Can't find what you're looking for?
View all search resultsCan't find what you're looking for?
View all search resultsTahun ini, ASEAN masih belum sepenuhnya berjalan seperti perhimpunan yang seharusnya. Karena itu, para pemimpinnya mengemukakan visi baru untuk 2045 dengan target yang jauh lebih berani cenderung gegabah.
Dokumen ASEAN yang diberi judul “Vision 2045: Our Shared Future” didukung oleh para pemimpin regional, ditetapkan dalam konferensi tingkat tinggi baru-baru ini di Kuala Lumpur. Dokumen tersebut merupakan cetak biru yang ambisius untuk mengubah Asia Tenggara menjadi pusat pertumbuhan ekonomi global dalam 20 tahun ke depan. Mereka yang mengenal ASEAN pasti paham bahwa perhimpunan negara-negara tersebut selalu punya visi jauh ke depan, tetapi sering kali gagal dalam implementasinya.
Bagaimana pun, tidak boleh terlalu cepat menolak dokumen tersebut. Visi tersebut setidaknya mejaga agar negara-negara anggota tetap satu suara dalam satu tujuan, meskipun tidak harus selalu padu dalam tindakan. Mereka sepakat tentang cita-cita yang sama dalam melihat Asia Tenggara 20 tahun ke depan. Jangan lupa bahwa Tiongkok dan India, dua kekuatan Asia dengan ekonomi yang lebih besar, juga berhak punya keterlibatan di panggung global. Kita harus menyambut hadirnya dokumen ASEAN terbaru dengan perspektif tentang tujuan yang lebih luas.
Visi 2045 adalah dokumen ketiga dalam evolusi komunitas ASEAN. Proyek perhimpunan dalam membentuk komunitas tersebut rupanya demikian megahnya, sehingga ASEAN terus menunda-nunda upaya untuk mengubah kawasan tersebut menjadi sebuah komunitas. Kita mungkin ingat betapa gembiranya semua saat proyek tersebut diluncurkan di ibu kota negara-negara ASEAN pada 2015. Begitu mulai terasa terbentur kenyataan terkait munculnya tantangan dalam membangun komunitas, mereka pun mencetuskan Visi ASEAN 2025.
Tahun ini, ASEAN masih belum sepenuhnya berjalan sebagaimana sebuah komunitas sesuai arti sebenarnya. Karena itu, para pemimpinnya mengemukakan visi baru untuk tahun 2045 dengan target yang bahkan lebih berani. Dengan menetapkan kerangka waktu yang lebih panjang, mereka yang bertanggung jawab untuk menyusun visi tersebut mungkin sudah tiada atau sudah terlalu tua untuk menjawab pertanyaan jika visi tersebut gagal terwujud.
Kita tidak boleh mengabaikan proyek pembentukan komunitas begitu saja. Kesepuluh negara anggota memang telah menjadi lebih terintegrasi selama bertahun-tahun, melalui interaksi yang lebih luas, termasuk di bidang perdagangan, perjalanan, komunikasi, dan kolaborasi.
Pemerintah ASEAN boleh saja mengklaim keberhasilan itu sebagai buah kerja mereka. Tetapi sesungguhnya, kolaborasi dan segala hal itu terjadi terutama karena negara-negara tetangga tersebut telah menjadi makmur. Kita melihat perkembangan serupa di antara negara-negara ASEAN dan negara-negara tetangga lainnya, termasuk Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan, dan Australia.
Visi 2045 memproyeksikan komunitas ASEAN yang lebih “tangguh, inovatif, dinamis, dan berpusat pada rakyat”. Itu adalah kata-kata besar yang menimbulkan tantangan besar bagi pemerintah negara-negara anggota dalam penerapannya. Visi tersebut menghubungkan tujuan-tujuan ini dengan empat pilar strategis, yaitu politik dan keamanan, ekonomi, sosial dan budaya, serta konektivitas. Dari semua itu, pilar politik dan keamanan adalah yang menjadi unsur pelambat seluruh proyek komunitas.
Membentuk komunitas dari sekumpulan negara yang masing-masing diperintah di bawah sistem yang sangat berbeda adalah hal sulit, jika tidak mau disebut mustahil. Negara-negara ASEAN terdiri dari negara monarki absolut, negara komunis, negara yang dipimpin junta, negara dengan pemerintah otoriter, dan negara semi-demokrasi. Berbeda dengan Uni Eropa. Kelompok itu mengharuskan negara-negara bekas komunis Eropa Timur untuk memenuhi jaminan dasar hak dan kebebasan serta menyelenggarakan pemilihan umum yang demokratis sebelum mereka dapat bergabung. Nilai-nilai bersama seperti yang dimiliki anggota Uni Eropa nyaris tidak ada di ASEAN.
Anggota ASEAN juga terbagi dalam kaitannya dengan beberapa isu penting. Sebut saja konflik yang sedang berlangsung di Myanmar, penanganan sengketa maritim dengan Tiongkok di Laut Cina Selatan, dan pendekatan terhadap persaingan dua negara adidaya, yaitu Tiongkok dan Amerika Serikat.
Karena keputusan di ASEAN dibuat berdasarkan konsensus, membentuk persatuan politik yang lebih besar di antara 10 anggota menjadi tantangan besar. Memang, secara historis, hal itu bukan mustahil terwujud. Hanya saja, butuh waktu. "Cara ASEAN" telah menjadi eufemisme untuk menyebut gerak yang lambat. Dengan rencana bertambahnya negara yang menjadi anggota, proses pengambilan keputusan akan menjadi lebih lama lagi. Timor-Leste direncanakan masuk ASEAN tahun ini dan mungkin Papua Nugini di kemudian hari.
Proyek komunitas ASEAN hampir tidak dapat maju saat salah satu dari empat pilarnya lemah atau bahkan patah. Biasanya, Visi 2045 menghindari isu-isu yang menghambat kemajuan blok tersebut secara lebih cepat. Dengan atau tanpa visi baru, komunitas ASEAN terus berkembang, meskipun dengan kecepatan yang tidak konsisten dan berjalan apa adanya, yang sebagian besar ditentukan oleh pembangunan ekonominya.
ASEAN dapat bergerak jauh lebih cepat jika para negara anggota lebih serius tentang visi komunitas terbaru, yang telah dijelaskan oleh para pemimpin mereka. Yang lebih penting, perhimpunan harus menangani isu-isu sensitif, seperti politik dan keamanan.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.