Robert Francis Prevost, yang kini menjadi Paus Leo XIV, melakukan perjalanan ke daerah-daerah terpencil di Manokwari dan Sorong pada 2003. Kegiatan itu merupakan bagian dari kunjungan kanonik selama lima hari sebagai pemimpin Ordo Santo Agustinus, yang dikenal karena komitmennya terhadap persekutuan dan pelayanan.
Umat Katolik Indonesia dengan gembira menyambut Paus Leo XIV, Paus pertama dari Amerika Utara, dari Ordo Santo Agustinus. Ia diharapkan akan melanjutkan warisan pendahulunya, dengan memprioritaskan kaum miskin dan terpinggirkan, serta mempromosikan persatuan dalam Gereja Katolik.
Christine Sedik, seorang Katolik berusia 23 tahun dari Sorong, Papua Barat, yang kini tinggal di Jawa Barat, menyampaikan doa syukur. Ia merasa bersyukur terutama karena paus baru tersebut pernah mengunjungi kampung halamannya. “Saya berharap Paus Leo akan memimpin Gereja Katolik menuju masa depan yang lebih baik, dengan visi yang, seperti pendahulunya, merangkul kaum miskin dan terpinggirkan,” katanya pada Jumat 9 Mei.
Robert Francis Prevost, yang kini menjadi Paus Leo XIV, melakukan perjalanan ke daerah-daerah terpencil di Manokwari dan Sorong pada 2003. Kegiatan itu merupakan bagian dari kunjungan kanonik selama lima hari sebagai pemimpin Ordo Santo Agustinus, yang dikenal karena komitmennya terhadap persekutuan dan pelayanan.
Vikaris Jan Pieter Fatem, yang mendampinginya dalam misi tersebut, mengenang Prevost sebagai "seorang pria yang rendah hati dan pendiam, sekaligus pendengar yang baik." "Kita dapat melihat bahwa ia menekankan persatuan dalam gereja dan persatuan hati, yang hanya dapat dicapai melalui cinta dan kasih sayang," kata vikaris Agustinian itu kepada The Jakarta Post. Ia merujuk pada motto episkopal Paus, yang diilhami oleh khotbah tentang persatuan Kristen oleh Santo Agustinus. Jan Pieter menambahkan, umat Katolik di Papua mengharapkan Paus yang baru akan menarik perhatian global terhadap konflik yang sedang berlangsung di Papua. "Umat Katolik di Sorong berdoa agar ia dapat menjadi mediator dalam ketegangan yang meningkat di Papua, dengan mendorong dialog yang berakar pada martabat manusia," katanya.
Pendeta Yosua Kristinus Guntur yang bertugas di Bogor, Jawa Barat, mengutip yang ia renungkan dari misa pertama Paus Leo pada hari Jumat. Saat itu, Paus mengingatkan umat beriman bahwa "Gereja adalah rumah bagi semua orang dan harus menjadi wadah bagi mereka yang mencari perdamaian." Ia juga mencatat pentingnya pilihan nama Paus Prevost, karena Paus Leo XIII dikenal sebagai pelopor gereja menuju modernitas. "Saya ingin melihat bagaimana Paus Leo XIV menangani isu-isu mendesak saat ini, seperti perang dagang dan komunitas LGBT," kata Yosua.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.