TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Perdebatan yang defensif

Editorial Board (The Jakarta Post)
Jakarta
Mon, January 8, 2024

Share This Article

Change Size

Perdebatan yang defensif Defense Minister and presidential candidate Prabowo Subianto speaks during a televised debate at the Gelora Bung Karno Sports Stadium in Jakarta on Jan. 7, 2024. (Reuters/Ajeng Dinar Ulfiana)
Read in English
Indonesia Decides

Mengingat keadaan dunia saat ini, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa debat calon presiden pada Minggu 7 Januari adalah salah satu debat pemilu dalam siklus pemilu saat ini yang sangat – jika bukan yang paling – berdampak.

Di tengah berbagai krisis global, mulai dari persaingan geopolitik, meningkatnya proteksionisme dan nasionalisme, hingga konflik bersenjata dan pemanasan global, para pemilih ingin mendengar gagasan yang ditawarkan ketiga calon presiden yang berkompetisi untuk memperbaiki situasi.

Debat pada Minggu malam, yang fokus pada politik global, pertahanan, dan keamanan, menjadi perhatian khusus karena salah satu kandidat presiden yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dari Partai Gerindra, bersikap defensif.

Hanya beberapa hari sebelum debat, juru bicara Prabowo menyampaikan kabar bahwa rencana kementeriannya untuk membeli 12 jet tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar telah “tertunda”.

Hal ini jelas berita memalukan bagi kubu Prabowo. Alasannya, pembelian tersebut dimaksudkan sebagai solusi sementara ketika Indonesia sedang menunggu pengiriman 42 jet Rafale yang dibeli kementerian pada 2022.

Kubu-kubu yang lain mengecam penundaan tersebut. Calon presiden Ganjar Pranowo dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengatakan bahwa membeli jet tempur bekas dari negara lain bukanlah hal yang bisa dibanggakan.

Dalam salah satu sesi perdebatan tersebut, politisi dalam tim kampanye Ganjar fokus pada apa yang mereka katakan sebagai pembekakan label harga jet tempur.

Hanya beberapa menit setelah debat dimulai, Prabowo segera berada di posisi harus mempertahankan kinerjanya sebagai menteri pertahanan. Ia berusaha mendebat serangan pembuka yang sudah bisa ditebak dari kandidat oposisi sekaligus mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan.

Dalam pernyataan pembukaannya, Anies mengkritik belanja besar-besaran yang dilakukan oleh Prabowo. Ia katakan bahwa meskipun Indonesia telah membelanjakan miliaran dolar untuk persenjataan canggih, sejumlah besar personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) tidak memiliki tempat tinggal yang layak.

Dalam sesi akhir-akhir debat tersebut, Anies menegur Prabowo atas serangan siber terhadap Kementerian Pertahanan tahun lalu. “Sungguh ironis bahwa Kementerian Pertahanan menjadi sasaran hacker pada 2023 [...], padahal ini kementerian yang anggarannya Rp700 triliun,” kata Anies kepada Prabowo.

Di luar perdebatan yang sifatnya personal antara Prabowo dan Anies, debat Minggu malam mengungkapkan adanya pendekatan yang berbeda dari ketiga kandidat tersebut dalam menghadapi politik internasional.

Prabowo, dengan latar belakang militer dan pengalaman langsungnya pada diplomasi internasional, adalah seorang realis politik. Ia mengutamakan kebijakan luar negeri yang tegas dan didukung kekuatan militer. Ia sering menegaskan kembali pandangannya bahwa Indonesia harus membeli sistem persenjataan yang lebih banyak dan lebih baik sebagai sarana utama menghadapi dunia yang semakin bergejolak. Dia bahkan menyebut lambatnya kemajuan negosiasi Kode Etik di Laut China Selatan sebagai alasan untuk membeli lebih banyak senjata.

Di sisi lain, Anies sangat tertarik pada soft power yang menurutnya bisa meningkatkan posisi Indonesia di mata dunia. Mantan Gubernur Jakarta ini juga mengungkapkan kecenderungan institusionalis, dan mendukung ASEAN sebagai cara terbaik untuk mengatasi ketegangan di Asia Tenggara.

Pendapat Ganjar soal masalah tersebut ada di antara dua rivalnya. Ia menguraikan pendekatan yang lebih bersifat kasus per kasus terhadap politik global. Ia katakan bersedia melangkah lebih jauh dari sekadar ranah ASEAN, yang ia kritisi karena dianggap terlalu rumit. Meski demikian, ia tidak ragu mengandalkan institusi teknis seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk menangani meningkatnya serangan siber.

Ketiga kandidat presiden menyampaikan tiga pandangan berbeda mengenai politik global pada debat hari Minggu. Jika penonton debat dapat memilah-milah materi debat yang sesungguhnya di antara serangan pada ranah personal, pemirsa dapat melihat ada pilihan paket kebijakan yang dilengkapi temperamen pemiliknya masing-masing, yang sangat berbeda antara satu dan lainnya. Dengan demikian, mereka akan dapat menentukan siapa yang paling sesuai menduduki jabatan tertinggi dalam pemerintahan di negara ini.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.