TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Lindungi generasi muda dari jeratan utang

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Wed, September 20, 2023 Published on Sep. 19, 2023 Published on 2023-09-19T12:24:05+07:00

Change text size

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Lindungi generasi muda dari jeratan utang Online borrowing is gaining popularity in Indonesia, as it is now easy for people to use the internet to access funds. There are 28 financial technology (fintech) start-ups that are already registered with the Financial Services Authority (OJK). (Shutterstock/File)
Read in English

T

ingginya tingkat gagal bayar pada platform buy now pay later (BNPL yang artinya beli sekarang, bayar nanti) telah menimbulkan kekhawatiran di tingkat pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Gagal bayar di BNPL mencapai 6,78 persen dari nilai pinjaman yang terutang dalam semester pertama tahun ini. Jumlahnya lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan kasus gagal bayar di bank yang sebesar 2,44 persen.

Sebagian orang mungkin melihat angka gagal bayar itu sebagai kewajaran, dan menganggap hal itu sekadar dinamika bisnis pinjaman online yang berisiko dan berbunga tinggi. Namun, setiap pembayaran yang gagal sebenarnya penting bagi individu yang terjebak dalam pinjaman macet ini.

OJK mengingatkan bahwa fintech sudah terhubung dengan sistem keuangan umum. Setiap gagal bayar di BNPL akan dicatat dalam database bersama yang dikelola OJK, yang bernama SLIK. Data di SLIK dibagikan antar lembaga keuangan lain, seperti bank dan perusahaan keuangan.

Secara teori, bahkan hanya gagal bayar sebesar Rp 200.000 ($13,02 dolar Amerika) dapat menghambat seseorang untuk mengakses pinjaman semacam kredit kendaraan atau kredit rumah yang nilainya ratusan kali lipat. Alternatifnya, jika pun memperoleh kredit untuk rumah atau kendaraan, bunga yang dikenakan akan lebih tinggi. Alasannya, nasabah yang pernah gagal bayar adalah peminjam berisiko tinggi.

Memang benar, tingkat gagal bayar BNPL hanya mencakup 0,35 persen dari total portofolio kredit di industri keuangan pada pertengahan tahun 2023. Namun, penggunanya mencakup hampir sepertiga dari jumlah pemilik rekening kredit di Indonesia.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Punya banyak masyarakat yang tidak dapat lagi mengakses pinjaman dapat berdampak buruk bagi pertumbuhan kredit di masa depan. Dan, akhirnya berdampak pada perekonomian secara keseluruhan.

Selain kredit kendaraan dan kredit rumah, penting untuk dicatat bahwa sebagian, atau banyak, masyarakat yang menggunakan pinjaman untuk tujuan produktif, misalnya untuk memulai bisnis.

Di luar urusan perbankan, beberapa laporan berita lokal menunjukkan bahwa perusahaan telah memanfaatkan data SLIK untuk menyaring pelamar kerja baru. Data digunakan untuk mencegah merekrut karyawan yang terjerat kredit macet, yang dikhawatirkan mengganggu tugas sehari-hari.

Jika di masa depan gagal bayar berdampak pada lapangan kerja, maka risikonya akan jauh lebih mengkhawatirkan bagi perekonomian Indonesia.

Lebih lanjut, data OJK menunjukkan bahwa pada bulan April, hampir separuh pengguna default BNPL berusia 20 hingga 30 tahun, termasuk dalam kelompok milenial dan Gen Z. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan tentang cara platform BNPL menganalisa kelayakan kredit peminjamnya.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar setengah dari mereka yang berada pada rentang usia tersebut berpenghasilan kurang dari Rp2 juta per bulan, di bawah rata-rata gaji pekerja nasional yang sebesar Rp2,89 juta per bulan.

Penggunaan skor kredit, yang menyederhanakan penilaian kredit, merupakan berkah bagi industri. Namun, perkembangan terkini menunjukkan bahwa skor kredit tidaklah cukup, dan platform BNPL harus lebih berhati-hati.

Jika perlu, OJK harus mempertimbangkan untuk mewajibkan platform BNPL agar mematuhi standar kehati-hatian tertentu. Misalnya semacam yang dilakukan otoritas terhadap perusahaan asuransi saat menerima nasabah.

Hal ini penting mengingat sasaran BNPL adalah pinjaman konsumtif. Artinya, dalam banyak kasus, peminjam mengambil keputusan belanja tanpa berpikir panjang. Hal itu terjadi terutama jika konsumen tidak menyadari bahwa mereka membeli barang menggunakan daya beli semu, karena pada dasarnya mereka tidak punya uangnya.

Sosialisasi dan edukasi tentang BNPL sepertinya tidak akan efektif dalam meningkatkan kesadaran konsumen di zaman sekarang ini. Mereka tidak butuh jargon. Diperlukan tindakan lebih lanjut dari OJK dan platform BNPL untuk menahan laju tren ini.

Jika dilakukan dengan benar, layanan BNPL dapat menjadi lebih dari sekadar menyeret masyarakat ke dalam jerat utang. BNPL sesungguhnya dapat membantu mereka secara bertahap membangun catatan kredit, mulai dari pinjaman kecil.

Catatan kredit akan berfungsi layaknya dasar anak tangga untuk mengakses pembiayaan yang lebih besar di masa depan. Lembaga keuangan dapat mempertimbangkan keberhasilan nasabah melunasi utang di masa lalu saat memutuskan pencairan pinjaman baru yang lebih besar.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.

Share options

Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!

Change text size options

Customize your reading experience by adjusting the text size to small, medium, or large—find what’s most comfortable for you.

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!

Continue in the app

Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.