TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Informasi keliru soal Wolbachia

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Sat, December 2, 2023

Share This Article

Change Size

Informasi keliru soal Wolbachia Disease prevention: A local resident shows eggs of Wolbachia-infected mosquitoes distributed to the community in Bulusan subdistrict in Semarang, Central Java, on Nov. 23, 2023. The program is part of the government’s efforts to fight dengue fever. (Kompas/Kristi Dwi Utami)
Read in English

K

ementerian Kesehatan berupaya meredam kekhawatiran masyarakat yang timbul setelah muncul informasi palsu terkait nyamuk yang diberi virus Wolbachia. Nyamuk tersebut dianggap sebagai senjata baru untuk mengendalikan penyebaran demam berdarah di Indonesia. Tetapi informasi salah yang beredar adalah bahwa nyamuk dengan Wolbachia merupakan “rekayasa genetika” dan dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia.

Ada kekhawatiran di kalangan masyarakat bahwa Wolbachia dapat menginfeksi tubuh manusia. Beberapa bahkan percaya bakteri Wolbachia dapat berperan dalam menyebarkan aktivitas homoseksual pada orang yang digigit nyamuk itu. Kecemasan itu muncul karena ada kutipan sebuah penelitian yang melaporkan bahwa galur (strain) Wolbachia dapat menyebabkan genetik laki-laki menjadi feminin.

Bulan lalu, warga Bali menentang proyek percontohan pelepasan 200 juta telur nyamuk pembawa Wolbachia di Buleleng dan Denpasar. Padahal program itu bertujuan mengurangi dampak demam berdarah terhadap masyarakat di sana. Ketakutan bahwa bakteri Wolbachia berpindah ke serangga lain dan kecemasan bahwa perpindahan inang itu akan berdampak terhadap perekonomian dan lingkungan merupakan salah satu alasan di balik penolakan tersebut.

Bukan main-main jika dikatakan bahwa rencana penyebaran Wolbachia telah memicu gelombang teori konspirasi, yang sebagian besar menyebar di dunia maya. Bahkan ada klaim yang mengatakan bahwa miliarder dermawan Bill Gates bertanggung jawab atas pengembangan nyamuk Wolbachia yang “dimodifikasi secara genetik” di Indonesia.

Namun satu hal yang pasti, klaim tersebut tidak didasari bukti dan akhirnya menghambat pendekatan inovatif untuk mencegah demam berdarah.

Pada Selasa, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengkonfirmasi bahwa pemerintah akan tetap melaksanakan rencananya untuk melepaskan nyamuk hasil pembiakan di laboratorium tersebut, untuk membatasi penyebaran demam berdarah di Indonesia. Rencana tetap berjalan, meski ada kontroversi.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Pemerintah berencana menyebarkan nyamuk hasil modifikasi tersebut di lima kota: Semarang, Jawa Tengah; Jakarta Barat di Jakarta; Bandung, Jawa Barat; Kupang, Nusa Tenggara Timur; dan Bontang, Kalimantan Timur. Kota-kota tersebut dipilih karena angka kasus demam berdarahnya yang tinggi, berada di atas angka kejadian global yaitu 10 per 100.000 penduduk.

Proyek Wolbachia dimulai di Bontang, Kupang, dan Semarang tahun ini, sebelum berlanjut ke Bandung dan Jakarta Barat tahun depan.

Program nasional ini melanjutkan kisah sukses uji coba di Yogyakarta tahun lalu, yang berhasil menurunkan kasus demam berdarah sebesar 77 persen dan tingkat rawat inap sebesar 86 persen. Efektivitas teknologi ini juga telah dibuktikan di 13 negara lain, termasuk negara tetangga kita, Australia dan Vietnam.

Penelitian menemukan bahwa Wolbachia, bakteri yang biasa ditemukan pada nyamuk macan Asia (Aedes albopictus) efektif melumpuhkan virus dengue pada nyamuk Aedes aegypti. Aedes aegypti adalah vektor utama virus dengue. Dengan lumpuhnya nyamuk penyebar demam berdarah, kasus penderita dapat berkurang dan kebutuhan ruang untuk pasien rawat inap bisa semakin kecil. Pendekatan ini dinilai efektif mengendalikan penyakit yang menular melalui organisme penyebar parasit (vector) di kota-kota padat penduduk dengan angka kejadian demam berdarah tinggi.

Kegigihan pemerintah tentu saja merupakan kunci kemajuan dalam mencapai target nihil kematian akibat demam berdarah pada 2030. Tingkat kejadian demam berdarah di Indonesia masih tinggi, dan anak-anak sering menjadi korban.

Mari berharap bahwa teknologi Wolbachia yang inovatif dapat membantu mengurangi tingkat kejadian penyakit ini.

Uji coba besar-besaran terhadap nyamuk pembawa Wolbachia, yang tidak dimodifikasi secara genetik dan aman bagi manusia, telah menunjukkan bahwa Indonesia menjadi pemimpin dalam penelitian penggunaan nyamuk untuk mengendalikan penularan penyakit.

Di dunia dengan kemajuan teknologi kesehatan, kita perlu tetap berpikiran terbuka terhadap ide-ide baru. Meskipun kekhawatiran kita mengenai konsekuensi rekayasa genetika memang beralasan, para ilmuwan telah lama menyatakan bahwa ada kemungkinan untuk merekayasa gen yang dimodifikasi demi mengendalikan serangga yang menularkan penyakit, seperti nyamuk.

Dalam 10 tahun terakhir, para ilmuwan telah mencapai kemajuan besar dalam merekayasa genetika gen yang dimodifikasi pada spesies nyamuk yang paling bertanggung jawab menyebarkan penyakit malaria. Malaria pun masih banyak terjadi di Indonesia. Penelitian mereka menunjukkan bahwa modifikasi gen dapat digunakan untuk mengurangi populasi vektor malaria atau menghentikan nyamuk-nyamuk tersebut menularkan malaria.

Pemerintah tidak perlu ragu mengambil tindakan tegas terhadap misinformasi dan berita palsu mengenai teknologi baru untuk memerangi demam berdarah. Apalagi informasi semacam itu hanya akan menimbulkan kebingungan, bahkan ketakutan di kalangan masyarakat. Yang lebih buruk lagi, informasi salah menyebabkan masyarakat menjadi resisten terhadap program kesehatan yang sesungguhnya paling mereka butuhkan.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.