Masuk babak 16 besar harus jadi target minimal tim nasional, agar masuk kualifikasi Piala Asia AFC berikutnya.
ndonesia perlu memahami gagasan bahwa tidak ada yang namanya “quick win” dalam olahraga kompetitif seperti sepak bola. Tidak ada hal yang instan.
Dalam sepak bola, infrastruktur dan investasi berperan besar demi mendukung sumber daya manusianya. Tim yang hebat butuh diurus oleh manajer hebat. Dan untuk bisa menjadi juara, perlu rencana yang baik dan waktu pelaksanaan rencana yang cukup.
Akhir pekan lalu, para pecinta sepak bola Tanah Air dilanda euforia saat tim nasional Indonesia mencapai babak 16 besar Piala Asia AFC. Ini merupakan pencapaian yang pertama kalinya dalam sejarah. Skuad Garuda berhasil lolos ke babak knockout, atau sistem gugur, salah satu tim peringkat ketiga terbaik fase grup. Sesungguhnya, entah Kyrgyzstan atau Oman bisa saja memupus harapan kemenangan Indonesia. Namun, Kamis lalu dua tim tersebut harus puas dengan hasil imbang 1-1 di pertandingan penentuan yang terakhir dan tersingkir lebih awal.
Selama babak penyisihan grup, Indonesia mengumpulkan tiga angka. Angka tersebut diperoleh dari kemenangan 1-0 atas musuh bebuyutan di ASEAN, yaitu Vietnam, serta dua angka dari hasil pertandingan melawan mantan juara Irak dan Jepang.
Pencapaian bersejarah ini memunculkan pengakuan nasional, dan banyak yang berharap tim ini dapat melangkah lebih jauh.
Tidak ada yang bermaksud mengatakan bahwa kebanggaan dan sikap suportif adalah sesuatu yang buruk. Namun, perlu diperjelas bahwa kesabaran adalah sebuah kebajikan.
Dalam waktu kurang dari 24 jam, kegembiraan mereda. Undian menentukan bahwa tim Indonesia harus menghadapi tim tetangga dari selatan, Australia, untuk dapat melaju ke babak perempat final. Tim Australia merupakan tim yang sudah sering masuk kualifikasi Piala Dunia.
Merupakan misi yang mustahil bagi tim Indonesia, yang berada di peringkat 146 dunia, untuk melawan tim peringkat 25 dunia yang sekaligus menjadi salah satu favorit juara Piala Asia.
Meski telah berjuang keras, Indonesia tetap harus menerima kekalahan 4-0, lalu mengucapkan selamat tinggal pada turnamen empat tahunan yang kali ini diadakan oleh tuan rumah Piala Dunia Qatar. Berdasarkan perhitungan skor, Australia tetap lebih baik jika dibandingkan Indonesia. Tim Nasional Indonesia tahun lalu mengukir sejarah dengan meraih medali emas sepak bola SEA Games untuk pertama kalinya dalam 32 tahun.
Perjalanan Indonesia di Piala Asia tahun ini mungkin hanya pendek saja. Namun, pengalaman ini menjadi bagian penting dari perjalanan panjang tim menuju liga remaja.
Disahkan oleh Konfederasi Sepak Bola Asia (Asian Football Confederation atau AFC), Piala Asia merupakan kejuaraan sepak bola kontinental tertua kedua di dunia setelah Copa América. Sang juara otomatis lolos ke Piala Konfederasi FIFA.
Keberhasilan Indonesia lolos hingga babak 16 besar di turnamen AFC merupakan kemajuan, yang meski kecil, tapi patut diapresiasi. Indonesia setidaknya bisa belajar banyak dari kompetisi level tertinggi di benua itu. Tim nasional saat ini diasuh pelatih Shin Tae-yong.
Berikutnya, Indonesia butuh konsistensi. Mencapai babak 16 besar harus menjadi target minimal tim jika lolos ke Piala Asia AFC berikutnya.
Dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memimpin Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), fokus tim adalah membuat segala sesuatunya berjalan lancar. Yang juga harus dilancarkan adalah proses mempertahankan pelatih Shin, yang asli Korea Selatan, karena kemajuan yang ditunjukkan timnas saat berada di bawah kepemimpinannya.
Kontrak Shin, yang memulai kariernya di Tim Nasional Indonesia pada 2020, akan habis pada pertengahan tahun ini. Ia mengaku mendapat tawaran pekerjaan di tempat lain, yang berarti ia bisa saja segera meninggalkan timnas.
Manajer berusia 53 tahun itu menjadi pelatih kepala. Ia berhasil memimpin timnas Indonesia di tiga tingkatan usia berbeda, mulai senior, U-23, dan U-20. Targetnya adalah lolos ke Piala Asia AFC di kelompok umur masing-masing.
Dulu, PSSI cenderung sering mencari manajer baru, apa pun prestasi yang diraih manajer lama. Alfred Riedl dari Austria, yang membantu Indonesia mencapai final Piala Federasi Sepak Bola ASEAN dua kali pada 2010 dan 2016, adalah salah satu manajer timnas yang mengalami nasib demikian.
Manajer baru berarti rencana baru. Seorang manajer baru mungkin lebih memilih untuk memulai segalanya dari awal. Padahal, membangun tim impian butuh waktu bertahun-tahun.
Skuad Piala Asia Indonesia memang saat ini bukan tim juara. Namun, dengan kerja ekstra, mereka punya kesempatan mengangkat trofi kemenangan suatu saat nanti. Tentu saja, bagi negara berkembang dengan populasi terbesar keempat di dunia, mencapai babak 16 besar saja tidaklah cukup.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.