TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Pentingnya siap siaga bencana

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Fri, January 5, 2024

Share This Article

Change Size

Pentingnya siap siaga bencana Residents shelter inside a plastic greenhouse after being evacuated in the city of Wajima, Ishikawa Prefecture, on Jan. 2, 2024, a day after a major 7.5 magnitude earthquake struck the Noto region in Ishikawa prefecture. Japanese rescuers battled against the clock and powerful aftershocks on Jan. 2 to find survivors of a major earthquake that struck on New Year's Day, killing at least 48 people and causing widespread destruction. (AFP/Jiji Press)
Read in English

M

ari mendoakan masyarakat dan pemerintah Jepang yang terkena dampak gempa bumi berkekuatan 7,6 skala Richter, sekaligus tsunami, yang terjadi pada hari pertama 2024.

Bencana ini terjadi hanya beberapa hari setelah kita memperingati 19 tahun gempa bumi dan tsunami raksasa di Samudera Hindia. 19 tahun lalu, Jepang bergabung dengan banyak sukarelawan dari seluruh dunia untuk membantu Indonesia membangun kembali Aceh, wilayah yang paling terkena dampak saat bencana tersebut.

Jepang juga berperan penting dalam membantu masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah untuk bangkit kembali setelah gempa dahsyat pada 2016.

Hingga Kamis 4 Januari, lebih dari 50 orang dilaporkan hilang. Tim penyelamat Jepang juga masih berjuang untuk mencapai lokasi tempat ratusan warga yang masih belum terjangkau bala bantuan, tiga hari setelah gempa yang menewaskan sedikitnya 78 orang itu. Pencarian korban selamat terus dilanjutkan karena lebih dari selusin komunitas masih terisolasi akibat tanah longsor dan jalan yang tertutup.

Dari liputan berita, kita bisa melihat betapa cepatnya sistem peringatan dini bekerja di Jepang. Kita lihat juga betapa masyarakatnya merespon secara efisien. Kita dapat membayangkan bahwa kerusakan yang diakibatkan oleh bencana tersebut akan jauh lebih parah jika sistem peringatan dini tersebut tidak berjalan atau gagal dieksekusi.

Setelah gempa pada Senin sore, peringatan gempa dan tsunami dikomunikasikan melalui telepon dan ditampilkan di layar televisi. Penduduk di wilayah tertentu di pantai disarankan agar segera mengungsi.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Pada Senin malam, pemerintah Jepang telah memerintahkan lebih dari 97.000 orang di sembilan prefektur di pantai barat pulau utama Jepang, Honshu, untuk meninggalkan rumah mereka dan pergi ke tempat yang lebih aman. Mereka akan bermalam di gedung olah raga dan gedung serba guna di sekolah-sekolah, yang biasa digunakan sebagai pusat evakuasi dalam keadaan darurat.

Melihat itu, kita bagai diingatkan betapa lemahnya sistem peringatan dan tanggap darurat bencana di Indonesia, bahkan setelah tsunami Aceh pada 2004.

Setelah gempa berkekuatan 7,5 skala Richter melanda Sulawesi Tengah pada 28 September 2018, banyak yang mengkritik cara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencabut peringatan tsunami hanya 30 menit setelah guncangan awal.

Peringatan tsunami yang berulang kali dikirimkan kepada warga melalui layanan pesan singkat mungkin tidak sampai ke tangan warga karena gempa telah melumpuhkan saluran listrik yang berimbas pada putusnya jalur komunikasi. Sangata disayangkan, tidak ada sirene di sepanjang pantai.

Menurut laporan tahun 2018, sistem peringatan dini tsunami di Indonesia saat ini terdiri dari jaringan 170 stasiun broadband seismik, 238 stasiun akselerometer, dan 137 alat pengukur pasang surut.

Menurut BMKG, sistem yang diterapkan saat ini “sangat terbatas”.

Baru-baru ini, kita menyaksikan kematian tragis 23 pencinta alam yang sedang mendaki Gunung Marapi di Sumatera Barat, ketika gunung tersebut meletus. Nyawa mereka mungkin bisa diselamatkan jika pihak berwenang menutup gunung berapi tersebut untuk segala aktivitas manusia. Sayangnya, pejabat setempat masih tetap memberikan izin pendakian meski sudah ada peringatan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Bank Dunia telah mengidentifikasi bahwa wilayah timur dan barat Pulau Jawa, wilayah pesisir Pulau Sumatera, sebagian wilayah Sulawesi bagian barat dan utara, serta wilayah tenggara pulau Papua sangat rentan terhadap berbagai bahaya iklim. Secara keseluruhan, lembaga keuangan internasional tersebut memperkirakan bahwa 40 persen dari 270 juta lebih penduduk Indonesia berada dalam risiko bencana.

Pulau Jawa bagian barat dan timur, yang merupakan pulau terpadat di Indonesia, merupakan wilayah yang paling rentan terhadap dampak bencana geologi dan hidrometeorologi.

Terletak di lokasi yang dikenal sebagai Cincin Api Pasifik, posisi kepulauan Indonesia adalah di persimpangan tiga lempeng tektonik utama. Karena itu, negara ini rentan terhadap letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tsunami.

Sungguh mengejutkan ketika BMKG pada 2016 mengatakan bahwa terdapat 22 pelampung peringatan tsunami, yang ditempatkan di perairan Indonesia setelah tsunami 2004, kini tidak berfungsi lagi. Kerusakan terjadi akibat pencurian dan vandalisme.

Uang memang sangat penting dalam pencegahan bencana. Namun, uang tidak akan membantu jika tidak ada pendidikan dan kesadaran soal bencana.

Ada risiko di balik kekayaan sumber daya alam Indonesia. Seperti yang telah berkali-kali kita saksikan, ada harga yang harus dibayar untuk kekayaan itu. Kita harus siap sebelum, saat, dan setelah bencana terjadi. Kesiapsiagaan terhadap bencana alam harus menjadi bagian dari karakter kita.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank you

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.