Perekonomian Indonesia yang berkembang pesat, dengan pertumbuhan PDB sebesar 5,11 persen pada kuartal pertama tahun ini, merupakan nilai tambah yang menjadikan negara ini salah satu tujuan investasi terbaik di regional.
unjungan para CEO Apple dan Microsoft ke Indonesia baru-baru ini sangat menggembirakan bagi iklim bisnis di tanah air. Kehadiran mereka telah memperkuat reputasi negara ini sebagai negara Asia dengan perekonomian yang berkembang. Apalagi, ternyata Indonesia dapat diandalkan seiring adanya persiapan pergantian presiden pada Oktober tahun ini.
Namun, tetap ada hal mengecewakan dalam kunjungan tersebut. Presiden Joko “Jokowi” Widodo meminta CEO Apple Tim Cook untuk membangun pabrik di Indonesia. Cook menjawab dengan menyebut bahwa hal itu adalah “sesuatu yang akan kami pertimbangkan”. Tidak ada komitmen di luar perluasan The Apple Developer Academy, dengan total investasi sebesar Rp1,6 triliun ($98,5 juta dolar Amerika).
Padahal, Indonesia menguasai 45 persen pasar produk Apple di Asia Tenggara.
Pabrikan lokal hanya memproduksi dua dari 360 komponen yang dibutuhkan dalam merakit satu iPhone. Bandingkan dengan 72 komponen yang, menurut Reuters, mampu diproduksi di Vietnam. Sementara, menurut daftar pemasok Apple pada 2022, hanya dua pemasok berlisensi yang berbasis di Indonesia. Sedangkan Vietnam punya 25 dan Thailand 18.
CEO Microsoft Satya Nadella mengatakan bahwa perusahaannya akan menginvestasikan $1,7 miliar untuk mengembangkan teknologi komputasi awan, atau cloud, dan AI di Indonesia. Tetap saja, angka tersebut lebih kecil dari investasi $2,2 miliar yang dijanjikan untuk Malaysia dan $2,9 miliar yang dijanjikan ke Jepang.
Sangat disayangkan bahwa raksasa teknologi Amerika Serikat tersebut tampaknya lebih menghargai Indonesia sebagai pasar, dan bukan sebagai pusat produksi. Padahal, negara ini kaya akan bahan mentah dan sedang mengembangkan kapasitas industri untuk memproduksi komponen elektronik canggih seperti baterai dan semikonduktor.
Meski begitu, saat ini menjadi waktu yang tepat untuk merenungkan alasan Indonesia belum menjadi tujuan utama bagi investasi teknologi. Para ahli sering menyebut biaya tenaga kerja yang murah sebagai alasan utama yang mendasari banyaknya perusahaan mengalihkan lokasi produksi ke Vietnam. Namun ada faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan.
Menurut survei 2022 yang dilakukan oleh Japan External Trade Organization (JETRO) kantor Kuala Lumpur terhadap negara-negara ASEAN, perusahaan-perusahaan Jepang menganggap Vietnam, Malaysia, dan Indonesia sebagai tiga tujuan utama ekspansi bisnis. Mereka sebagian besar mempertimbangkan untuk berekspansi ke Vietnam untuk fungsi penjualan serta riset dan pengembangan.
Biaya produksi di Vietnam merupakan yang terendah di Asia Tenggara, meskipun biaya tenaga kerja di sana rata-rata setara dengan biaya tenaga kerja di negara-negara tetangganya. Faktor tenaga kerja adalah 21,5 persen komponen biaya produksi di Vietnam, bandingkan dengan di Indonesia yang 17,7 persen.
Menurut studi tersebut, Indonesia punya nilai tertinggi dalam hal fungsi produksi umum. Lalu, Indonesia ada di posisi nomor dua, setelah Thailand, dalam hal produksi bernilai tambah tinggi. Negara ini juga menduduki peringkat kedua dalam bidang riset dan pengembangan setelah Vietnam. Indonesia kalah dari Filipina, menjadi nomor dua, dalam bidang logistik.
Menurut laporan 2022 yang disusun oleh agen media sosial We Are Social, terdapat 204,7 juta pengguna internet di Indonesia, atau sekitar 73,7 persen dari total populasi negara ini. Bisa jadi, untuk meningkatkan pendidikan digital, Apple dan Microsoft telah memilih untuk berinvestasi di bidang pendidikan bagi para pengembang dan pengguna artificial intelligence (AI).
Investasi di bidang pendidikan bukan suatu keputusan buruk. Namun di masa depan, seiring dengan meningkatnya keterampilan digital para pekerja, para raksasa teknologi mungkin akan lebih menghemat biaya jika mendirikan pabrik manufaktur atau pabrik lain di Indonesia. Apalagi, negara ini juga dapat berfungsi sebagai pasar yang besar.
Perekonomian Indonesia yang berkembang pesat, yang ditunjukkan oleh pertumbuhan PDB sebesar 5,11 persen pada kuartal pertama tahun ini, merupakan nilai tambah lain yang menjadikannya salah satu tujuan investasi terbaik di regional.
Bagi pemerintah, ada baiknya mengikuti jejak raksasa teknologi AS dan berinvestasi di bidang pendidikan. Dengan begitu, Indonesia bisa mengembangkan lebih banyak pekerja terampil dengan tingkat produktivitas lebih tinggi. Ambisi pemerintah untuk mengembangkan industri kendaraan listrik dan proses manufaktur yang maju di seluruh sektor industri, termasuk melalui hilirisasi di sektor pertambangan, tidak hanya butuh bahan baku. Indonesia perlu tenaga kerja terampil yang menguasai industri teknologi tinggi.
Tanpa peningkatan keterampilan para pekerja, pada suatu saat nanti Indonesia akan mengalami stagnasi dalam proses pengolahan bahan mentah, meskipun terus membeli teknologi dari Apple dan Microsoft.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.