TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Solusi palsu bagi polusi

Editorial Board (The Jakarta Post)
Jakarta
Sat, August 19, 2023

Share This Article

Change Size

Solusi palsu bagi polusi People take pictures of a hazy Jakarta skyline from a high-rise building on June 6, 2023. (Antara/Fauzan)
Read in English

Kita telah mengalami polusi udara selama berbulan-bulan. Pencemaran mengepung kota tanpa ada tanda-tanda akan mereda.

Sejak Mei, Jakarta secara konsisten masuk dalam barisan 10 kota dengan udara paling tercemar di dunia. Data tersebut dikeluarkan oleh perusahaan teknologi pengukur kualitas udara Swiss, IQAir. Dalam beberapa minggu terakhir, Jakarta duduk di posisi puncak daftar tersebut, akibat status “tidak sehat” selama beberapa hari berturut-turut dalam indeks kualitas udara.

Musim kemarau sering dituduh jadi biang keladi meningkatnya polusi udara di ibu kota sepanjang tahun ini. Memang, musim panas berkontribusi pada polusi, karena mengurangi curah hujan yang bisa menghilangkan polutan dari langit. Apalagi, tahun ini El Niño diperkirakan menyebabkan kondisi atmosfer menjadi lebih kering.

Tetapi, kita tidak boleh mengabaikan akar masalahnya. Penyebab polusi yang utama adalah kendaraan dan pembangkit listrik tenaga batu bara yang mengeluarkan zat berbahaya. Hingga kini, pejabat pemerintah hanya menawarkan solusi yang sangat tidak memadai, atau bahkan salah, untuk masalah pencemaran udara kota.

Ketika polusi udara Jakarta kembali menjadi berita utama tahun ini, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta warga beralih dari kendaraan yang bersistem pembakaran konvensional ke kendaraan listrik (electric vehicle atau EV). Dia katakan bahwa kendaraan berbahan bakar bensin dan diesel adalah sumber polusi terbesar, lalu mengklaim jika konversi massal ke EV dapat menyelesaikan masalah untuk selamanya.

Tetapi beralih ke EV jadi solusi nyata jika pembangkit listrik yang mengisi daya kendaraan berasal dari sumber bahan bakar yang cukup bersih. Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat telah mencatat bahwa meskipun EV tidak mengeluarkan emisi knalpot, tapi listrik yang digunakan untuk mengisi dayanya tetap dapat melepaskan karbon dan menjadi bentuk polusi lainnya.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Dalam kasus Indonesia, sebagian besar listrik kita berasal dari batu bara, yang mengeluarkan polutan seperti nitrogen oksida dan PM2.5. Paparan polutan yang terlalu lama dapat merusak sistem pernapasan. Setidaknya ada 16 pembangkit listrik berbahan bakar batu bara yang mengelilingi Jakarta, menghasilkan listrik sekaligus memompa asap dan partikel berbahaya yang harus dihirup warga setiap hari.

Pembangkit listrik itulah pencetus polusi tak henti-hentinya di Jakarta. Sebuah laporan tahun 2020 dari Pusat Penelitian dan Energi dan Udara Bersih (the Center for Research and Energy and Clean Air atau CREA) menemukan bahwa emisi dari pembangkit listrik dan kompleks industri di wilayah Banten dan Jawa Barat adalah kontributor utama polusi udara ibu kota.

Laporan tersebut menyoroti dampak PLTU Batubara Suralaya di Banten. Meskipun terdapat pembatasan aktivitas publik dan lalu lintas terkait COVID-19, pembangkit listrik tetap beroperasi seperti biasa selama masa penelitian. Emisinya terbawa angin ke Jakarta dan menyebabkan tingginya tingkat polutan PM2.5 di ibu kota.

Polusi biasanya meningkat pada malam hari, ketika konsumsi listrik mencapai puncaknya. Itulah kondisi udara Jakarta yang terekam oleh seorang pilot, dalam video yang baru-baru ini viral.

CREA memperkirakan bahwa polusi udara menjadi penyebab atas sekitar 2.500 kematian dini per tahun di Jabodetabek. Selain itu, polusi juga menyebabkan masalah kesehatan lainnya seperti penyakit kekebalan tubuh, pernapasan, dan kardiovaskular. Polusi lintas batas dari pembangkit listrik tenaga batu bara di Jabodetabek merugikan Jakarta dan sekitarnya sekitar Rp5,1 triliun ($333 juta dolar Amerika) setiap tahun.

Namun pemerintah masih terus membebankan tanggung jawab kepada rakyat, agar terus berkorban guna membendung polusi. Seorang pejabat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan secara khusus bertanya, apakah orang bersedia beralih ke bensin yang beroktan lebih tinggi yang lebih mahal, atau EV, untuk membantu mengurangi polusi.

Pejabat itu mengabaikan fakta bahwa penduduk Jabodetabek setiap hari sudah berkorban untuk bertahan hidup di kota. Kita tidak hanya harus menghirup udara yang tercemar. Banyak dari kita juga harus tetap melakukan perjalanan lima hari seminggu. Padahal, kita tahu banyak pekerjaan dapat dilakukan dari jarak jauh, yang akan mengurangi polusi secara signifikan.

Kota kita ini layak mendapat solusi yang lebih baik. Sudah waktunya pemerintah berhenti mengajukan jalan keluar yang salah. Marilah melihat dengan jujur dan berani menatap akar masalah, sebelum lebih banyak orang mati karena tercekik badai polusi yang membayangi kita.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.