TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Mitra setara di sektor mineral utama

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Tue, September 19, 2023

Share This Article

Change Size

Mitra setara di sektor mineral utama Electrifying: The Esemka Bima EV electric car, produced by automotive company Esemka, is displayed at the Indonesia International Motor Show in Jakarta on Feb. 16, 2023. (AFP/Adek Berry)
Read in English

M

araknya kendaraan listrik (electric vehicle atau EV) telah memicu kompetisi global dalam hal pengumpulan mineral penting. Tiba-tiba semua negara mencari mineral penting. Upaya-upaya menguasai cadangan mineral-mineral penting dengan segera telah menciptakan kemitraan antara negara-negara penghasil mineral dengan negara-negara produsen EV.

Sebagai pemasok utama mineral-mineral penting tersebut, Indonesia telah berusaha agar bisa selaras dengan negara-negara produsen kendaraan listrik besar, termasuk Amerika Serikat dan China. Saat kunjungan Wakil Presiden AS Kamala Harris ke Indonesia belum lama ini, Presiden Joko “Jokowi” Widodo secara resmi mengundang AS untuk menyusun perjanjian terkait mineral penting, serupa dengan kesepakatan yang telah dicapai AS dengan Jepang dan mitra lainnya.

Perjanjian mineral penting AS adalah perjanjian perdagangan bebas terbatas yang dirancang untuk menyertakan negara-negara pilihan AS dalam insentif yang ditawarkan oleh Undang-Undang Pengurangan Inflasi AS. Perjanjian juga dibuat untuk membentuk rantai pasokan EV yang kuat. Namun, sebetulnya tujuan awalnya adalah memasukkan Jepang dan Uni Eropa, yang sudah menjadi mitra dagang tetapi belum sepenuhnya memiliki perjanjian perdagangan bebas.

Seiring waktu, terdapat kritik bahwa perjanjian yang ditandatangani AS dengan mitranya masih belum mencukupi, karena tidak melibatkan produsen nikel besar seperti Indonesia, Filipina, dan Rusia. Masalahnya, AS lebih tertarik memasukkan negara-negara yang sudah punya hubungan dagang erat, atau negara yang secara geografis lebih dekat, ke dalam rantai pasokan kendaraan listriknya.

Perwakilan Dagang AS Katherine Tai mengatakan bahwa negara-negara ASEAN bisa saja dimasukkan ke dalam rantai produksi AS. Namun siapa yang masuk pertama kali, masih belum pasti. Dengan segala alasan yang dapat diterima, bisa disimpulkan bahwa pintu kerja sama dengan AS belum sepenuhnya tertutup bagi Indonesia, tetapi kesempatannya juga tidak terbuka lebar.

Karena itu, Indonesia harus terus mencari kemitraan lain yang menguntungkan dan membentuk kelompok mitra sendiri untuk mengembangkan industri EV Indonesia.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Para kritikus mengatakan bahwa investasi besar China pada industri nikel di Indonesia mungkin jadi hambatan besar dalam menjalin kemitraan dengan AS. Perusahaan-perusahaan China telah banyak berinvestasi dalam fasilitas penyulingan, termasuk pabrik pelindian asam bertekanan tinggi (high-pressure acid leach atau HPAL) pertama di Indonesia, yang memproduksi nikel kelas satu untuk digunakan sebagai material EV. Pabrik yang berlokasi di Pulau Obi, Maluku Utara ini merupakan perusahaan patungan antara Harita Nickel dari Indonesia dan Lygend Resources dari China.

Adanya investasi besar China dalam industri pengolahan nikel bisa jadi membuat AS berpikir bahwa China akan mendapat keuntungan jika AS menandatangani perjanjian perdagangan mineral dengan Indonesia.

Namun, adalahi pernyataan yang berlebihan jika dikatakan bahwa Indonesia hanya berpihak pada China. Bagi Jokowi dan para pembantunya, siapa pun yang berminat menjalin kemitraan dengan Indonesia, akan disambut hangat. Negara ini, misalnya, telah menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dengan perusahaan Korea Selatan seperti Hyundai dan LG untuk mengembangkan produksi EV lokal yang terus naik.

Dengan Australia, Indonesia telah menjalin kesepakatan awal untuk mengembangkan nikel dan litium, yang berpotensi menjadi kemitraan global untuk produksi baterai EV.

Peluang serupa pasti terbuka bagi AS dan negara lain. Namun, seperti halnya kemitraan baik lainnya, harus ada kesetaraan dalam posisi Indonesia dan siapa pun mitra yang menandatangani kesepakatan bisnis. Misalnya, bagaimana Indonesia bisa dianggap sebagai mitra yang setara dan saling menguntungkan jika hanya dilihat sebagai bagian dari ASEAN? Jika Amerika benar-benar ingin berbisnis dengan Indonesia, Amerika harus mengakui Indonesia, produsen nikel terbesar di dunia, sebagai mitra sejajar.

Pemerintah Indonesia mungkin telah bertindak berlebihan dengan menerapkan berbagai larangan untuk melindungi mineral-mineral utamanya. Memang, cara yang diterapkan mungkin kurang elegan untuk menaikkan posisi tawar Indonesia di hadapan mitra potensial.

Namun jika tidak ada mitra utama yang tertarik pada potensi Indonesia selain China, maka akan sangat sulit untuk menolak kerja sama dengan negara tersebut.

Indonesia harus mempertimbangkan laju perkembangan industri nikel jika dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lain di ekosistem EV. Jika Indonesia terlalu bersemangat mengeksplorasi semuanya saat ini, ketika permintaan terhadap nikel sedang tinggi, cadangannya mungkin akan segera habis, bahkan sebelum Indonesia dapat mengembangkan manufaktur EV dan memproduksi baterainya sendiri.

Mungkin bukan ide yang buruk untuk membiarkan semua berjalan sewajarnya saja, tanpa eksploitasi berlebihan, sampai ada pihak yang mengajukan penawaran kerja sama yang lebih baik dengan Indonesia.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.