embangkit listrik tenaga batu bara tidak akan diwajibkan berpartisipasi dalam bursa karbon yang baru diresmikan. Bursa karbon dibentuk pemerintah sebagai cara mempercepat pengurangan emisi di Indonesia, meskipun sektor energi merupakan salah satu sumber emisi utama negara ini.
Bursa karbon pertama di Indonesia menghasilkan 459.953 ton karbon dioksida senilai lebih dari Rp29 miliar. Karbon tersebut diperdagangkan pada hari Selasa setelah diluncurkan. Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI) IDX, yang mengoperasikan bursa bernama IDX Carbon, sebagian besar karbon diperdagangkan oleh bank dan badan usaha milik negara, diikuti oleh anak perusahaan Pertamina, si raksasa minyak dan gas.
Presiden Direktur BEI Iman Rachman mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa bahwa untuk saat ini bank akan lebih tertarik menggunakan bursa dibandingkan perusahaan batu bara. Ia mengutip pandangan sektor keuangan mengenai bursa karbon sebagai potensi pengurangan karbon bagi perusahaannya sendiri.
Lebih lanjut ia katakan, dengan berpartisipasi dalam bursa karbon, perbankan akan mampu menarik investor yang sama-sama peduli terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan dalam konteks ESG atau environmnet, sustainability, governance. “Ada masukan, bahwa belum banyak pemangku kepentingan di sektor batubara yang berlangganan [bursa karbon] karena mereka perlu waktu mempelajarinya,” kata Iman saat konferensi pers. Ia tambahkan bahwa pelaku usaha batubara belum diwajibkan berpartisipasi dalam bursa karbon.
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam sambutannya berharap bahwa pembangkit listrik tenaga batu bara bisa mulai bertransaksi di bursa sebelum akhir tahun.
Mengutip Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Mahendra mengatakan ada potensi partisipasi dari 99 pembangkit listrik tenaga batu bara di dalam bursa tersebut, setara dengan 86 persen pembangkit listrik tenaga batu bara yang aktif di tanah air. Sektor lain, seperti kehutanan, pengelolaan limbah, minyak dan gas, serta manufaktur diharapkan mulai memanfaatkan bursa ini pada akhir tahun ini, tambahnya.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pembangkit listrik tenaga batu bara berkontribusi pada 34 persen polusi udara di Jakarta. Sumber polusi terbesar adalah kendaraan bermotor.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.