Sebagai pejuang tradisi Katolik tentang keadilan sosial yang didirikan oleh Leo XIII, latar belakang Prevost dan kekagumannya yang nyata terhadap pendahulunya menunjukkan bahwa ia mungkin akan menapaki jalan serupa yang ditempuh Fransiskus selama 12 tahun terakhir, yaitu menuju perdamaian dan cinta dengan sesama.
Keputusan 133 kardinal pada Kamis 8 Mei untuk memilih Kardinal Robert Prevost, berusia 69 tahun, kelahiran Chicago, untuk menggantikan Paus Fransiskus merupakan kelegaan besar bagi 1,4 miliar umat Katolik dan pemeluk agama lain di seluruh dunia. Sebagai orang kepercayaan di lingkaran dekat mendiang Paus Fransiskus, Prevost, yang telah mengambil nama kepausan Leo XIV, diyakini akan melanjutkan warisan Fransiskus. Dalam pidato publik pertamanya, Paus baru tersebut dua kali mengucapkan terima kasih kepada pendahulunya.
Fransiskus adalah pembela sejati martabat manusia. Ia tanpa lelah berbicara untuk mengangkat orang miskin, yang tertindas, yang terbuang, dan yang terpinggirkan. Ia adalah penentang keras kapitalisme yang tidak terkendali, dan pendukung kuat aksi iklim serta perlindungan pada migran. Beberapa jam sebelum kematiannya, Fransiskus masih berbicara tentang penderitaan warga Palestina di Gaza.
Mendiang Paus berhasil merebut hati banyak orang yang bukan beragama Kristen di seluruh dunia, berkat kerendahan hati, kesederhanaan, dan ketulusannya dalam mengutamakan dialog antaragama, serta membangun hubungan dengan semua orang. Kritiknya yang terus-menerus terhadap serangan militer Israel di Gaza membuktikan rasa kemanusiaannya untuk sama-sama tegak membela orang-orang yang tidak berdaya.
Paus Leo XIV, Paus ke-267, telah memilih "In Illo Uno Unum" sebagai motto episkopalnya. Arti motto tersebut adalah "dalam satu Kristus, kita adalah satu". Motto itu mencerminkan komitmennya terhadap persatuan dan keharmonisan di gereja. Ia telah lama menjadi pejuang hak-hak pekerja dan tradisi keadilan sosial Katolik, yang didirikan oleh Paus terakhir yang menggunakan nama Leo. Semua ini menunjukkan niatnya untuk melanjutkan jejak Fransiskus dalam memimpin gereja sebagai organisasi pelayanan global.
Konklaf tersebut menarik perhatian dunia, sebagian karena kebanyakan orang mengingat mendiang Paus dengan penuh kasih. Mereka berharap penggantinya akan meniru Fransiskus sebagai model bagi kemanusiaan.
Pemilihan pada Prevost juga mendobrak "tabu" bahwa seorang Amerika tidak boleh menduduki jabatan tertinggi Vatikan, selama Amerika Serikat masih menjadi negara adikuasa global. Kemungkinan besar ia terpilih karena rekam jejaknya. Tetapi, apakah ini tanda-tanda kemunduran AS masih harus ditinjau lagi.
Dalam pidato pelantikannya, Paus Leo menyerukan kepada orang-orang "untuk membangun jembatan komunikasi melalui dialog dan pertemuan, sehingga kita semua bisa menjadi satu umat, selalu dalam damai".
"Tanpa rasa takut, dengan persatuan, bergandengan tangan dengan Tuhan, dan dengan sesama kita, maka kita akan maju," katanya.
Kepada gereja, ia mengakatan, "Kita harus bersama-sama mencari cara menjadi gereja misionaris, membangun jembatan komunikasi, dialog, selalu menerima semua orang dengan tangan terbuka. Seperti alun-alun ini, terbuka untuk semua, bagi semua yang membutuhkan amal kasih kita, kehadiran kita, dialog, cinta kasih."
Media-media yang dekat dengan Vatikan mengangkat beberapa isu eksternal yang akan segera dihadapi oleh Paus Leo, seperti perang yang sedang berlangsung di Israel dan Palestina, juga Ukraina, sentimen antiimigran, persekusi terhadap umat Kristen di seluruh dunia, perubahan kebijakan global, dan matinya transnasionalisme. Di gereja, ia juga harus menangani pekerjaan yang belum selesai, seperti kasus pelecehan seksual yang diduga melibatkan para pendeta.
Pemilihan Prevost terjadi setelah Presiden AS Donald Trump memicu kemarahan banyak umat Katolik dengan mengunggah gambar dirinya sebagai paus, yang dibuat dengan teknologi kecerdasan buatan. Gambar itu dibagikan oleh akun media sosial Gedung Putih, ketika banyak orang di seluruh dunia sedang berduka atas kematian Paus Fransiskus.
Sebagai kardinal, Prevost tidak pernah ragu untuk mengkritik Trump dan Wakil Presiden JD Vance. Sikap itu terlihat dalam beberapa unggahan di akun X miliknya. Meski demikian, Trump menggambarkan kebangkitan seorang Amerika menjadi paus sebagai "kehormatan" besar bagi negara tersebut.
Indonesia, khususnya umat Katolik yang merupakan warga minoritas, bergabung dengan dunia dalam menyambut Paus Leo XIV. Umat Katolik Indonesia berharap ia memimpin gereja sebagai lembaga keagamaan yang menyebarkan kedamaian dan kasih sayang, serta mendukung semua orang yang menderita.
Semoga Tuhan memberkati paus yang baru.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.