TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Tidak ada yang gratis di dunia

Pangan bisa menjadi isu sensitif, khususnya di Indonesia. Jika melakukan kesalahan dalam hal ini, pemerintah akan kehilangan banyak dukungan politik.

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Wed, February 28, 2024

Share This Article

Change Size

Tidak ada yang gratis di dunia Students of LSM Edukasi Dasar, Depok, enjoy their mid-morning meal provided by parents and the school. (JP/Wienda Parwitasari )
Read in English
Indonesia Decides

Kampanya pemilu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagian besar hanya fokus pada satu isu saja. Karena itu, ketika hasil hitung cepat menunjukkan kemenangan mereka saat ini, sangat wajar jika masyarakat akan sangat mencermati ide program mereka.

Para wartawan mempertanyakan cara yang ditempuh pemerintahan mendatang untuk memenuhi janji mereka yang berani, yaitu memberi makan siang dan susu gratis di sekolah kepada puluhan juta anak usia sekolah di seluruh nusantara. Pertanyaan juga diajukan untuk janji memberi nutrisi tambahan bagi ibu hamil dan balita.

Kubu Prabowo punya banyak waktu untuk menghitung angka-angka yang tepat bagi program semacam itu. Namun, setelah lewat hari pemungutan suara, baru kita semua menyadari bahwa beberapa warga masyarakat mungkin harus menunggu hingga bertahun-tahun sebelum makan siang gratis disajikan untuk mereka.

Tugas memberi makan siang tersebut begitu besar. Bahkan tim kampanye Prabowo mempertimbangkan untuk mendirikan kantor menteri koordinator baru yang khusus didedikasikan untuk program tersebut.

Tentu saja, yang membuat banyak orang bertanya-tanya saat ini bukan hanya cara program ini dilaksanakan. Muncul pertanyaan terkait pendanaannya.

Memang, sekarang program ini direncanakan akan diluncurkan secara bertahap, dan tidak ditawarkan secara nasional sejak awal. Meski begitu, program ini diperkirakan memerlukan biaya antara Rp100 triliun hingga Rp120 triliun pada tahun awal pelaksanaan, dan kemudian membutuhkan Rp460 triliun per tahun setelah dijalankan secara penuh pada 2029.

Tim Prabowo telah berusaha untuk menghilangkan kekhawatiran mengenai pendanaan. Mereka menyarankan pembentukan kemitraan lokal untuk mengurangi beban anggaran negara. Tetap saja, hal ini masih menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Terutama, terkait referensi tim soal “sumber [anggaran] lain” yang tidak diungkapkan serta amandemen peraturan yang belum ditentukan.

Para penggagas rencana ini memuji inisiatif tersebut sebagai cara mendukung pertumbuhan PDB dan membuka lapangan kerja. Namun, menghitung dampak ekonomi secara keseluruhan bukan hal yang mudah. Sebagai sebuah negara, kita tidak akan bisa secara tiba-tiba memproduksi atau mengonsumsi sesuatu yang butuh dana sebanyak itu.

Agaknya, anak-anak akan makan lebih banyak di sekolah dan lebih sedikit di rumah. Dengan melibatkan seluruh logistik, dampak bersih terhadap PDB sulit ditentukan, terutama ketika pertimbangan juga harus memperhitungkan alokasi sumber daya jangka panjang..

Masalah limbah juga mengkhawatirkan. Berbeda dengan makanan yang disajikan di rumah, orang tua tidak dapat memastikan anak-anak mereka makan dengan baik dan menandaskan isi piring mereka di sekolah. Di sisi lain, hal ini dapat menjadi peluang bagi sekolah untuk meningkatkan kesadaran mengenai pola makan sehat dan manfaat makanan yang sesungguhnya. Sekolah mungkin dapat melakukannya dengan lebih baik dibandingkan kebanyakan orang tua rumah tangga, dengan asumsi mereka mempunyai kapasitas untuk mengambil peran tersebut.

Terdapat juga risiko pemborosan, bahan makanan yang rusak hingga jadi limbah, dalam pendistribusian karena sejumlah besar bahan harus diangkut dan dipindahkan di kondisi cuaca tropis. Oleh karena itu, logistik rantai dingin yang tepat harus menjadi bagian dari pengaturan besar-besaran yang diperlukan untuk meluncurkan program makan siang gratis. Sistem logistik cold chain akan melibatkan transportasi produk yang aman dan terjamin dengan mempertahankan persyaratan suhu.

Yang terakhir, terdapat risiko pemborosan finansial, sehingga transparansi dan pengawasan sangat penting untuk mencegah korupsi. Transparansi juga penting untuk memastikan nilai gizi yang dijanjikan dapat terpenuhi. Kita tidak butuh generasi pemakan mie instan.

Tingginya biaya maupun tantangan implementasi tidak boleh menghalangi pemerintahan Prabowo untuk menjalankan program ini. Lagipula, jutaan pemilih telah memberikan suara mereka bagi pasangan Prabowo-Gibran karena janji tersebut. Namun, penting untuk memahami secara jernih besarnya tugas memberi makan siang gratis ini.

Pangan bisa menjadi isu sensitif, khususnya di Indonesia, sehingga jika melakukan kesalahan dalam hal ini, pemerintah akan kehilangan banyak dukungan politik.

Untungnya, Indonesia dapat belajar dari pengalaman banyak negara lain yang telah menawarkan makan siang gratis di sekolah. Tentu dengan tetap mempertimbangkan kondisi domestik di negara ini.

Pangan adalah hak asasi manusia, dan menawarkan makan siang gratis di sekolah-sekolah negeri akan sangat membantu memastikan bahwa anak-anak dapat memanfaatkan hak tersebut. Dan hak ini terlepas dari kondisi keuangan keluarga.

Sementara itu, nutrisi tambahan untuk balita dan ibu hamil akan membantu negara ini mencapai kemajuan dalam upaya jangka panjang untuk mengakhiri stunting. Tetap saja, hal ini perlu dibarengi dengan langkah-langkah tambahan, seperti meningkatkan akses terhadap air bersih dan memperbaiki sanitasi di daerah-daerah tertinggal.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.