epertinya semua orang ingin bebas sebebas-bebasnya di musim liburan Idul Fitri kali ini. Setelah tiga tahun mengalami pembatasan mobilitas akibat COVID-19, tahun ini orang-orang tampak sudah jenuh dan memutuskan untuk “balas dendam” dengan bepergian sesuka hati.
Musim liburan panjang sesuai kalender pemerintah dimulai Rabu kemarin dan akan berlangsung hingga Selasa malam. Libur yang cukup panjang jadi alasan baik untuk melakukan perjalanan. Bonusnya adalah bertemu kerabat, hadir di reuni keluarga atau reuni sekolah menengah, dan mengikuti pertemuan keagamaan.
Pemerintah sangat menyadari hal tersebut, dan sudah memprediksi akan ada 123 juta orang yang bepergian selama liburan Idul Fitri. Artinya, 30 persen lebih banyak jika dibandingkan dengan angka pemudik tahun lalu, yaitu 85,5 juta orang. Jadi, tahun ini, hampir setengah dari populasi Indonesia melakukan pergerakan di seluruh penjuru negeri.
Semoga jaringan infrastruktur dan transportasi negara dapat mengakomodasi mobilitas besar itu.
Presiden Joko "Jokowi" Widodo mengatakan bahwa banyaknya pemudik bisa berpotensi memunculkan masalah. Ia juga memperingatkan agar insiden "Brexit" tahun 2016 tidak terulang. Saat itu, tercatat 13 orang meninggal dunia karena kelelahan setelah terjebak kemacetan lalu lintas parah. Animo masyarakat menggunakan jalan tol baru di Jawa Tengah mengakibakan kemacetan lebih dari 51 jam. Insiden itu menjadi salah satu kemacetan lalu lintas terburuk dalam sejarah, dan tentunya juga yang paling mematikan.
Tahun ini, pemerintah mengambil langkah-langkah antisipasi agar arus lalu lintas tetap lancar dengan membuka jalan tol baru, meningkatkan kapasitas jaringan kereta api dan menambah jumlah penerbangan, hingga memberikan solusi praktis seperti mengangkut sepeda motor dari kota-kota besar ke daerah-daerah kecil di Jawa.
Penataan arus lalu lintas untuk mudik, betapapun rumit dan beratnya, hanya akan menjadi separuh dari keseluruhan masalah liburan Idul Fitri. Mungkin malah kurang dari separuh, karena setidaknya, saat mudik, kendaraan dari kota-kota besar akan tersebar ke daerah yang lebih kecil dan tidak terlalu padat, hingga arus lalu lintas terurai. Justru masalah yang lebih besar adalah pengelolaan arus balik. Kendaraan sejumlah yang mudik akan berbarengan kembali ke Jakarta dan kota-kota besar lain. Pergerakan akan terjadi lagi di titik kemacetan dan kepadatan yang sama, yaitu gerbang tol Cikampek, pelabuhan Merak, dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Kita tentu belum lupa bahwa, tahun lalu, kebijakan arus lalu lintas satu arah dari Jawa Tengah ke Jakarta di tol CIkampek menyebabkan kemacetan parah di daerah-daerah pinggiran DKI sisi timur. Warga terpaksa berdiam di rumah karena tidak bisa mengakses jalan tol yang mengarah ke timur.
Hal serupa bisa saja terjadi lagi tahun ini, terutama jika polisi belum menemukan cara tepat mendistribusikan kendaraan yang mengarah ke Jakarta. Kemacetan yang sama bisa saja terjadi di kota-kota lain di Jawa, atau di wilayah lain.
Prioritas utama polisi adalah menemukan cara yang lebih kreatif untuk mengatur arus balik. Akan sangat membantu jika lembaga pemerintahan dan perusahaan swasta membebaskan karyawan memilih sendiri hari mereka kembali bekerja di kantor. Jika situasi lalu lintas tidak membaik di hari-hari setelah Idul Fitri, tidak perlu ikut terjun dalam kemacetan dan pilih saja bekerja jarak jauh. Toh kita sudah terlatih untuk bisa bekerja dari mana saja selama pandemi.
Dari pandemi, kita telah belajar bahwa demi keselamatan, selalu ada solusi yang dapat dicoba oleh semua orang. Sebaiknya konsep demikian diterapkan juga pada musim liburan lebaran ini.
Idul Fitri harus menjadi waktu yang paling menggembirakan bagi umat Islam dan mereka harus dapat merayakan hari besar tanpa khawatir memikirkan arus lalu lintas saat bepergian.
Selamat Idul Fitri dan semoga semua selamat di perjalanan.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.