TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Di Olimpiade, menjadi baik saja tidak cukup

Peningkatan kesejahteraan dan kesehatan berarti bahwa generasi muda, secara keseluruhan, jauh lebih bugar dan kuat secara fisik. Hal tersebut memungkinkan mereka bersaing dengan yang terbaik dalam olahraga internasional.

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Mon, August 12, 2024 Published on 2024-08-11T17:53:38+07:00

Change text size

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Di Olimpiade, menjadi baik saja tidak cukup Indonesian lifter Rizki Juniansyah reacts after winning the gold medal in the men’s 73 kg weightlifting event at the 2024 Olympic Games in Paris on Aug. 8, 2024. (Reuters/Pool/Dita Alangkara)
Read in English

D

engan perolehan dua emas dan satu perunggu di Olimpiade Musim Panas 2024, Indonesia menikmati penampilan Olimpiade terbaiknya sejak 1992. Tahun itu Indonesia memenangkan dua medali emas.

Mari mengucapkan selamat kepada 29 atlet nasional yang mewakili negara kita di Paris. Mereka bertanding dalam 12 cabang olahraga yang berbeda. Kita tahu mereka berlatih keras dan melakukan yang terbaik untuk kehormatan bangsa. Dan tentu saja mereka bekerja keras menampilkan prestasi yang terbaik untuk diri mereka sendiri.

Kita tentu berharap kontingen Indonesia pulang dengan membawa lebih banyak medali. Ucapan terima kasih khusus ditujukan kepada Rizki Juniansyah dari cabang olah raga angkat beban dan Veddriq Leonardo yang maju di ajang panjat tebing. Medali mereka berhasil membuat lagu kebangsaan "Indonesia Raya" berkumandang dua kali di Paris. Ucapan terima kasih bagi Gregoria Mariska Tunjung, yang meraih medali perunggu untuk bulu tangkis. Medali ini menyelamatkan Indonesia, yang punya tradisi panjang mendulang medali dalam cabang olahraga tersebut.

Medali emas panjat tebing juga menunjukkan bahwa negara ini mampu meraih kejayaan di luar bulu tangkis, angkat beban, dan panahan. Tiga cabang olahraga tersebut menjadi sumber semua medali Olimpiade bagi Indonesia di masa lalu.

Memang, 2024 mungkin merupakan tahun Olimpiade yang baik bagi Indonesia dibandingkan dengan penampilan di ajang Olimpiade sebelumnya. Namun, dalam kancah olahraga internasional, tampil baik saja tidak cukup baik. Seharusnya yang kita tampilkan adalah keunggulan.

Indonesia berharap prestasi lebih dari para atlet, laki-laki maupun perempuan. Tanggung jawab untuk mewujudkan hal ini tidak hanya berada di pundak para atlet itu sendiri. Yang harus ikut bekerja keras adalah Komite Olimpiade Nasional, berbagai federasi olahraga negara ini, dan menteri olahraga. Jika ini adalah dunia korporat, banyak dari pejabat di sektor olahraga yang harus dipecat karena pencapaian "indikator kinerja utama" mereka yang rendah.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Ini bukanlah harapan yang salah tempat atau keliru. Ada banyak alasan objektif mengapa Indonesia harus tampil jauh lebih baik di Olimpiade.

Sebagai negara dengan populasi terbanyak keempat di dunia, kita memiliki banyak bakat untuk berlaga di hampir semua cabang olahraga. Bakat-bakat itu hanya menunggu untuk ditemukan. Tiongkok dan Amerika Serikat, yang masing-masing menempati posisi pertama dan ketiga dalam jumlah populasi terbesar di dunia, bersaing ketat dalam perolehan medali Olimpiade Paris. Dan persaingan ini sebagian dipicu oleh jumlah populasi mereka. Indonesia seharusnya juga berada dalam persaingan itu.

Di masa lalu, kita bisa bersembunyi di balik kondisi ekonomi, sebagai alasan untuk kinerja buruk negara kita di kancah olahraga. Tetapi saat ini, Indonesia adalah negara berpenghasilan menengah ke atas. Indonesia juga sedang naik daun di tingkat global. Negara ini diproyeksikan menjadi salah satu dari lima negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada pertengahan abad ini. Indonesia akan menjadi anggota kelompok negara-negara dengan PDB lebih dari US$1 triliun. Kita toh telah jadi Ketua Kelompok 20 (G20), yang terdiri dari beberapa negara terkaya di dunia.

Meningkatnya kemakmuran, juga kesehatan yang lebih baik, berarti bahwa secara keseluruhan, generasi muda Indonesia jauh lebih bugar dan kuat secara fisik, jika dibandingkan dengan para senior mereka. Hal itu tentu memungkinkan mereka untuk bersaing dengan yang terbaik dalam ajang olahraga internasional.

Namun, yang kurang di Indonesia adalah dorongan solid sebagai bangsa. Kita kekurangan motivasi untuk unggul dalam kancah olahraga internasional. Semboyan Olimpiade Citius, Altius, Fortius, yang dalam bahasa Latin berarti "lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat" belum populer di Indonesia. Fokus mengejar keunggulan, semangat yang tersirat dalam semboyan tersebut, belum menjadi bagian dari budaya bangsa di beberapa lini. Sayangnya, olahraga termasuk bidang yang kekuarangan semangat tersebut.

Yang juga kurang adalah fasilitas olahraga yang layak, bahkan di kota-kota besar. Pembangunan kota lebih fokus pada mendirikan pusat perbelanjaan. Selain itu, insentif yang efektif untuk menginspirasi atlet muda kita agar mendedikasikan diri pada olahraga juga masih minim.

Alih-alih menjadi salah satu negara olahraga terhebat di dunia, Indonesia mengakhiri Olimpiade Paris di posisi 30-an. Banyak negara yang populasi dan ukuran ekonominya jauh lebih kecil dari negara kita, bernasib lebih baik dan memperoleh peringkat lebih tinggi.

Memang, hanya satu Olimpiade tidak akan mengubah peringkat Indonesia. Tetapi dalam jangka panjang, bangsa ini membutuhkan visi yang kuat untuk meraih kesuksesan dalam kompetisi olahraga internasional. Kita juga perlu strategi yang tepat untuk mencapainya. Dan strategi itu mencakup melakukan investasi yang diperlukan dan membuat kebijakan yang tepat.

Kita masih punya waktu panjang. Pada SEA Games 2023, Indonesia berada di posisi ketiga, di bawah Vietnam dan Thailand. Pada Asian Games tahun yang sama, kita berada di posisi ke-13. Namun, dengan komitmen yang lebih kuat, dimulai dari jajaran atas, bukan tidak mungkin kita bisa menjadi negara olahraga yang hebat saat kita merayakan Tahun Emas 2045, dan sekaligus memperingati 100 tahun kemerdekaan negara kita.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.

Share options

Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!

Change text size options

Customize your reading experience by adjusting the text size to small, medium, or large—find what’s most comfortable for you.

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!

Continue in the app

Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.