TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

IPO, puncak kebijakan hilirisasi

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Thu, April 6, 2023

Share This Article

Change Size

IPO, puncak kebijakan hilirisasi This stock photo shows a worker at a nickel smelter in Sorowako, South Sulawesi, on Aug. 1, 2019. (Shutterstock/Kaisarmuda)
Read in English

P

enawaran umum perdana saham (Initial Public Offering atau IPO) oleh dua perusahaan nikel di Bursa Efek Indonesia menjadi bukti bahwa kebijakan hilirisasi sudah semakin maju.

Baik PT Trimegah Bangun Persada milik Harita Group maupun PT Merdeka Copper Gold, di bawah bendera Merdeka Copper Gold, sama-sama bergerak di bisnis pengolahan nikel. Masuknya mereka ke bursa, bulan ini, jika sesuai rencana, akan secara signifikan berkontribusi terhadap keseluruhan volume IPO di Bursa Saham Indonesia tahun ini.

Kedua perusahaan berniat menggalang dana total US$1.2 miliar melalui IPO. Besarnya dana menunjukkan bahwa investor dan pemerintah sama-sama antusias menghadapi kebijakan hilirisasi.

Kenyatannya, yang terjadi tidak selamanya begitu. Bahkan justru sebaliknya.  

Pada 2012, keluar keputusan menteri berdasarkan Undang-Undang Pertambangan 2009 terkait hilirisasi. Keputusan tersebut melarang ekspor mineral mentah yang belum diproses. Larangan tidak berlaku untuk perusahaan yang bisa mengajukan rencana konkret penyempurnaan produk di dalam negeri. Peraturan tersebut menyebabkan industri sempat bergejolak, para pengusaha siap menentang melalui jalur hukum.

Beberapa pengusaha mengajukan proposal pembangunan smelter. Namun sedikit yang akhirnya terwujud. Bisa saja mereka berharap ide hilirisasi akan tenggelam dengan sendirinya jika tidak dibahas.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Kenyataannya, peraturan jalan terus. Pemerintah akhirnya berhasil memaksakan pembangunan fasilitas pengolahan, di tengah kendala konsesi dan beragam hal pemicu keterlambatan. Keberhasilan yang tercatat terutama untuk industri nikel, dengan modal besar, sebagian besar dari China, digelontorkan ke beberapa proyek pembangunan smelter di seluruh Indonesia.

Faktanya, masih diperlukan puluhan miliar dolar lagi untuk investasi pada pabrik pengolahan nikel, tembaga, dan mineral lainnya agar ada nilai tambah sekaligus untuk memasok kebutuhan industri dalam negeri. Juga masih dibutuhkan puluhan miliar lagi untuk membangun industri dalam negeri itu sendiri.

Bagaimana pun, IPO menunjukkan sinyal positif penerimaan dari sektor swasta yang awalnya menentang keras kebijakan hilirisasi.

Dunia mulai bergeser ke moda transportasi listrik (electric vehicle atau EV), tepat setelah pemerintah Indonesia pertama kali menyusun rencana hilirisasi. Untuk Indonesia, elektrifikasi jelas bermakna penting, mengingat Indonesia adalah produsen sekaligus pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.

Bisa jadi, tanpa urgensi yang terjadi karena tren kendaraan listrik membutuhkan bahan olahan dari Indonesia, pendekatan agresif pemerintah terkait pengolahan nikel tidak berjalan.

Ini juga akan menjadi masa ketika hanya sedikit negara yang peduli pada perdagangan bebas. Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization atau WTO) tak kuasa bertindak, hanya mengawasi saja ketika pemerintah di seluruh dunia sekadar memikirkan kepentingan negaranya sendiri terkait ekspor dan impor.

Akhir tahun lalu, WTO memutuskan mendukung Uni Eropa memprotes kebijakan hilirisasi di Indonesia pada 2020 yang menghentikan ekspor bijih nikel. Jakarta telah mengajukan banding atas keputusan WTO. Kini, ketika proses banding sedang berjalan dan sambil menunggu akhir kasus tersebut, Indonesia memutuskan mengembangkan industri hilir. Keputusan ini seharusnya menciptakan pasar domestik yang begitu besar, sehingga akan menyerap banyak bijih nikel. Alhasil, perusahaan pertambangan nikel hanya akan punya sedikit saja sisa untuk diekspor, itu pun jika diizinkan.

Apa pun hasil akhirnya, Jakarta akan bisa berkata, “Kami kalah, tapi rencana kami berjalan baik.”

Cita-cita pemerintah adalah menjadi pusat dari rantai pasokan EV dunia. Industri domestik akan menjadi ekosistem yang mengerjakan segalanya, dari mulai ekstraksi mineral hingga daur ulang baterai. Memang, kemajuan yang digembar-gemborkan kadang seperti retorika karena investasi asing belum masuk semulus yang diumumkan, seperti yang terjadi juga di industri lain. Bagaimana pun, tak ada keraguan bahwa industri hilir akan terus tumbuh di dalam negeri.

Pertumbuhan ekosistem EV Indonesia dipastikan akan menciptakan lebih banyak peluang IPO di masa depan. Karena itu, investor pasti akan menunggu seraya mencermati kedua perusahaan nikel yang melakukan IPO pertama kali. Kinerja saham mereka akan dilihat sebagai tanda untuk mengetahui posisi Indonesia yang sebenarnya di tengah ambisi hilirisasi.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.