Can't find what you're looking for?
View all search resultsCan't find what you're looking for?
View all search resultsElektabilitas calon presiden Ganjar Pranowo membaik setelah sempat mengalami penurunan pada awal April akibat penolakannya terhadap tim sepak bola Israel untuk bermain di Indonesia. Penolakan Ganjar berujung pada dicabutnya hak Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA U-20.
Gubernur Jawa Tengah tersebut, yang baru-baru ini diajukan menjadi calon presiden oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), mengikuti partainya dalam meyuarakan penentangan terhadap keterlibatan Israel dalam ajang FIFA U-20. Meski ada pejabat PDIP lain yang membuat pernyataan serupa, tanggapan untuk Ganjar adalah yang paling keras. Para penggemar sepak bola nyata-nyata menyalahkan Ganjar karena telah merenggut kesempatan langka bagi Indonesia untuk bertanding dalam kompetisi sepak bola kelas dunia. Masyarakat langsung menyerang akun sosial media resmi milik Ganjar.
Namun, setidaknya dua survei pemilihan baru-baru ini menunjukkan bahwa Ganjar telah mendapatkan kembali momentum untuk mencalonkan diri sebagai presiden, bahkan sebelum deklarasi pencalonannya bulan lalu.
Sebuah survei oleh Indikator Politik Indonesia, yang mewawancarai sekitar 1.220 responden dalam rentang tanggal 11 hingga 17 April, beberapa hari sebelum Ganjar diumumkan sebagai calon presiden dan setelah kontroversi U-20, menemukan bahwa posisi Ganjar telah mulai menguat kembali. Dalam kompetisi melawan dua capres, elektabilitasnya kini mencapai 34 persen. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berada di 31,7 persen dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di 25,2 persen.
Angka 34 persen merupakan peningkatan 6 poin persentase untuk Ganjar jika dibandingkan dengan survei serupa yang dilakukan pada tanggal 8 hingga 13 April lalu. Saat itu, Prabowo berada di posisi teratas untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan.
Survei lain dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), yang dirilis pada Sabtu lalu, menemukan bahwa elektabilitas Ganjar di antara calon pemilih kritis telah meningkat sebesar 7 persen setelah diajukan sebagai calon presiden oleh partainya.
“Pemilih kritis adalah mereka yang memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi sosial dan politik karena memiliki ponsel dengan akses internet. Mereka umumnya lebih berpendidikan dan cenderung tinggal di daerah perkotaan,” ujar direktur riset SMRC Deni Irvani, Senin lalu.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.