TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Jeda sejenak di G20

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Tue, September 12, 2023

Share This Article

Change Size

Jeda sejenak di G20 India's Prime Minister Narendra Modi (left) hands over the gavel to Brazil's President Luiz Inacio Lula da Silva (right) during the third working session of the G20 Leaders' Summit in New Delhi on Sept. 10, 2023. (AFP/PIB)
Read in English

Minggu-minggu terakhir ini menjadi masa yang melelahkan bagi kalangan diplomasi global, terutama di negara-negara Asia dan Pasifik.

Ketegangan meningkat sejak awal tahun, seiring China yang makin tegas pada Taiwan sekaligus makin agresif di Laut China Selatan. Di sisi lain, akibat invasi Rusia ke Ukraina, dunia terus terbagi antara pendukung Rusia di satu sisi serta pendukung Amerika Serikat dan sekutunya di sisi lain. Namun, alasan Presiden AS Joe Biden merasa perlu membangun aliansi dengan negara-negara besar Asia bisa dipahami. Bermitra dengan Jepang, Korea Selatan, dan India, artinya akan membendung gerakan China.

Biden telah membentuk Quad, sebuah forum keamanan regional yang mencakup India, Jepang, dan Australia. Lalu, ia buat perjanjian dengan Korea Selatan dan Jepang untuk memperkuat kemitraan ekonomi dan pertahanan, yang secara khusus bertujuan untuk mengimbangi kekuatan China.

China pun tidak ingin membuat segalanya lebih mudah, bahkan untuk negerinya sendiri. Negara tersebut memicu amarah negara-negara tetangganya di Asia dengan merilis peta wilayah laut China Selatan versi terbaru. Dalam peta itu, ada garis berbentuk U yang menutupi sekitar 90 persen kawasan perairan. Luas garis itu jauh lebih besar dari yang tercantum di peta versi sebelumnya.

Tak heran, tak banyak yang diharapkan saat KTT G20 di New Delhi dimulai akhir pekan lalu. Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin batal hadir, hingga banyak yang meragukan kelompok 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini akan menghasilkan sesuatu yang lebih signifikan di ibu kota India, dibandingkan yang mereka lakukan di Jakarta tahun lalu. Padahal kondisinya sama, yaitu dalam bayang-bayang perang Rusia dan Ukraina.

Di tengah perpecahan yang makin tajam, para delegasi KTT di New Delhi harus menahan diri. Berbeda dengan pertemuan di Jakarta yang memperlihatkan sikap para pemimpin dan delegasi yang secara terbuka menyatakan penolakan terhadap Rusia, di New Delhi, tampak sekali bahwa semua orang menahan diri. Buktinya, terlihat dari deklarasi yang dihasilkan. Semua orang terkejut saat deklarasi sudah dibacakan oleh Perdana Menteri Narendra Modi pada hari pertama pertemuan tersebut.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Salah satu langkah yang dilakukan tuan rumah untuk mempercepat konsensus adalah dengan mengedarkan rancangan deklarasi kepada negara-negara anggota. Sehingga deklarasi, yang menghindari paragraf terkait perang Ukraina tersebut, dapat diterima dengan cepat oleh para delegasi.

Dokumen tersebut tidak menyampaikan kritik terhadap Rusia secara langsung, dan sebaliknya meminta negara-negara untuk menjunjung tinggi prinsip-prinsip hukum internasional, termasuk integritas teritorial. India sebagai tuan rumah pertemuan juga mendesak para anggota agar setuju untuk tidak lagi menggunakan kekuatan demi keuntungan teritorial.

Ada juga komitmen besar untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan. Para pemimpin G20 sepakat meningkatkan kapasitas energi terbarukan secara global hingga tiga kali lipat pada 2030. Mereka juga menerima rencana untuk mengurangi penggunaan tenaga batubara, meski tidak memasang target untuk menghilangkan bahan bakar fosil.

Komitmen yang lebih kuat terhadap energi terbarukan dapat dianggap sebagai keberhasilan besar. Tahun lalu, negara-negara tersebut gagal menyepakati komitmen pembatasan penggunaan bahan bakar fosil.

Hasil yang dicapai India sangat melegakan karena berhasil meredakan ketegangan di antara negara-negara adikuasa. New Delhi boleh berbangga. Hal ini telah memulihkan kepercayaan pada forum multilateral seperti G20 sebagai ruang untuk mencari titik temu, tidak peduli seberapa kecil atau seberapa terpecahbelahnya sebuah kelompok.

Namun hal ini juga merupakan pengingat bagi semua pihak untuk mengambil langkah mundur, ketika ketegangan semakin memuncak dan tinggal sejengkal dari pecahnya konflik besar, guna menghindari terjadinya hal terburuk.

India mungkin bisa menjalankan tugasnya sebagai tuan rumah G20 dengan sangat baik di tengah perbedaan pandangan yang kontradiktif di antara negara-negara anggota terkait perang Rusia-Ukraina. Namun ketika menyangkut Laut China Selatan, kelompok tersebut tidak bisa bersikap netral karena beberapa anggotanya menolak klaim sepihak China.

Akan lebih produktif jika negara-negara dapat bersikap tenang dan lebih sabar saat masuk ke forum ekonomi dan bisnis seperti G20. Atau akan lebih baik lagi jika negara-negara tersebut, terutama yang sebesar AS dan China, memperkuat kemitraan ekonominya,  ketimbang membangun aliansi keamanan atau pertahanan untuk melawan negara lain.

Kerja sama ekonomi terbukti membantu negara-negara terhindar dari jebakan ketegangan geopolitik.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.