bayar Bayar Bayar". Sungguh tak mungkin jika Anda tak tergerak oleh keberanian duo ini. Lagunya pun sangat menarik dicerna.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.