TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Bumi yang panas

Bagaimana pun cara kita mendefinisikan cuaca terik saat ini, hawa beberapa minggu terakhir mungkin memberi gambaran tentang masa depan kita yang harus menghadapi hari-hari yang lebih panas.

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Sat, May 4, 2024 Published on May. 3, 2024 Published on 2024-05-03T16:04:40+07:00

Change text size

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Bumi yang panas Jakarta residents walk under sun heat at the Hotel Indonesia traffic circle in Jakarta on April 24, 2023. The Meteorology, Geophysics and Climatology Agency attributed unusual atmospheric dynamics as one of the reasons for the hot temperatures in Indonesia in the past few weeks. (Antara/Fauzan)
Read in English

M

inggu-minggu terakhir ini, jika Anda berada di Jakarta, atau tempat lain di tanah air, Anda akan merasakan sekilas yang sering dijelaskan dalam ajaran Islam tentang hari kiamat. Salah satu ayat dalam kitab suci menyebut kondisi seolah-olah matahari hanya berjarak satu jengkal di atas kepala, alias terik bukan main.

Cuaca panas akhir-akhir ini melanda sebagian besar wilayah Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa suhu puncak 37 derajat Celsius terjadi di wilayah Jabodetabek. Beberapa pengukuran suhu yang dilakukan oleh pihak ketiga bahkan memperkirakan akan terjadi suhu panas yang mencapai 41 derajat.

Cuaca panas ini serupa dengan yang dialami negara-negara tetangga Indonesia, ketika gelombang panas terus melanda sebagian besar Asia Tenggara. Fenomena ini telah mencetak rekor suhu baru di beberapa negara. Di Filipina, misalnya. Pihak berwenang di negara itu sampai menangguhkan waktu belajar di sekolah secara tatap muka karena suhu melebihi 40 derajat.

Namun BMKG mengklaim bahwa yang melanda Indonesia bukanlah gelombang panas. Menurut institusi tersebut, gelombang panas yang terjadi saat ini terbatas pada wilayah di titik lintang yang lebih tinggi. Sebaliknya, cuaca panas di Indonesia merupakan kejadian biasa selama terjadi ekuinox, yaitu saat posisi matahari tepat berada di atas bumi. Peristiwa ekuinox terjadi dua kali setahun, saat matahari melintasi garis khatulistiwa. Tahun ini, ekuinox matahari pertama terjadi pada akhir Maret.

Apa pun itu, cuaca yang terik selama beberapa minggu terakhir mungkin memberikan gambaran tentang masa depan kita, yaitu harus menghadapi hari-hari yang bersuhu lebih panas. Bahkan, mungkin hari-hari panas ini akan berlangsung lebih lama di masa depan, di tengah krisis iklim.

Sejumlah penelitian memperkirakan dunia akan jadi makin panas. Tahun 2023 dinyatakan sebagai tahun terpanas sejak pencatatan suhu global dimulai hampir dua abad lalu. Hari-hari ketika suhu rata-rata mencapai 37 derajat atau lebih bisa jadi akan lebih sering terjadi di tahun-tahun mendatang.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Yang menambah kekhawatiran adalah bahwa dunia diprediksi gagal memenuhi target internasional untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat di atas rata-rata era praindustri. Ancaman kegagalan terjadi mengingat bahwa berbagai negara kurang mengambil tindakan nyata untuk mengatasi krisis iklim..

Kehidupan masyarakat Indonesia berada dalam bahaya di dunia baru yang panas ini. Pasalnya, tubuh manusia tidak dapat berfungsi normal jika terkena hawa panas dalam waktu lama. Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO) memperkirakan bahwa dalam dua dekade terakhir, setiap tahun hampir 500.000 orang meninggal dunia akibat kejadian yang berhubungan dengan cuaca panas. Dari angka tersebut, 45 persen di antaranya tinggal di Asia.

Kondisi seperti ini berisiko membahayakan para pekerja di luar ruangan, terutama mereka yang bekerja di sektor informal yang hanya sedikit, atau bahkan sama sekali tidak, memiliki perlindungan kesehatan atau asuransi pekerjaan. Sangat disayangkan bahwa malapetaka telah terjadi sekarang. Beberapa waktu lalu, beberapa pengemudi ojek daring ditemukan tewas di atas sepeda motornya di tengah hari.

Penelitian memperkirakan bahwa Indonesia akan kehilangan hingga 40 persen produk domestik bruto (PDB) pada 2050 jika tidak mulai berbuat banyak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Negara ini bahkan bisa kehilangan lebih dari tiga perempat PDB-nya pada akhir abad ini, jika tidak serius berupaya menghentikan kenaikan suhu hingga 1,5 derajat.

Meski mungkin terlambat, sekaranglah waktu bagi pemerintah kita, dan negara-negara lain, untuk melakukan upaya maksimal melawan krisis iklim dan hawa panas yang tidak normal.

Seharusnya tidak ada alasan untuk tidak paham soal solusi yang harus diambil. Sejumlah penelitian menguraikan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kenaikan suhu global hingga di bawah 1,5 derajat.

Di tingkat daerah, pemerintah harus menciptakan lebih banyak ruang publik yang teduh dengan pohon pelindung, serta ruangan berpendingin udara, agar masyarakat dapat berlindung di tengah suhu panas. Secara internasional, negara-negara kaya harus membantu negara-negara miskin. Bantuan keuangan dan teknologi diperlukan untuk membantu negara-negara miskin memitigasi masalah iklim dan beradaptasi dengan dunia yang terus berubah ini.

Tanpa hal-hal itu, selama sisa hidup kita, bisa jadi kita akan merasa berada sangat dekat dengan matahari yang panasnya tak terperi.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.

Share options

Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!

Change text size options

Customize your reading experience by adjusting the text size to small, medium, or large—find what’s most comfortable for you.

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!

Continue in the app

Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.