i tahun-tahun mendatang, Indonesia diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi digital. Hal ini sejalan dengan negara-negara berkembang lainnya di kawasan ASEAN karena perusahaan-perusahaan teknologi di kawasan ini menghadapi tekanan untuk memikirkan profitabilitas setelah bertahun-tahun fokus pada pertumbuhan.
Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan akan mencapai $109 miliar dolar Amerika dalam bentuk nilai penjualan kotor (GMV atau gross merchandise value) pada 2025. Hal tersebut berdasarkan laporan tahunan "e-Conomy Southeast Asia" yang terbit pada 1 November. Raksasa teknologi Google, Temasek yang berbasis di Singapura, dan firma riset yang berbasis di Amerika Serikat, Bain & Company berkontribusi dalam laporan tersebut. Angka yang tercantum dalam laporan lebih rendah dari $130 miliar yang diproyeksikan untuk periode yang sama pada laporan tahun 2022.
Menurut laporan tersebut, GMV Asia Tenggara diproyeksikan berada di angka $295 miliar pada 2025. Proyeksi tersebut menunjukan penurunan dari perkiraan $330 miliar di laporan sebelumnya.
GMV biasanya berfungsi sebagai indikator utama untuk menilai kesehatan sektor ekonomi digital, karena pendapatan bergantung pada biaya yang dibebankan atas barang dagangan yang terjual dalam periode waktu tertentu.
Aadarsh Baijal, partner dan kepala vektor di kantor Bain & Company di Asia Tenggara, mengatakan kepada media pada hari Selasa (7 november) bahwa ia memperkirakan pertumbuhan GMV akan berkurang dalam jangka panjang. Alasannya karena sebagian besar perusahaan akan mengalami penurunan prognosis untuk menyelaraskan dengan peningkatan fokus pada kenaikan pendapatan dan laba.
"Terlepas dari isu-isu makroekonomi global, bisnis digital yang melakukan pergeseran ke arah profitabilitas merupakan pergeseran yang sehat," ujar Baijal dalam konferensi pers peluncuran laporan tersebut di kantor Google Indonesia di Jakarta. "Dalam jangka panjang, kita akan melihat lebih banyak pemain yang melakukan hal yang sama," tambahnya.
Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf mengatakan dalam konferensi pers yang sama bahwa, "Setelah kita menyelesaikan masalah ini, lingkungan bisnis [digital] yang lebih sehat akan meningkatkan ekonomi digital."
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.