TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Masalah kelaparan di Papua

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Sat, August 5, 2023

Share This Article

Change Size

Masalah kelaparan di Papua Officials and volunteers unload packages of humanitarian aid for famine victims on Wednesday, July 26, 2023, in Puncak Jaya regency, Central Papua. (Antara/HO/Kemensos)
Read in English

D

i Papua, yang terkenal berlimpah sumber daya alam, sekitar 7.500 orang dari pelosok distrik Agandugume dan Lambewi di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, telah berbulan-bulan berebut makanan. Kekeringan yang diperburuk cuaca dingin di bulan Juni menyebabkan tanaman pangan utama mereka, ubi dan talas, gagal atau rusak. Penduduk setempat terpaksa makan umbi busuk.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sedikitnya enam orang, termasuk seorang bayi, meninggal akibat dehidrasi atau diare. Jumlah yang jatuh sakit semakin banyak, karena harus berjalan kaki selama dua hari ke distrik tetangga terdekat untuk mencari makan. Perjalanan yang lama makin memperburuk kesehatan mereka.

Pemerintah sudah tahu bahwa tiap tahun mungkin terjadi gagal panen karena peristiwa cuaca ekstrem. Namun, tidak banyak yang dilakukan untuk mencegah dan mengurangi dampaknya.

Awal minggu ini, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy berkunjung ke Papua membawa bantuan bencana. Ia menjenguk daerah terdampak bencana di Kabupaten Puncak. Saat itu, ia katakan bahwa musim kemarau dan cuaca dingin merupakan fenomena cuaca tahunan yang biasa terjadi antara Mei hingga Juli. Penurunan suhu dapat terjadi selama berminggu-minggu dan segera diikuti kurangnya curah hujan, sehingga menghambat petani setempat menanam tanaman pangan. Kabupaten Puncak, sesuai namanya, berada di ketinggian, menjadi satu-satunya tempat di Indonesia yang diselimuti salju karena dinginnya lokasi.

Kelaparan di Kabupaten Puncak bukanlah yang pertama terjadi di Papua. Kekeringan melanda Lanny Jaya, sekarang bagian dari provinsi Dataran Tinggi Papua, Agustus lalu, dan membuat ratusan orang di Kabupaten Kuyawage kekurangan bahan pangan.

Setidaknya tiga orang meninggal karena masalah kesehatan terkait kelaparan. Namun, Jakarta membantah bahwa penduduk Papua kelaparan dan kekurangan makanan. Dikatakan bahwa mereka meninggal dunia karena penyakit parah yang semakin buruk akibat kondisi cuaca ekstrim.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Pada 2018, wabah campak dan gizi buruk melanda Agats di Kabupaten Asmat, yang kini menjadi bagian dari Provinsi Papua Selatan. Sekitar 800 anak jatuh sakit, dan sedikitnya 100 orang meninggal dunia.

Kelaparan di Puncak terjadi saat Presiden Joko “Jokowi” Widodo berjanji membangun wilayah paling timur Indonesia tersebut.

Jakarta mengucurkan lebih dari Rp10 triliun ($659 juta dolar Amerika) per tahun untuk dana otonomi khusus sekaligus pembangunan berbagai proyek infrastruktur di wilayah Papua. Salah satu proyek andalan Jokowi di wilayah tersebut adalah lumbung pangan, termasuk ladang jagung di Kabupaten Jayapura yang bulan lalu dikunjungi Presiden.

Dalam kunjungan tersebut, Presiden menekankan bahwa sistem produksi pangan yang baik akan membawa Indonesia bagian timur menjadi lebih sejahtera. Namun, dia urung menjawab pertanyaan soal cara mendistribusikan bahan pangan itu ke seluruh wilayah, termasuk ke daerah dataran tinggi seperti Kabupaten Puncak. Wilayah tersebut hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki dari landasan udara Sinak, tempat pihak berwenang menurunkan bantuan bencana.

Diperlukan solusi jangka panjang untuk mencegah bencana kemanusiaan lebih lanjut terjadi di kabupaten lain di Papua. Tampaknya pemerintah telah mengambil, atau setidaknya memikirkan, langkah pertama.

Menyadari bahwa cuaca dingin bisa datang lagi setiap tahun, Muhadjir mengatakan akan menyarankan pada Presiden agar memerintahkan pembangunan gudang pangan di dekat landasan udara Sinak. Dengan cara ini, pihak berwenang dapat dengan mudah mendatangkan dan menyimpan bahan makanan sebelum terjadi gagal panen.

Namun, masih ada pertanyaan tentang seberapa sering pemerintah akan memasok bahan makanan tersebut. Apakah mereka memiliki sumber daya yang cukup untuk menerbangkan makanan ke daerah pegunungan? Kondisi saat ini terjadi akibat krisis iklim. Peristiwa cuaca ekstrem seperti hawa sangat dingin yang berpotensi merusak panen seperti di Puncak mungkin akan lebih sering terjadi di Papua. Apakah kita dapat memproduksi dan mendistribusikan cukup bahan pangan untuk seluruh kabupaten di sana?

Pemerintah perlu segera menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Jika tidak, warga Papua akan kembali kelaparan tahun depan, atau bahkan lebih cepat lagi.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.