TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Emas yang ternoda

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Fri, May 19, 2023

Share This Article

Change Size

Emas yang ternoda Indonesia's Marselino Ferdinan (center) shoots past Thailand's Chayapipat Supunpasuch (left) during the men's football final match at the 32nd Southeast Asian (SEA) Games in Phnom Penh on May 16. (AFP/Mohd Rasfan)
Read in English

S

etelah 32 tahun menunggu, Indonesia akhirnya berhasil membawa pulang medali emas yang diidam-idamkan dari cabang sepak bola pesta olahraga Asia Tenggara SEA Games 2023. Ini kemenangan bersejarah karena selain mengalahkan musuh bebuyutan yang jadi tim favorit, yaitu Thailand, di pertandingan final yang diwarnai perkelahian, skor yang diraih pun meyakinkan. Para pemain Indonesia mencetak lima gol, termasuk tiga gol di perpanjangan waktu, di Olympic Stadium Phnom Penh pada Selasa malam.

Kemenangan itu semestinya bukan puncak prestasi bagi Indonesia, negara yang jutaan masyarakatnya adalah penggemar sepak bola sekaligus negara yang jadi gudang pemain berbakat. Kejayaan SEA Games seharusnya justru menandai dimulainya upaya Indonesia membangun tim nasional yang layak berlaga di turnamen paling bergengsi, Piala Dunia FIFA, yang sepanjang sejarahnya dikuasai pemain Eropa dan Amerika Latin.

Apresiasi kepada tim pelatih yang berhasil mencetak tim juara hanya dalam waktu dua bulan, juga kepada seluruh staf pendukung dan pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) atas kerja keras yang tidak banyak cingcong. Dedikasi mereka akhirnya terbayar dan semoga bisa melipur lara atas hilangnya kesempatan Indonesia jadi tuan rumah PIala Dunia FIFA U-20 yang seharusnya terlaksana April lalu, setelah beberapa gubernur menolak untuk mengakomodasi tim Israel di detik-detik terakhir.

Satu-satunya cacat pada kemenangan sepak bola Indonesia di ajang SEA Games adalah adanya perkelahian antara pemain dan ofisial dari dua tim. Wasit Qasim Matar Ali Al Hatmi sampai mengeluarkan enam kartu merah, termasuk untuk bek Indonesia Komang Teguh dan kiper Thailand Soponwit Rakyart, karena mereka ikut baku hantam. Dua ofisial Thailand juga dikeluarkan dari lapangan karena menyerang ofisial Indonesia, sementara dua pemain Thailand diganjar kartu merah karena memicu keributan di akhir pertandingan.

Asosiasi Sepak Bola Thailand segera meminta maaf atas insiden tersebut, dengan mengatakan akan menyelidiki penyebab perkelahian dan akan menghukum mereka yang terlibat. Konfederasi Sepak Bola Asia juga menyatakan kecewa atas jalannya perebutan medali emas yang kisruh dan mengungkapkan akan melakukan penyelidikan atas pelanggaran sportivitas yang terang-terangan terjadi di lapangan.

PSSI patut mengikuti teladan dua institusi di atas, jika betul-betul berkomitmen menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas dalam olahraga. Euforia kemenangan diperkirakan akan mencapai puncaknya hari ini saat tim nasional mengarak medali emas mereka dari kompleks olahraga Gelora Bung Karno Jakarta menuju Istana Negara.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Semoga selebrasi berjalan lancar dan PSSI bisa fokus menyelidiki kemungkinan peran pemain dan ofisial Indonesia dalam perseteruan di lapangan pada saat final. Bentrokan tidak akan pecah jika pihak Indonesia tetap tenang, dan rekaman video menunjukkan seorang pemain Indonesia memulai salah satu perkelahian gara-gara diprovokasi ofisial Thailand.

Seharusnya PSSI tidak melindungi mereka yang terlibat tawuran atau menutup-nutupi insiden memalukan itu dengan mengatasnamakan kebanggaan sepak bola nasional Indonesia. Kegagalan mengambil tindakan disipliner akan semakin membahayakan reputasi internasional asosiasi sepak bola kita yang sudah rapuh. Apalagi kita sudah berjanji akan ada perubahan besar di bawah pemimpin baru Erick Thohir.

Insiden saling pukul dan saling tendang di lapangan yang mengganggu pertandingan final sepak bola, bagaimana pun, memberi pelajaran berharga pada tim nasional muda Indonesia, bahwa karier sepak bola mereka bisa rusak jika mereka tak kuat mental dan mudah menyerah pada serangan psikologis dari lawan.

Di satu sisi, tim nasional masih harus meningkatkan kedewasaannya. Namun di sisi lain, mereka telah menunjukkan keterampilan teknis dan semangat juang yang cukup untuk mengklaim rekor sempurna di SEA Games tahun ini. Pencapaian tersebut belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Indonesia di SEA Games, bahkan mengungguli performa tim nasional Indonesia peraih emas tahun 1991.

Kemenangan sepak bola merupakan hiburan berharga bagi Indonesia. Kita berhasil meraih posisi ketiga di perolehan medali SEA Games tahun ini, di bawah target Presiden Joko Widodo yang ingin Indonesia ada di tempat kedua. Medali yang ternoda tidak akan merendahkan kedudukan emas bersejarah dari tim sepak bola kita.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.