TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Seberapa penting keberadaan ASEAN?

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Fri, May 12, 2023

Share This Article

Change Size

Seberapa penting keberadaan ASEAN? President Joko “Jokowi“ Widodo (right) and Foreign Minister Retno Marsudi brief journalists at a press conference during the 42nd ASEAN Summit in Labuan Bajo on May 11. (AFP/Achmad Ibrahim)
Read in English

M

engubah ASEAN menjadi “episentrum” pertumbuhan ekonomi global dan menetapkan “Visi ASEAN 2045” adalah tujuan utama keketuaan Indonesia di perhimpunan negara-negara Asia Tenggara tersebut tahun ini, dengan mengusung semboyan “ASEAN Matters” yang dijabarkan sebagai ASEAN yang relevan, strategis, dan penting.

Kota resor Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur minggu ini sungguh latar belakang cantik bagi para pemimpin ASEAN untuk bertemu dan menuntaskan semua diskusi serta gagasan. Namun, selain beberapa deklarasi bersama dan dokumen lain yang dihasilkan KTT kali ini, kita perlu mempertanyakan apakah ASEAN benar-benar relevan, strategis, dan penting bagi masyarakat yang diwakilinya? Jika ya, bagaimana implementasinya?

Seperti sudah diduga, biasa bagi ASEAN, dua hari awal KTT tidak menyelesaikan masalah-masalah besar, demi solusi-solusi yang bisa dijalankan lebih cepat. Namun kita perlu menghargai upaya Indonesia mengusung masalah perang sipil di Myanmar sebagai salah satu fokus penajaman, meskipun tetap belum juga ada kemajuan signifikan terkait konflik negara itu.

Banyak yang mempertanyakan mengapa para pemimpin ASEAN seperti terjebak harus memikirkan masalah yang sudah pasti tidak akan bisa dibereskan dalam semalam. Bukankah lebih baik membahas topik yang bisa segera disepakati bersama? Pertanyaan yang layak dipikirkan, tapi karena Myanmar termasuk anggota ASEAN, selama masalah di negara tersebut belum tuntas, akan sulit mengharapkan ASEAN bisa membereskan masalah lainnya.

Sudah lebih dari dua tahun junta militer Myanmar berkuasa, setelah menggulingkan pemerintah sipil yang dipilih secara demokratis di negara itu. Sejauh ini, keberadaan ASEAN belum berhasil mengubah situasi di sana. Bahkan, bisa dikatakan bahwa konflik semakin memburuk, karena junta kian brutal menindas masyarakat sipil.

Bulan lalu, terjadi serangan udara di sebuah desa di wilayah Sagaing yang menewaskan 186 orang, termasuk 40 anak. Namun, ternyata serangan tersebut belum cukup untuk menggerakkan ASEAN dan komunitas internasional lain agar bertindak selain mengeluarkan kecaman standar. Bantuan kemanusiaan ASEAN juga baru mulai didistribusikan di Myanmar, itu pun tidak berjalan mulus, karena para diplomat yang membawa bantuan ditembaki oleh orang-orang bersenjata tak dikenal, awal pekan ini.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Pekan lalu, Indonesia mengungkapkan bahwa sejak awal tahun telah mengadakan pembicaraan dengan beberapa kelompok oposisi di Myanmar, sebagai bagian dari upaya untuk mencapai perdamaian di Myanmar. Upaya ini patut diacungi jempol, namun Indonesia perlu berbagi informasi tentang pembicaraan itu dengan sejumlah pihak penting lainnya, termasuk negara dan lembaga yang saat ini bergerak di Myanmar. Indonesia mungkin menyebutnya dengan istilah “diplomasi diam-diam”, tetapi bisa saja negara lain melihatnya sebagai operasi yang tidak transparans.

Bukan hanya masyarakat Myanmar yang mungkin merasa bahwa keberadaan ASEAN sedikit sekali relevansinya dalam kehidupan mereka. Masyarakat di sembilan negara anggota ASEAN lain juga berhak menanyakan manfaat organisasi ASEAN bagi mereka. Survei di masa lalu telah menunjukkan bahwa ASEAN hampir tidak ada efeknya pada kehidupan masyarakat negara anggota dan kebanyakan orang hanya merasakan sedikit sekali dampak organisasi pada mereka.

Proyek komunitas ASEAN adalah contoh penting yang membuktikan organisasi telah mengecewakan rakyatnya sendiri. Setelah resmi diluncurkan pada 2015, tak perlu waktu lama bagi program tersebut untuk menunda target sendiri hingga 2025. Sekarang, bahkan 2025 pun tampak terlalu ambisius bagi perhimpunan untuk membentuk komunitas agar semua anggota lebih dekat dan erat.

Sama sekali tidak ada maksud mengabaikan pekerjaan besar dan penting yang telah dilakukan ASEAN, tetapi kurangnya rasa kebersamaan di antara masyarakat di kawasan ini menunjukkan bahwa jangkauan ASEAN ternyata terbatas.

Sekarang di bawah keketuaan Indonesia, perhimpunan telah menetapkan landasan bagi visi baru ASEAN untuk tahun 2045 dan bahkan telah disepakati tujuan yang lebih ambisius untuk mengubah Asia Tenggara menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Bagaimana rencana ASEAN mengimplementasikan hal ini dengan kondisi sedang berlangsungnya perang saudara di Myanmar? Akankah konflik di Myanmar tidak akan menjadi duri dalam daging, yang kemudian memicu disonansi kognitif, dan lalu pada akhirnya semakin menjauhkan masyarakat, khususnya rakyat Myanmar, dari keseluruhan tujuan ASEAN?

Satu perkembangan penting di KTT Labuan Bajo adalah kehadiran Perdana Menteri Timor-Leste Taur Matan Ruak sebelum negaranya masuk secara resmi jadi anggota ASEAN akhir tahun ini. Bergabungnya Timor Leste akan menambah jumlah masyarakat yang kini sudah mencapai 600 juta populasi. Jumlah sebanyak itu harusnya berfungsi sebagai pengingat bagi para pemimpin bahwa mereka perlu berbuat lebih banyak untuk rakyatnya agar ASEAN benar-benar relevan, strategis, dan penting.

Untuk saat ini, KTT terasa tidak lebih dari ajang foto bersama dan penyampaian pendapat bertele-tele, yang hampir tidak ada hubungannya dengan kondisi nyata orang-orang yang seharusnya disuarakan pendapatnya dalam pertemuan.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.