Data GAPKI menunjukkan bahwa tahun lalu, untuk kali pertama, konsumsi minyak kelapa sawit untuk biodiesel di Indonesia telah melampaui jumlah konsumsi minyak kelapa sawit untuk makanan. Sebanyak 46% dari total 23,2 juta ton digunakan untuk biodiesel dan 44% untuk produksi makanan, sedangkan sepuluh persennya digunakan untuk oleokimia.
aat ini, muncul dilema antara menunjang pangan atau bahan bakar di Indonesia, terkait penggunaan minyak kelapa sawit. Dilema tersebut meningkatkan kekhawatiran bahwa dorongan untuk menggunakan biodiesel dari minyak berbahan kelapa sawit akan memperburuk deforestasi.
Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya pada tahun lalu, konsumsi minyak kelapa sawit untuk biodiesel di Indonesia telah melampaui jumlah konsumsi minyak kelapa sawit untuk makanan. Sebanyak 46 persen dari total 23,2 juta ton digunakan untuk biodiesel. Dari sisanya, sebanyak 44 persen adalah untuk produksi makanan, sedangkan sepuluh persennya digunakan untuk oleokimia.
Eliza Mardian, peneliti di Center of Reform on Economics (CORE), mengatakan bahwa meningkatnya permintaan biodesel domestik dapat mendorong pembukaan lahan baru untuk kelapa sawit guna meningkatkan produksi komoditas ini.
"Meningkatnya permintaan akan minyak kelapa sawit untuk bahan bakar dan makanan dapat mendorong deforestasi untuk meningkatkan produksi, terutama di Indonesia bagian timur, " ujarnya kepada The Jakarta Post pada hari Jumat 22 Maret.
Dorongan besar-besaran untuk penggunaan biodiesel didukung oleh dana tahunan sebesar Rp30 triliun ($1,9 miliar dolar Amerika) sampai Rp50 triliun dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Namun, menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada 9 Februari, dorongan tersebut sudah lama diperkirakan akan menimbulkan efek samping.
"Karena [kebijakan ini] akan meningkatkan konsumsi minyak kelapa sawit dalam negeri dengan cepat, akibatnya terjadi tumpang tindih dengan penggunaannya sebagai sumber makanan, mengingat pemerintah mensubsidi biodiesel [...], belum lagi risiko perluasan perkebunan," ujar Direktur Pelaksana Energy Shift Institute, Putra Adhiguna, kepada The Jakarta Post.
Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia (APROBI) tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar mengenai masalah ini.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.