TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

PDB kuartal 1? Sudahlah, jangan dilihat lagi!

Jika menggunakan skenario pesimistis, PDB kuartal pertama buruk, dan keadaan akan semakin sulit sejak sekarang, mengingat ketidakpastian di masa mendatang. Namun ada pandangan optimistis. Yaitu meskipun faktor global sebagian besar ada di luar kendali kita, ada langkah-langkah yang dapat kita ambil di dalam negeri untuk mempersiapkan negara kita menghadapinya.

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Tue, May 13, 2025 Published on May. 12, 2025 Published on 2025-05-12T18:19:04+07:00

Change text size

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
PDB kuartal 1? Sudahlah, jangan dilihat lagi! Bill Gates (second left) and President Prabowo Subianto (right) view meal boxes during their visit to a school to inspect the free nutritious meals program in Jakarta on May 7. (Reuters/Willy Kurniawan)
Read in English

 

Setelah muncul data pertumbuhan ekonomi kuartal pertama yang ternyata sangat jauh dari angka yang diharapkan pemerintah, para pejabat menunjuk kuartal kedua sebagai masa-masa yang harus diperhatikan.

Memang benar bahwa dua faktor luar biasa yang ditengarai telah menyeret pertumbuhan PDB menurun dalam tiga bulan pertama tahun ini. Akibatnya, angkanya mengecewakan, yaitu sebesar 4,87 persen.

Faktor pertama, pemerintahan Prabowo Subianto memulai pengetatan serius untuk beberapa anggaran di awal tahun. Pemotongan anggaran besar-besaran terjadi di seluruh kementerian dan lembaga negara lainnya, guna mendapatkan dana bagi program prioritas yang jadi janji politik Presiden.

Salah satunya adalah program makan bergizi gratis. Program ini memberi makan lebih dari 80 juta anak sekolah, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui di seluruh negeri, dan merupakan janji utama kampanye Prabowo.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Faktor kedua, adalah dibuatnya lembaga pengelola aset negara, Danantara, baru-baru ini. Danantara menggabungkan fungsi lembaga pengelola kekayaan negara dengan apa yang mungkin disebut sebagai wahana investasi strategis. Fungsi tersebut dirancang akan menggunakan dana dari perusahaan milik negara tetapi juga terbuka untuk pendanaan eksternal.

Kedua program prioritas tersebut membutuhkan dukungan anggaran yang sangat besar. Meskipun pemotongan pengeluaran di tempat lain seharusnya memungkinkan adanya anggaran besar tersebut, sebagian besar dana yang sudah dipotong belum digunakan, karena sejauh ini, baik program makan gratis maupun Danantara belum mencapai skala operasional penuh.

Dampak ekonomi dari penataan ulang kebijakan anggaran tersebut adalah banyaknya masalah ekonomi yang terasa pada kuartal pertama. Misalnya, industri perhotelan dan seminar mengalami kerugian karena terjadi pemotongan dana untuk acara-acara pemerintah, sementara sebagian besar keuntungan baru bisa dihitung kemudian.

Kedua, ketika kita menilai pertumbuhan PDB, kita biasanya membandingkan output ekonomi yang terjadi dengan angka dari periode yang sama tahun lalu. Dalam kasus ini, periode tahun lalu, kuartal pertama 2024, merupaka masa terjadinya pengeluaran negara yang luar biasa besar untuk pemilihan presiden, yang diadakan pada Februari.

Tahun lalu, belanja pemerintah merupakan pendorong utama pertumbuhan PDB pada kuartal pertama. Ketiadaan belanja tersebut pada tahun ini membuat pertumbuhan PDB kuartal pertama tahun 2025 terlihat lemah jika dibandingkan dengan tahun lalu. Itulah yang dikenal sebagai efek mendasar.

Jadi, meskipun penurunan tingkat pertumbuhan PDB Indonesia di bawah yang biasanya, yaitu 5 persen, bukanlah gambaran yang baik bagi pemerintahan baru, pemerintah juga punya rencana sendiri ketika menyarankan agar masyarakat menunggu saja kuartal kedua, juga semester kedua tahun ini, sebelum membuat penilaian yang terlalu keras tentang prospek PDB.

Masalahnya, terdapat tantangan baru yang membahayakan pertumbuhan ekonomi di sisa tahun ini. Pertama dan yang terutama adalah perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, dua mitra dagang terbesar Indonesia.

Memang, pembicaraan di Jenewa baru-baru ini menunjukkan bahwa kedua negara yang berseteru, bahkan dalam persaingan yang melampaui urusan ekonomi, mungkin akan mencapai kesepakatan. Tapi, perlambatan signifikan dalam perdagangan dan investasi di antara keduanya hampir pasti akan terjadi, dan hal itu akan juga menyeret turun aktivitas ekonomi global.

Skenario pesimistisnya adalah kuartal pertama yang berlangsung dengan hasil buruk, dan keadaan akan semakin sulit sejak sekarang, mengingat ketidakpastian di masa mendatang. Pandangan optimistisnya adalah, meskipun faktor global sebagian besar ada di luar kendali kita, ada langkah-langkah yang dapat kita ambil di dalam negeri untuk mempersiapkan negara kita menghadapinya.

Saat kita melanjutkan program makan bergizi gratis dan Danantara, tidak perlu dikatakan lagi bahwa keduanya perlu dikelola dengan baik, menggunakan hitungan target yang ditetapkan dengan jelas. Pelaksanaan program juga harus transparan untuk memperkuat alasan bahwa dua program itu benar-benar sesuai dengan dana yang dikucurkan ke dalamn

Sebagian besar dana nasional kita sekarang berada di Danantara. Karena itu, kegagalan atau keberhasilan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan jangka panjang negara kita akan tergantung pada seberapa baik lembaga tersebut dikelola.

Pengelolaan dana yang tepat juga penting untuk aktivitas sektor swasta. Hanya jika investor percaya bahwa pengeluaran pemerintah menciptakan peluang bisnis bagi mereka, mereka akan berkomitmen untuk terlibat. Jika mereka sudah yakin, mereka tidak akan mengambil sikap wait and see, menunggu dan melihat, seperti yang sering terdengar dalam beberapa bulan terakhir.

Tentu saja, deregulasi lebih lanjut tidak akan merugikan juga. Ancaman tarif impor AS yang sangat tinggi mungkin telah menciptakan tekanan yang diperlukan untuk akhirnya memhapuskan aturan yang terlalu proteksionis dan seringkali remeh, seperti aturan tentang persyaratan konten lokal.

Jadi, meskipun kuartal pertama tidak sesuai harapan, kita terus melanjutkan hidup. Marilah! 

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.

Share options

Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!

Change text size options

Customize your reading experience by adjusting the text size to small, medium, or large—find what’s most comfortable for you.

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!

Continue in the app

Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.