TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

2023: Sambut pemilu, pemilih fokus pada program capres

Nina A. Loasana and Yerica Lai (The Jakarta Post)
Premium
Jakarta
Sat, December 30, 2023

Share This Article

Change Size

2023: Sambut pemilu, pemilih fokus pada program capres A political party representative signs on Nov. 29, 2023 the Declaration on the 2024 Peaceful Election Campaign during a ceremony at Maimun Palace in Medan, North Sumatra. (Antara/Fransisco Carolio)
Read in English
Indonesia Decides

Semester kedua 2023 mungkin dikenang oleh banyak orang karena memperlihatkan beberapa dorongan terburuk umat manusia. Misalnya, ada kemampuan untuk bertoleransi pada perang yang tidak adil, atau bahkan mendukungnya. Atau juga keengganan untuk menyelesaikan krisis iklim.

Masyarakat Indonesia diliputi beragam kekhawatiran. Misalnya bahwa kecerdasan buatan dapat menggantikan tenaga manusia sehingga menghilangkan lapangan pekerjaan. Lalu ada kondisi kualitas udara yang buruk yang dapat membahayakan kesehatan. Kemudian ancaman krisis biaya hidup yang memperlihatkan betapa besarnya kerentanan kita. Namun, masyarakat Indonesia tampak lebih fokus pada pemikiran untuk tidak mengulangi kesalahan yang terjadi pada pemilihan umum 2019.

Masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan bersiap menyambut pemilu 2024, yang akan menjadi pemilu serentak terbesar di dunia, yang terselenggara dalam satu hari. Dan meskipun bayang-bayang politik sektarian dan polarisasi politik tampaknya mulai memudar, kekhawatiran baru mengenai politik dinasti dan penyimpangan yang dilakukan lembaga negara telah menghantui integritas pemilu mendatang.

Naditya Fitriani Hasanah, karyawan berusia 29 tahun asal Bogor, Jawa Barat, menikmati kenyataan bahwa sejauh ini, perselisihan di antara kalangan pendukung tiap kandidat pada tahun pemilu saat ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pemilu presiden 2019. Perselisihan yang ia maksud adalah yang terjadi secara daring di dunia maya, maupun yang terjadi di dunia nyata.

“Saya ingat pada 2019, ada lebih banyak narasi politik pemecah belah yang disebarkan oleh pendukung salah satu calon presiden, seperti sebutan kampret dan kecebong,” katanya kepada The Jakarta Post pada hari Jumat 29 Desember. Ia mengacu pada dua istilah yang digunakan pendukung untuk saling menghinda dalam pemilu tahun itu.

Pemilu terakhir lima tahun lalu memperlihatkan persaingan sengit antara duo musuh bebuyutan, yaitu Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Ketua Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Prabowo secara terbuka mencari dukungan dari kelompok Islam konservatif dan kelompok garis keras, serta menyuarakan kepentingan mereka.

Perselisihan antara pendukung kedua kandidat ditandai dengan permusuhan, sektarianisme, kefanatikan, dan rasisme. Saat itu, marak digunakan kata “kecebong” untuk menyebut pendukung Jokowi dan “kampret” bagi pendukung Prabowo.

to Read Full Story

  • Unlimited access to our web and app content
  • e-Post daily digital newspaper
  • No advertisements, no interruptions
  • Privileged access to our events and programs
  • Subscription to our newsletters
or

Purchase access to this article for

We accept

TJP - Visa
TJP - Mastercard
TJP - GoPay

Redirecting you to payment page

Pay per article

2023: Sambut pemilu, pemilih fokus pada program capres

Rp 29,000 / article

1
Create your free account
By proceeding, you consent to the revised Terms of Use, and Privacy Policy.
Already have an account?

2
  • Palmerat Barat No. 142-143
  • Central Jakarta
  • DKI Jakarta
  • Indonesia
  • 10270
  • +6283816779933
2
Total Rp 29,000

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.