Orang Indonesia yang berpendidikan tinggi, juga para muslim konservatif, sering memandang sebelah mata pada Megawati Soekarnoputri, ketua Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), partai terbesar dalam koalisi yang berkuasa. Sikap tersebut terutama karena sering sekali Megawati mengeluarkan pernyataan yang tampak ditujukan kepada rakyat kebanyakan, golongan masyarakat yang menjadi basis partai politiknya.
Tetapi para pencaci Megawati silakan merasa malu dan kemudian menggigit bibir mereka sendiri jika politisi perempuan paling berpengaruh di Indonesia itu, untuk kedua kalinya dalam sejarah, berhasil dalam pemilihan presiden Indonesia pada Februari 2024.
Sudah jamak dipahami bahwa Megawati berperan penting melambungkan Gubernur Jakarta Joko “Jokowi” Widodo menuju kursi presiden pada 2014, kemudian sekali lagi pada 2019.
Kini, bukan tak mungkin Megawati bagai mencetak hat-trick dalam pertandingan bola jika calon yang dia dukung untuk pemilihan presiden 2024, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, menang dalam pemilihan tahun depan.
Pekan lalu, tepat pada 21 April, saat masyarakat Indonesia merayakan hari Kartini dan menjelang libur Idul Fitri, putri presiden pertama RI Sukarno tersebut, untuk kedua kalinya mengambil langkah politik mengejutkan. Ia mengumumkan sesuatu yang oleh banyak orang dianggap sebagai pertaruhan terbesar dalam karier politiknya, sekaligus sesuatu yang bisa memperkuat statusnya sebagai negawaran sejati.
Mengesampingkan egonya, yang ingin mendukung pencalonan Ketua DPR yang juga putrinya, Puan Maharani, Megawati mengumumkan Ganjar sebagai kandidat terbaiknya untuk memenangkan pemilihan presiden 14 Februari 2024.
Mereka yang cemas bahwa Megawati akan membungkam aspirasi rakyat terbukti salah.
Namun, bisa dibilang ini langkah khas Megawati, jika akhirnya memilih Ganjar. Megawati terkenal tidak pernah terburu-buru memutuskan dan selalu memanfaatkan waktu untuk merenungkan keputusannya dengan cermat sebelum mengambil langkah strategis. Keputusan akhir tentang siapa yang akan menjadi calon presiden ada di tangannya, dan tidak seorang pun berani menentang pilihannya.
Memilih mendukung Ganjar seharusnya menjadi langkah yang mudah karena jajak pendapat publik secara konsisten menempatkan Ganjar di posisi teratas dalam jajaran capres. Berbeda dengan Puan yang hanya menggalang dukungan di bawah 10 persen. Massa akar rumput PDIP juga telah menuntut Megawati segera menunjukkan dukungan pada Ganjar.
Terlepas dari posisi Ganjar yang unggul tak tergoyahkan, Megawati seperti terus menunda mengambil keputusan. Bahkan setelah Presiden Jokowi mengisyaratkan ketidaksabarannya pada kelambanan Megawati dalam memutuskan sosok capres.
Dengan Ganjar dinominasikan oleh PDIP, pemilihan presiden tampaknya akan menjadi ajang tanding tiga jagoan. Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, mewakili kubu oposisi, telah membuktikan dirinya sebagai calon yang serius. Sementara Ketua Gerindra Prabowo Subianto kemungkinan akan mencalonkan diri sebagai presiden, untuk keempat kalinya. Jika demikian, kemungkinan besar Ganjar bisa menang.
Demi tugas mengantarkan kemenangan Ganjar dan PDIP, Megawati sekali lagi mengesampingkan egonya dengan menugaskan Puan menjadi ketua tim pemenangan untuk mengamankan posisi PDIP dalam pemilihan umum 2024. Bukan tugas yang mudah bagi Puan mengingat sudah lama ia menunjukkan ketidaksukaannya pada Ganjar.
Ego adalah tema klise dalam keputusan politik Megawati. Pada 2014, ia memutuskan tidak mencalonkan diri untuk ketiga kalinya setelah kekalahan beruntun dari mantan Menkopolkam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada pemilu 2004 dan 2009. Alih-alih, dia memberi jalan bagi Jokowi untuk maju dalam pemilu.
Kekalahannya dari SBY meninggalkan luka dan selama 10 tahun PDIP memilih memimpin koalisi untuk memastikan mekanisme check and balance berjalan efektif. Bahkan ketika banyak elit PDIP, termasuk sang suami Megawati, Taufik Kiemas, menasihatinya agar memperbaiki hubungan dan bergabung dengan pemerintahan SBY, Mega bersikeras untuk tetap menentang.
Tampaknya kini, setelah berkali-kali berhasil meraih kesuksesan beruntun bagi PDIP, Megawati ingin memainkan peran sebagai negawaran dengan lebih percaya diri.
Banyak orang tidak setuju atau bahkan tidak menyukai langkah-langkah politik Megawati. Bagaimana pun, sulit mengabaikan kontribusinya dalam membangun demokrasi di negara ini.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.