Menteri Mahfud menyampaikan rencananya untuk mundur dari kabinet, sebagai bentuk protes terhadap menteri-menteri yang menurutnya diam-diam mendukung calon presiden tertentu.
Tanda-tanda keretakan dalam pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo akibat politik elektoral telah menimbulkan keraguan terhadap efektivitas pemerintahan pada tahun terakhir kepemimpinan Presiden. Marak tuduhan bahwa para pejabat tinggi secara diam-diam mendukung kandidat tertentu.
Ada spekulasi mengenai pengunduran diri besar-besaran di kabinet. Kemudian ditambah adanya pengakuan baru mengenai ketidaknyamanan yang terjadi di antara para menteri, menjelang pemilu bulan Februari. Hal itu telah membayangi bulan-bulan terakhir pemerintahan Jokowi.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD dalam wawancara di YouTube, Kamis, mengklaim bahwa interaksi antarmenteri dalam rapat kabinet tidak sehangat sebelumnya. “Dulu, sebelum rapat dimulai, biasanya banyak bercanda. Begitu [pertemuan] dimulai, keadaan berubah menjadi serius. Selesai rapat, kami kembali bercanda,” kata Mahfud kepada pewawancara, ekonom Rhenald Kasali. “Tapi sekarang saat kita masuk, tidak ada lelucon lagi.”
Mahfud, yang juga mencalonkan diri sebagai wakil presiden dari calon presiden Ganjar Pranowo, mengatakan pada Selasa 23 Januari bahwa ia berencana mundur dari kabinet, sebagai protes terhadap menteri-menteri yang menurutnya diam-diam mendukung kandidat tertentu. Ia menyampaikan rencana itu tanpa menyebutkan nama-nama menteri yang ia maksud.
Pernyataannya menyusul seruan dari pasangannya, Ganjar, agar semua kandidat dan juru kampanye mengundurkan diri dari jabatan pemerintahan mereka. Menurut Ganjar, hal itu dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan negara.
Keretakan kabinet terjadi di tengah meningkatnya asumsi bahwa Jokowi telah bermanuver untuk mempertahankan kekuasaan dan membangun dinasti politiknya sendiri. Presiden dituduh menggalang dukungan bagi calon presiden dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang mencalonkan diri bersama putra sulung Presiden, Gibran Rakabuming Raka.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan pada hari Kamis 25 Januari bahwa beberapa anggota kabinet terlihat canggung saat berinteraksi, sebagai akibat dari perbedaan politik. Namun, ia tegaskan bahwa hubungan mereka tidak kemudian menjadi dingin. “Ada sedikit [kecanggungan]. Ini tahun politik,” katanya. “Situasi ini sudah diantisipasi,” tambahnya. “Dua tahun lalu, Presiden sudah mengingatkan tentang perlunya mengantisipasi suasana kerja yang tidak terlalu kondusif di tahun politik. Dengan begitu kami akan siap secara psikologis.”
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.