Bagi mereka yang mengamati dengan seksama kondisi persaingan dalam pilkada, hasil hitung cepat pada Rabu sore tidak mengejutkan.
Pukul 4 sore pada hari Rabu, tiga jam setelah pemungutan suara ditutup, para pemilih sudah bisa memprediksi hasil pemilihan kepala daerah (pilkada).
Dan bagi mereka yang mengamati dengan seksama kondisi persaingan antarkandidat, tidak ada yang mengejutkan dari hasil hitung cepat pada Rabu sore kemarin.
Dari sudut pandang Koalisi Indonesia Maju (KIM), hasil pemungutan suara Rabu mungkin belum pasti, tetapi sudah cukup bagi koalisi yang berkuasa tersebut untuk menyatakan kemenangan. Hasil hitung cepat sudah cukup untuk mengetahui bahwa arah kekuatan tetap condong kepada mereka dan bahwa hanya sedikit wilayah yang tidak berada dalam kendali mereka.
Kabar baik pertama datang dari Jawa Tengah. Provinsi tersebut adalah medan pertempuran utama dalam pilkada tahun ini. Sejumlah lembaga survei memproyeksikan bahwa mantan jenderal polisi Muhammad Luthfi, seorang kandidat yang dicalonkan oleh KIM, yang memperoleh dukungan dari mantan presiden Joko "Jokowi" Widodo, akan memenangkan persaingan dengan 57 persen suara rakyat.
Saingannya, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn.) Andika Perkasa, yang dicalonkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), berada di posisi kedua dengan 40 persen suara. Kekalahan Andika di Jawa Tengah, basis PDI-P, menandai kemunduran demi kemunduran bagi partai nasionalis tersebut. Kemunduran utama tercatat setelah pada Februari lalu, calon presidennya, Ganjar Pranowo, dikalahkan oleh menteri pertahanan saat itu Prabowo Subianto. Pencalonan Prabowo juga didukung Jokowi.
Di Jawa Timur, provinsi yang bersebelahan dengan Jawa Tengah, KIM memperoleh kemenangan lagi melalui calon gubernurnya, Khofifah Indar Parawansa. Khofifah diproyeksikan akan menang pilkada dengan 58 persen suara. Ia mengalahkan calon PDI-P, mantan menteri sosial Tri Rismaharini, yang memperoleh 32 persen suara.
Di Jawa Barat, koalisi yang berkuasa, yang dipimpin oleh Partai Gerindra milik Presiden Prabowo, bahkan memperoleh kemenangan yang lebih besar. Calon gubernurnya, Dedi Mulyadi, mantan wali kota yang populer di Purwakarta, diproyeksikan akan mengantongi lebih dari 60 persen suara. Dedi diperhitungkan jadi pemenang, meskipun bersaing ketat dengan tiga lawan lain di provinsi terpadat di Indonesia tersebut.
Di Provinsi Banten, mesin politik tangguh dari partai politik KIM memperoleh kemenangan yang tampaknya tidak terpikirkan sebelumnya. Calon yang didukung Gerindra mengalahkan keturunan salah satu dinasti politik paling kuat di negara ini.
Hasil hitung cepat dari sejumlah lembaga survei besar memproyeksikan bahwa calon KIM Andra Soni memperoleh 58 persen suara. Dengan begitu, Andra mengungguli Airin Rachmi Diany, mantan wali kota Tangerang Selatan. Airin terkait dengan dinasti politik mantan gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.
Kejutan terbesar tentu saja datang dari pemilihan di Jakarta. Calon dari PDI-P, Pramono Anung Wibowo, maju melawan calon dari KIM, Ridwan Kamil.
Hingga Rabu malam, sejumlah lembaga survei memproyeksikan bahwa Pramono akan memenangi pemilihan dalam satu putaran, setelah mengamankan lebih dari 50 persen suara. Namun, beberapa lembaga survei juga memperkirakan angkanya hanya mencapai 49 persen. Kemenangan Pramono di Jakarta juga bisa menjadi hadiah hiburan bagi PDI-P, yang setelah kalah dalam pemilihan presiden lalu, sangat mendambakan mendapat kursi eksekutif.
Apa pun hasilnya, pilkada Jakarta akan mengarah pada situasi yang menguntungkan bagi koalisi yang berkuasa. Bahkan jika Pramono menang dalam pemilihan putaran kedua, KIM dapat tetap tenang dengan adanya fakta bahwa Pramono adalah tokoh yang bersahabat dengan pemerintahan Presiden Prabowo.
Dengan hasil pilkada ini, Presiden Prabowo pasti akan lebih leluasa memerintah dalam lima tahun ke depan. Ia akan dapat mengajukan kebijakan utamanya, yang kemungkinan besar akan mendapat tanggapan bernada bersahabat dari pemerintah di tingkat daerah.
Hasil dari pilkada Rabu juga merupakan indikasi seberapa besar pengaruh mantan presiden Jokowi dalam politik Indonesia. Dan karena tidak ada insiden besar yang mengganggu pemungutan suara, dapat dibayangkan bahwa semua orang puas dengan hasil tersebut.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!