TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Takut terbang

Dampak dari insiden pilot yang kelelahan harus dimitigasi. Industri harus mengadopsi pendekatan proaktif yang berpusat pada transparansi, akuntabilitas, dan perbaikan secara terus-menerus.

Editorial Board (The Jakarta Post)
Jakarta
Sat, March 16, 2024

Share This Article

Change Size

Takut terbang A Batik Air Airbus A330-300t parks at Soekarno-Hatta International Airport in Tangerang, Banten, on Feb. 1, 2020. (JP/Seto Wardhana)
Read in English

K

epercayaan penumpang pesawat pada industri penerbangan merupakan hal yang sangat rapuh. Rasa itu mudah terganggu oleh kelalaian atau kesalahan, yang kecil sekalipun.

Hal ini terutama berlaku bagi masyarakat Indonesia. Maskapai negara ini merupakan yang berkinerja terburuk, berdasarkan jumlah penerbangan, di antara 50 maskapai penerbangan internasional papan atas. Predikat itu adalah hasil survei keandalan maskapai penerbangan pada 2023.

Laporan terbaru terkait pilot Batik Air yang tertidur selama penerbangan komersial menjadi pengingat akan kerentanan protokol keselamatan perjalanan udara.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melaporkan bahwa pilot dan kopilot penerbangan BTK-763 tertidur secara bersamaan selama 28 menit. Insiden terjadi pada 25 Januari, dalam penerbangan berdurasi dua jam dari Kendari, Sulawesi Selatan, menuju Jakarta. Karena pilot tertidur, terjadi kesalahan navigasi. Kelelahan jadi alasan kedua pilot tertidur dalam tugas.

Meskipun insiden semacam itu tampak jauh dari jangkauan, tetap saja hal itu mempertaruhkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perjalanan udara Indonesia secara keseluruhan.

Penumpang, setelah mendengar berita tersebut, mulai mempertanyakan integritas setiap penerbangan yang mereka tumpangi, tidak peduli maskapainya apa dan tujuannya ke mana. Keselamatan penerbangan kembali menjadi perhatian utama masyarakat.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Kecemasan ini diperburuk oleh serangkaian insiden penerbangan yang terjadi, khususnya di pesawat-pesawat yang diproduksi oleh produsen pesawat Boeing. Awalnya adalah panel pintu yang pecah pada penerbangan Alaska Airlines bulan lalu. Lalu, minggu lalu terdapat roda dari pesawat United Airlines yang jatuh kemudian menimpa sebuah mobil. Senin 11 Maret kemarin, salah satu penerbangan maskapai LATAM anjlok saat sedang mengudara, karena mengalami penurunan tingkat oksigen di kabin secara mendadak.

Sebagian besar penumpang Indonesia yang mudah cemas mungkin masih terbayang-bayang pada kesalahan fatal armada Boeing 737 Max yang menyebabkan jatuhnya Lion Air pada 2018.

Penerbangan komersial adalah sistem kompleks yang dibangun berdasarkan langkah-langkah keselamatan yang cermat dan protokol yang ketat. Namun upaya perlindungan ini hanya akan efektif jika orang yang diberi kepercayaan untuk mengoperasikan pesawatnya melaksanakan dengan tepat.

Pilot, khususnya, berperan sebagai ujung tombak keselamatan perjalanan udara. Ia memikul tanggung jawab atas nyawa ratusan penumpang di setiap penerbangan.

Kenyataan bahwa ada pilot yang kelelahan dan tertidur di tengah penerbangan membangkitkan sebuah kesadaran mendasar di benak para penumpang. Seharusnya, pilot yang bertanggung jawab atas keselamatan mereka seharusnya tetap waspada dan siaga setiap saat.

Pada saat yang sama, laporan KNKT sepertinya berhasli menarik simpati bagi pilot Batik Air yang bersangkutan. Salah satu dari mereka mengakui bahwa “dia tidak cukup istirahat”. Laporan tersebut kemudian menjelaskan secara rinci bahwa sang pilot sedang dalam proses pindah rumah sekaligus merawat bayi kembar berusia 1 bulan.

Namun, melalui pemeriksaan kesehatan wajib sebelum bertugas, kedua pilot dinyatakan layak untuk tugas penerbangan. Keduanya masih berada dalam koridor batas sembilan jam terbang untuk boleh mengudara berturut-turut, selama rentang waktu 24 jam. Keduanya juga dinilai sudah mendapat cukup waktu untuk istirahat.

Jadi siapa yang salah?

Insiden ini memicu kekhawatiran baru bahwa sejatinya maskapai penerbangan Indonesia masih belum cukup baik dalam memenuhi standar keselamatan. Pada 2007, Uni Eropa melarang semua maskapai penerbangan Indonesia masuk wilayah mereka karena masalah keselamatan yang belum terselesaikan selama bertahun-tahun. Namun, aturan pembatasan tersebut secara bertahap dicabut mulai 2009.

Jangan sampai kita lupa, pada 2020, tiga pilot dari maskapai penerbangan lokal juga ditangkap karena tuduhan memiliki narkotika jenis sabu-sabu. Padahal, sudah ada seruan agar industri penerbangan mengambil tindakan terhadap insiden serupa sekitar delapan tahun sebelumnya.

Seiring dengan makin beragamnya rute penerbangan ke lebih banyak wilayah di Indonesia, harus ada perhatian khusus dalam meningkatkan langkah-langkah mencegah kegagalan prosedur keselamatan.

Untuk memitigasi dampak dari insiden kelelahan pilot, industri harus mengadopsi pendekatan proaktif yang berpusat pada transparansi, akuntabilitas, dan perbaikan secara terus-menerus.

Badan yang mengatur keselamatan penerbangan juga harus menerapkan langkah-langkah pengawasan yang ketat. Mereka wajib meminta pertanggungjawaban maskapai penerbangan atas pelanggaran protokol keselamatan.

Dengan mengatasi akar penyebab insiden tersebut, industri penerbangan dapat menegaskan kembali komitmennya terhadap keselamatan penumpang. Dengan begitu, mereka dapat membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap perjalanan udara.

Tanpa membereskan akar masalah, fondasi keselamatan perjalanan udara akan semakin goyah.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.