Tak kunjung jelasnya prospek perdamaian yang lebih luas di Timur Tengah, membuat negara-negara di mana pun seharusnya mengabaikan batas geopolitik dan menuntut diakhirinya permusuhan secara permanen.
erangan udara Israel yang menewaskan pemimpin politik Hamas sekaligus negosiator perdamaian Ismail Haniyeh di ibu kota Iran pada Rabu, menjerumuskan dunia semakin dekat ke Perang Dunia III.
Komunitas internasional sekarang harus bersatu untuk menyerukan deeskalasi konflik. Semua harus menuntut segera diakhirinya serangan balasan Israel di Jalur Gaza. Dampak perang telah terasa makin jauh dan makin luas.
Adalah tindakan gegabah membiarkan Tel Aviv bertindak tanpa kendali lebih lanjut dalam upayanya menghabisi Hamas. Apalagi setelah Israel melakukan pembunuhan atas tokoh politik negara lain di tanah asing.
Sekarang ini, tidak ada pemimpin politik di mana pun di dunia yang akan dapat tidur nyenyak di malam hari. Pasalnya pemerintahan Benjamin Netanyahu telah menormalisasi pelanggaran hak kedaulatan suatu negara untuk melawan musuh regional.
Kita hanya bisa berharap bahwa pengabaian nyawa manusia tanpa alasan demi kelangsungan politik tidak meluas ke konflik lain. Kita perlu yakin tidak ada pihak yang membantu mengakhiri perdamaian dunia, pasca-Perang Dunia II.
Amerika Serikat berhasil lolos tanpa syarat dari hukuman atas pembunuhan Osama bin Laden di Afghanistan, dengan berdalih mengatasnamakan perang melawan teror. Tetapi dengan menurunnya keistimewaan dan pengaruh Amerika dalam tatanan dunia multipolar saat ini, Israel tidak akan dapat melakukan hal serupa yang diperbuat Amerika tanpa dampak yang lebih berat.
Negara-negara seperti Mesir dan Qatar, yang telah menjadi garda terdepan dalam negosiasi sebagai perantara gencatan senjata, dan bahkan beberapa bagian dari Uni Eropa, telah setuju bahwa Israel harus bertangung jawab atas makin parahnya konflik.
Pembunuhan Haniyeh hanya menambah ketakutan bahwa perang Gaza akan menyeret lebih banyak negara ke dalam konflik. Israel bagai menuang bahan bakar ke dalam api dengan membom konsulat Iran di Damaskus pada April lalu. Prospek konfrontasi yang lebih besar masih mungkin terjadi.
Meskipun Iran membalas serangan Israel, hal itu dilakukan dalam lingkup terbatas. Teheran bahkan memberi tahu AS bahwa mereka tidak berniat untuk "memperluas ketegangan". Dengan sikap Teheran itu, tak ada lagi yang dapat berpura-pura tidak melihat siapa aktor yang tidak beritikad baik dalam perang sepihak ini.
Di sisi lain, semakin banyak kekuatan global, termasuk Tiongkok, yang mengasah keterampilan mereka dan berusaha menjadi penengah perdamaian di kawasan seperti Timur Tengah. Namun, justru dengan begitu, semakin sulit bagi siapa pun untuk menarik batasan jelas.
Kelanjutan konflik yang telah telah berlangsung selama puluhan tahun ini sebagian akan bergantung pada Hamas, ingin membalas dendam atau tidak. Namun, saat ini menjadi masa yang paling tepat bagi siapa pun untuk memberanikan diri “menekan tombol set ulang”.
Karena jika kita terus membiarkan pihak yang bertikai saling membalas dendam, kita semua pada akhirnya akan terjebak dalam kekisruhan.
Dengan prospek perdamaian yang lebih luas di Timur Tengah semakin tidak jelas, seharusnya negara-negara di mana pun harus melintasi batas geopolitik dan menuntut diakhirinya permusuhan secara permanen.
Kami menyerukan kepada pemerintah Indonesia, baik pemerintahan yang baru maupun yang akan berakhir, serta setiap pihak berpengaruh lain yang diam-diam membuka jalan menuju perdamaian, agar memanfaatkan kesempatan ini guna membantu menjaga era perdamaian di dunia.
Jika ada yang perlu diperhatikan, pembunuhan negosiator Hamas oleh Israel, serta klaim bahwa Israel telah membunuh jenderal perang penguasa Gaza pada pertengahan bulan lalu harus dilihat sebagai dorongan untuk mengakhiri perang.
Israel seharusnya tidak lagi dapat beralasan bahwa membasmi Hamas adalah upaya serangan balasan. Tindakan itu telah meningkatkan jumlah korban warga sipil tak berdosa yang tewas. Saat ini, jumlah korban telah membengkak hingga lebih dari 30 kali lipat jumlah warga Israel yang jadi korban serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.