TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Koalisi militer Thaksin

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Fri, September 1, 2023

Share This Article

Change Size

Koalisi militer Thaksin The Pheu Thai Party's Srettha Thavisin (center), approved by Thai lawmakers to become the kingdom's 30th prime minister, greets supporters and members of the media at the party headquarters after the parliament's prime ministerial vote in Bangkok on Aug. 22, 2023. Thai lawmakers approved tycoon Srettha Thavisin as the kingdom's new prime minister on Aug. 22, ending three months of political deadlock, on the same day former premier Thaksin Shinawatra returned from exile. (AFP/Lilian Suwanrumpha)
Read in English

A

da alasan kuat untuk bersikap optimis melihat kemampuan Thailand menyelesaikan kekacauan politik yang terjadi selama berbulan-bulan di negara tersebut. Thailand dapat memulihkan stabilitas, dan sejauh ini stabilitas itu telah membantu negara mempercepat pertumbuhan, sebagian berkat industri pariwisata dan pertaniannya, serta menarik investasi asing.

Beberapa hal terjadi di Thailang. Pertama, terpilihnya taipan bisnis Srettha Thavision dari Partai Pheu sebagai perdana menteri Thailand ke-30. Srettha terpilih dengan persetujuan militer yang kuat. Lalu, Thaksin Shinawatra, politisi paling populer namun memecah belah di negara itu, juga kembali dari pengasingan. Diharapkan, dua kejadian tersebut mengembalikan stabilitas politik sehingga pemerintahan baru dapat bekerja hingga masa akhir mandat, yaitu tahun 2027.

PM Srettha akan menghadiri KTT ASEAN minggu depan di Jakarta. KTT ASEAN adalah ajang perundingan para pemimpin regional, dengan sesama pemimpin dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Australia.

Partai Pheu menempati posisi kedua dalam pemilu bulan Mei. Posisi teratas adalah Partai Move Forward (MFP). Namun, MFP gagal memperoleh kursi parlemen untuk membentuk pemerintahan. Akhirnya, ketuanya, Pita Limjaroenrat, gagal menjadi Perdana Menteri.

Kemenangan MFP jadi mengecewakan. Padahal mereka berhasil menjaring pemilih muda melalui janji demiliterisasi negara dan mengurangi peran raja menjadi  hanya pada fungsi seremonial. Namun, justru kedua lembaga tersebut diyakini melakukan manuver politik, yang lalu menggagalkan ambisi MFP dan Pita.

Partai Pheu berhasil membentuk pemerintahan berkat dukungan partai promiliter, Palang Pracharath dan Partai United Thai Nation. Thaksin kembali ke negaranya setelah jelas bahwa dia tidak perlu menjalani hukuman delapan tahun penjara yang dijatuhkan setelah terbukti melakukan beberapa kejahatan. Bagaimanapun, dia bisa meminta pengampunan raja.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Thaksin memang masuk penjara setibanya di Thailand, tetapi sehari kemudian dipindahkan ke rumah sakit karena alasan kesehatan.

Negara tetangga dan masyarakat luar seringkali sulit memahami cara kerja politik di Thailand. Di sana, peran raja dan militer sangat dominan. Militer telah melancarkan 22 kudeta, 13 di antaranya berhasil, termasuk kudeta yang menggulingkan Thaksin pada tahun 2006. Militer juga yang menginisiasi 20 amandemen konstitusi sejak berdirinya negara tersebut pada 1932.

Sistem ini terlihat efektif, terutama selama 70 tahun masa pemerintahan Raja Bhumibol Adulyadej, yang mangkat pada Oktober 2016. Kebanyakan orang memuja dan menaatinya karena mereka percaya bahwa sang raja telah melakukan hal terbaik bagi bangsanya.

Bank Dunia menyoroti cara Thaliand mencapai kemajuan luar biasa dalam pembangunan sosial dan ekonomi. Negara itu berhasil bangkit dari posisi negara berpendapatan rendah menjadi negara berpendapatan menengah ke atas dalam waktu kurang dari satu generasi. Semakin banyak anak yang mendapatkan pendidikan lebih tinggi, dan hampir semua orang kini terlindungi asuransi kesehatan. Berbagai bentuk jaminan sosial lain juga tersedia.

Perekonomian Thailand pulih pada kuartal pertama tahun 2023, menjadi 4,5 persen. Pemulihan dilatari permintaan domestik dan pariwisata. Namun, banjir dan kekeringan berkepanjangan menjadi faktor utama yang menghambat pertumbuhan yang lebih tinggi.

Raja Maha Vajiralongkorn tampaknya tidak mendapatkan penghormatan atau bahkan kepercayaan dari rakyat, berbeda dengan Bhumibol di masa lalu. Saat sang ayah memimpin, militer sepenuhnya berada di bawah kendali raja. Hal itu yang kini berubah.

Kemenangan MFP merupakan sinyal jelas bahwa rakyat Thailand tidak ingin raja sekarang menjadi sekuat ayahnya. Panglima militer Thailand Jenderal Narongpan Jitkaewthae berjanji tidak akan kembali ke kekuasaan militer, tak peduli siapa pun yang memenangkan pemilu bulan Mei. Kudeta militer terakhir terjadi pada 2014, ketika Jenderal Prayuth Chan-o-cha menggulingkan pemerintahan sipil perdana menteri Yingluck Shinawatra, saudara perempuan Thaksin.

Sebelumnya, terdapat kekhawatiran yang tersebar luas bahwa militer, mengingat rekam jejak kudeta mereka, mungkin akan melakukan lagi perebutan kekuasaan dengan kekerasan. Banyak yang menerka mereka kecewa pada hasil pemilu 14 Mei. Namun, terpilihnya Srettha, 60 tahun, membuktikan bahwa terkaan itu meleset. Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya tentu juga menginginkan stabilitas politik di Thailand tetap terjaga, mengingat pentingnya peran negara tersebut dalam perhimpunan. Sejak berdirinya ASEAN di Bangkok pada 1967, Thailand selalu menjadi garda depan dalam upaya mengembangkan organisasi ASEAN menjadi kelompok yang dihormati di dunia.

Selamat kepada PM Srettha dan juga pada rakyat Thailand.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.