erita ketidakhadiran Presiden Amerika Serikat Joe Biden dari KTT ASEAN di Jakarta bulan depan merupakan kabar yang mengecewakan Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan Indonesia. Sebagai tuan rumah KTT tahunan dan forum dialog dengan negara-negara besar, kita tentu mengharapkan semua tamu yang diundang akan hadir.
Pertanyaannya, mengapa Biden memilih untuk tidak datang? Kita boleh bertanya-tanya, jangan-jangan masalahnya ada di pihak Indonesia.
Presiden Jokowi mengaku masih menunggu konfirmasi final dari para pemimpin yang diundang, termasuk Presiden Biden. Namun Reuters baru-baru ini mengutip berbagai sumber yang mengatakan bahwa Washington telah secara resmi memberi tahu Jakarta, bahwa Wakil Presiden Kamala Harris akan datang mewakili Biden. Wakil presiden Amerika perempuan sekaligus berdarah Asia yang pertama itu sempat mengunjungi Singapura dan Vietnam pada Agustus 2021, tetapi tidak mampir Indonesia.
Rasanya tidak ada alasan khusus yang memaksa pemimpin AS mengirim wakilnya ke Jakarta. Ketidakhadiran pemimpin dari negara yang paling berkuasa di dunia akan selalu memicu spekulasi. Tuan rumah akan cenderung menganggap ketidakhadiran tersebut sebagai sikap memandang remeh atau indikasi kurangnya rasa hormat.
Sebelum banyak menggerutu, Jokowi sebaiknya menyalahkan diri sendiri karena gagal membina hubungan yang kuat dengan Amerika. Meski telah melakukan beberapa kunjungan ke AS, ia tidak terlalu menaruh perhatian pada negara tersebut, dan lebih fokus pada China serta negara-negara berkembang lainnya, yang menjadi pusat program kebijakan luar negerinya. Sekadar catatan, selama masa kepresidenannya, Jokowi hanya tiga kali mengunjungi Amerika. Bandingkan dengan enam kali kunjungannya ke China.
Pada masa lima tahun pertama menjabat sebagai presiden, Jokowi membiarkan Duta Besar Indonesia untuk AS saat itu, Budi Bowoleksono, tinggal di Amerika selama lima tahun, hingga Januari 2019, dua tahun lebih lama dari masa jabatan biasanya. Seorang presiden biasanya menunjuk orang kepercayaannya sendiri untuk menduduki posisi penting semacam itu.
Pada Januari 2019, Jokowi menunjuk diplomat karier dan mantan Wakil Menteri Keuangan, juga mantan Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar, sebagai pengganti Budi. Namun, sembilan bulan kemudian, Mahendra dipanggil pulang. Jokowi mengangkatnya menjadi wakil menteri luar negeri.
Jabatan duta besar RI di Washington sempat lowong selama hampir 11 bulan hingga Jokowi melantik mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Muhammad Lutfi sebagai utusan baru pada 14 September 2020. Masa jabatan Lutfi hanya bertahan tiga bulan karena Jokowi kemudian menunjuknya menjadi menteri perdagangan.
Kedutaan Besar Indonesia di DC sempat tidak memiliki duta besar selama 17 bulan sejak Desember 2020 hingga Juli 2022. Lalu, Jokowi menunjuk Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan Perkasa Roeslani sebagai utusan Indonesia untuk AS. Kini kedutaan kembali kosong sejak bulan lalu setelah Rosan dilantik sebagai Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara.
Jakarta tentunya mengharapkan Gedung Putih atau Departemen Luar Negeri segera memberikan alasan resmi atas ketidakhadiran Biden, mengingat KTT ASEAN yang dijadwalkan pada 4-7 September merupakan salah satu pertemuan para pemimpin paling berpengaruh di wilayah Asia dan Pasifik.
Secara personal, KTT mendatang akan bermakna bagi Jokowi karena akan jadi kali terakhir ia memimpin pertemuan multilateral, sebelum meninggalkan jabatannya pada Oktober tahun depan. KTT bahkan dipercepat dua bulan karena jadwal Indonesia yang akan padat oleh kampanye pemilu legislatif dan kampanye presiden mulai November 2023 hingga awal Februari 2024.
Setelah KTT ASEAN di Indonesia, Perdana Menteri India Narendra Modi akan menjadi tuan rumah KTT G20 di New Delhi pada 9-10 September. Mengetahui hubungan hangat antara Biden dan Modi, ada kemungkinan presiden AS akan hadir di KTT di Delhi.
Ketidakhadiran Biden di KTT ASEAN hanya akan menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen AS terhadap kawasan Asia Tenggara, di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing, serta meningkatnya aksi militer China di Laut China Selatan. Empat dari 10 anggota ASEAN, yaitu Malaysia, Brunei, Vietnam dan Filipina, terlibat dalam sengketa wilayah dengan China di laut yang kaya sumber daya tersebut.
Mudah-mudahan, jika Biden benar-benar tidak akan hadir di KTT ASEAN di Jakarta, Jokowi tidak akan membalasnya dengan absen di KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia Pacific Economic Cooperation atau APEC), saat Biden jadi tuan rumah KTT yang akan diselenggarakan di San Francisco tersebut pada pertengahan November mendatang. Indonesia tetap membutuhkan teman seperti Amerika, begitu pula sebaliknya.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.