Potensi keretakan antara Partai Golkar dan Partai Gerindra, partai terbesar kedua dan ketiga di DPR yang akan datang, dapat mengancam keberhasilan masa kepresidenan Prabowo Subianto, kata para analis.
artai Gerindra intensifkan upaya menarik partai yang saat pemilihan umum Februari lalu menjadi lawan politiknya untuk bergabung dalam koalisi yang berkuasa. Langkah ini dapat dipandang sebagai upaya untuk menciptakan jaring pengaman politik bagi presiden terpilih Prabowo Subianto. Saat ini, terdapat desas desus soal persaingan Partai Gerindra dengan Partai Golkar, partai terbesar di negara ini. Dalam pemilihan umum lalu, Golkar ada dalam koalisi pendukung Prabowo.
Presiden terpilih telah menyatakan keinginannya untuk menjangkau para pesaingnya guna menyusun "koalisi besar". Pasalnya, empat partai besar yang mendukungnya, yaitu Partai Gerindra, Partai Demokrat, Golkar, dan Partai Amanat Nasional (PAN), gagal memperoleh mayoritas di DPR. Perolehan kursi mereka jika digabungkan menjadi total 46 persen kursi legislatif.
Baru-baru ini, Gerindra, partai nasionalis yang dipimpin oleh Prabowo, memberikan undangan terbuka kepada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk bergabung dengan pemerintahan yang akan datang. Presiden terpilih mengajukan alasan bahwa negara membutuhkan partai politik untuk bersatu. PKB adalah partai yang berbasis Islam.
Saat mengumumkan pembahasan intensifnya dengan PKB, eksekutif Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan bahwa partainya terbuka terhadap kemungkinan mengundang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ke koalisi pemerintahan yang akan datang. PKS juga merupakan partai berbasis Islam.
“Ada juga aspirasi yang diungkapkan, baik dari eksternal maupun internal, bahwa akan lebih baik jika kami juga mengundang PKS,” kata Dasco.
Baik PKB maupun PKS tergabung dalam aliansi dengan Partai NasDem yang saat pemilihan presiden Februari lalu mendukung pencalonan mantan gubernur Jakarta Anies Baswedan dan pasangannya, ketua PKB Muhaimin Iskandar. Pasangan tersebut kalah dari Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka.
Pembicaraan intensif antara kedua partai ini terjadi di tengah spekulasi tentang meningkatnya persaingan antara Gerindra dan Golkar dalam memutuskan hal-hal strategis tertentu. Dikabarkan belum ada kesepakatan soal alokasi jabatan kabinet dan kandidat yang akan didukung oleh kedua partai dalam pemilihan kepala daerah pada November mendatang.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.