TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Pesan damai Paskah

Editorial Board (The Jakarta Post)
Jakarta
Sat, April 8, 2023

Share This Article

Change Size

Pesan damai Paskah Pope Francis greets visitors from the balcony overlooking St. Peter’s Square at the Vatican on 21 April, 2019. He led Easter Mass at St. Peter’s Square that day. (Reuters/Vatican Media/-)
Read in English

A

da anggapan, bahkan di antara orang Kristen, bahwa peringatan Paskah kurang meriah jika dibandingkan dengan Natal. Pun bagi para pebisnis, masa libur Paskah hanya membuka sedikit peluang untuk menaikkan penjualan ketimbang saat Natal yang sudah dirayakan sejak awal Desember atau bahwa sebelumnya.

Sulit menemukan ada diskon khusus Paskah di pusat perbelanjaan populer di Jakarta, atau bahkan di negara-negara mayoritas Kristen di seluruh dunia. Beda dengan Natal. Saat Natal, banyak pemilik bisnis sengaja membagikan bonus agar bisa dibelanjakan bersama keluarga. Pendek kata, Paskah adalah perayaan yang kurang semarak dan kurang berwarna jika dibandingkan dengan Natal.

Padahal kenyataannya, dalam tradisi Kristen -apakah Katolik, Protestan, Ortodoks, atau aliran lain, Paskah adalah semacam kesaksian pada misteri iman Kristen. Para pemeluk Kristiani menganggap Paskah adalah hari besar terpenting karena di hari itulah semua umat merayakan kebangkitan Yesus Kristus dari kematian setelah disalib selama tiga hari. Kebangkitan membuktikan bahwa kuasa cinta Allah pasti menang atas dosa dan maut.

Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, bisa dipahami jika Indonesia tidak menjadikan Paskah salah satu hari libur nasional. Komunitas Kristen juga sudah tidak mengharapkan adanya ucapan selamat Paskah resmi dari pemerintah pada perayaan besok, tidak seperti saat Natal.

Namun, Paskah tetap memberikan banyak pelajaran, paling tidak bisa jadi sumber inspirasi, yang dapat kita teladani untuk menciptakan dunia yang lebih baik.

Paskah banyak mengajarkan harapan dan semangat untuk bangkit dari bencana. Jika orang Kristen percaya bahwa tidak ada mahkota tanpa salib, umat manusia belajar bahwa pasti ada kegembiraan setelah mengalami kesakitan.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Paskah tahun ini sangat cocok dengan situasi Indonesia, dan dunia, yang sedang berjuang bangkit kembali setelah kehancuran akibat pandemi COVID-19, meski ternyata masih ada tantangan lanjutan yaitu bayang-bayang resesi global. Namun pandemi menguji ketahanan bangsa, dan Indonesia patut bersyukur berhasil melewati tantangan tersebut meski sempat melakukan beberapa kesalahan di awal penanganan.

Sebagai bangsa yang dikenal religius, masyarakat Indonesia dari berbagai agama mencari campur tangan Tuhan di rumah atau tempat ibadah. Semua berdoa agar Tuhan menghindarkan manusia dari malapetaka. Banyak yang yang percaya doa mereka dikabulkan, karena sekarang COVID-19 telah berhasil dikendalikan. Yang lebih penting, bangsa Indonesia sudah terbukti kokoh dan siap menghadapi ancaman lain di masa depan.

Slogan pemerintah “Pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat” mencerminkan niat negara untuk bangkit dari dampak pandemi yang mematikan. Sayangnya, slogan itu hanya akan jadi angan belaka jika masyarakat tidak mendukung penuh. Belajar dari semangat Paskah, pemerintah bertanggung jawab membantu mengubah kecemasan dan keputusasaan yang terjadi di masyarakat menjadi sumber kekuatan yang mereka butuhkan agar bisa pulih seutuhnya.

Menurut kepercayaan Kristen, Paskah juga merupakan kisah rekonsiliasi antara manusia dengan Tuhan, melalui pengorbanan Yesus. Bila disesuaikan dalam konteks hari ini, Paskah bisa mengajarkan kesadaran. Saat ini manusia berada di ambang kerusakan ekologi sebagai dampak pembangunan yang menempatkan alam sebagai komoditas. Selama berabad-abad, kekayaan alam dikuras. Sudah selayaknya kini ada gerakan rekonsiliasi dengan alam, dalam arti lebih sadar terhadap prinsip-prinsip lingkungan, sosial dan tata kelola. Gerakan itu harus dilakukan semua pihak, baik pembuat kebijakan maupun pelaku industri.

Tidak akan ada bisnis yang berkelanjutan tanpa menghormati hak-hak masyarakat di sekitar wilayah operasional. Harus ada komitmen terhadap transparansi dan akuntabilitas. Alam harus dijaga kelestariannya. Di sisi lain, ada gerakan mempopulerkan pengurangan emisi karbon melalui inisiatif hemat energi atau ajakan menggunakan energi terbarukan. Semua bertujuan sama, yaitu memperbaiki hubungan dengan ibu pertiwi, agar lebih harmonis.

Paskah jatuh di bulan April, bulan yang sama dengan Idul Fitri tahun ini yang kemungkinan besar dirayakan pada 22 April, tergantung keputusan pemerintah. Kebetulan atau tidak, dua agama Samawi merayakan hari besar di bulan yang sama seperti menunjukkan pentingnya kedekatan hati kita satu sama lain. Kita harus saling peduli. Kita harus saling memperhatikan.

Bagaimanapun, keharmonisan, di tengah keragaman, akan mewujudkan perdamaian di muka bumi. Selamat Paskah.

 

 

 

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.