TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Perdebatan kecil

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Tue, December 26, 2023

Share This Article

Change Size

Perdebatan kecil Vice presidential candidates Muhaimin Iskandar (left), Gibran Rakabuming Raka (center) and Mahfud MD attend a televised debate on Dec. 22, 2023, at the Jakarta Convention Center in Jakarta. (Reuters/Ajeng Dinar Ulfiana)
Read in English
Indonesia Decides

Pada akhirnya, ajang debat calon wakil presiden minggu lalu bukanlah kekisruhan seperti yang diprediksi banyak orang. Malah, ajang tersebut menjadi sebuah peristiwa yang biasa saja, karena di saat acara debat, para calon wakil presiden saling bertukar kata yang tidak terlalu mengesankan. Dan dalam hal calon dari Partai Gerindra, Gibran Rakabuming Raka, ajang itu seperti arenanya pamer pikiran kritis.

Seperti biasa, setelah debat, masing-masing kubu mendeklarasikan kemenangan mereka. Tim media sosial masing-masing kandidat memuji kinerja kandidat yang didukungnya, lalu menampilkan potongan-potongan klip debat bahkan hingga berhari-hari setelah penampilan para kandidat. Padahal, debat calon wakil presiden sudah sejak awal tidak pernah diunggulkan. Bahkan debat calon presiden pun sangat jarang bisa mempengaruhi preferensi pemilih, apalagi mengubah hasil pemilu.

Satu-satunya alasan pemirsa menantikan debat calon wakil presiden yang disiarkan televisi pada akhir pekan lalu adalah karena debat tersebut menampilkan Gibran. Ia adalah putra seorang presiden petahana yang bergabung dengan calon presiden yang merajai jajak pendapat: Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Tentu saja ada unsur ketegangan dalam perdebatan tersebut, terutama di kalangan pendukung Gibran. Mereka khawatir bahwa Gibran yang minim pengalaman akan terlihat terbata-bata saat menjawab dan menanggapi dua politisi paling kawakan di negara ini. Dalam debat kemarin, rival Gibran adalah cawapres lain, yaitu Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin. Iskandar dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD.

Menjelang debat pemilihan umum kedua pekan lalu, media sosial dibanjiri dengan klip yang menunjukkan kegagalan Gibran menjawab pertanyaan paling sederhana dalam sebuah acara publik. Salah satu kesalahan terbesarnya adalah ketika ia menggunakan istilah asam sulfat, padahal yang ia maksud adalah asam folat, senyawa nutrisi yang dibutuhkan sebagian besar wanita hamil untuk pertumbuhan bayi yang sehat.

Sederhananya, Gibran, yang baru dua tahun menjabat sebagai Walikota Surakarta sebelum dicalonkan sebagai Wakil Presiden, adalah seorang yang tidak diperhitungkan. Standarnya tampak sangat rendah sehingga ia jadi dinilai tampil melebihi harapan pada ajang debat hari Jumat lalu.

Pria berusia 36 tahun ini tidak hanya dinilai lancar menyampaikan narasinya, ia juga berhasil berinteraksi dengan dua politisi senior yang usianya dua kali lipat usianya. Gibran bahkan sukses membela beberapa kebijakan ayahnya seperti hilirisasi nikel dan proyek infrastruktur. Kemudian dengan lihai Gibran menanggapi tuduhan Muhaimin bahwa pemerintahannya di Surakarta terlalu banyak mendapat sokongan dari pemerintah pusat karena ia adalah anak presiden.

Gibran juga berhasil melontarkan pertanyaan “menjebak” kepada Muhaimin dan Mahfud ketika ia menanyakan pandangan Muhaimin mengenai SGIE. SGIE atau State of the Global Islamic Economy adalah laporan tahunan tentang kondisi Ekonomi Islam atau halal secara global yang diluncurkan DinarStandard di Dubai, Uni Emirat Arab. Ia juga melontarkan pertanyaan soal CCS, atau carbon capture and storage, yang bisa diartikan sebagai proses penangkapan dan penyimpanan karbon, pada Mahfud.

Namun bahkan sebelum pertanyaan jebakan tersebut, Muhaimin dan Mahfud hanya menampilkan performa yang biasa-biasa saja. Siapa pun yang mengharapkan keduanya mengulangi penampilan dramatis calon presiden Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo pada debat pemilihan umum pertama tentu gigit jari.

Kita juga dapat berspekulasi bahwa setelah debat pertama yang sangat meledak-ledak, para penasihat politik di ketiga kubu berpikir tentang perlunya mereka menurunkan tensi. JIka tidak, ada risiko peningkatan ketegangan lebih lanjut.

Baik bagi Muhaimin maupun Mahfud, ada alasan yang jelas untuk tidak menunjukkan permusuhan terhadap Gibran di atas panggung.

Hingga beberapa bulan lalu, PKB pimpinan Muhaimin masih menjadi anggota koalisi pemerintahan Presiden Jokowi. Adik sang ketua partai, Abdul Halim Iskandar, menjabat sebagai Menteri Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Adapun Mahfud tetap menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan di dalam kabinet yang dipimpin Jokowi.

Artinya, ketiga kandidat tersebut pada dasarnya berasal dari kelompok yang sama. Dengan begitu, sesungguhnya hanya sedikit yang bisa mereka perdebatkan jika membicarakan kebijakan pemerintah.

Di tengah sikap dan sorak-sorai para kandidat pada Jumat lalu, kita mendengar ide-ide baru. Yang pertama adalah pembangunan 40 pusat kota “seperti Jakarta” dari Muhaimin dan yang kedua adalah usulan peningkatan pemberantasan korupsi agar Indonesia bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 7 persen yang diusung Mahfud.

Dua hal itu menjadi sesuatu yang perlu kita dengar lebih lanjut dalam debat presiden mendatang.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.