TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Meragukan naiknya suara PSI

Menurut beberapa ahli, peningkatan drastis suara PSI bertentangan dengan hasil hitung cepat yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei kredibel. Hasil hitung cepat memproyeksikan bahwa partai tersebut hanya memperoleh kurang dari 3 persen suara.

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Wed, March 6, 2024

Share This Article

Change Size

Meragukan naiknya suara PSI Indonesian Solidarity Party (PSI) chairman Kaesang Pangarep (left) simulates ballot casting during a campaign event in Kediri, East Java, on Jan. 23, 2024. Kaesang encouraged voters to cast their ballots for presidential candidate pair Prabowo Subianto and Gibran Rakabuming Raka. (Antara/Prasetia Fauzani)
Read in English
Indonesia Decides

Meningkatnya perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) secara tiba-tiba, saat penghitungan riil hasil pemilu 2024 sedang berlangsung, telah memicu protes. Kenaikan suara tersebut juga memunculkan kecurigaan masyarakat. Di tengah tuduhan maraknya kecurangan yang mengganggu pemilu, sudah sepantasnya Indonesia menuntut transparansi. Jika tidak, kredibilitas dan legitimasi pemilu jadi taruhannya.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), yang merupakan lembaga yang bertanggung jawab memastikan pemilu legislatif dan presiden berjalan bebas dan adil, berulang kali membantah adanya kemungkinan terjadinya kecurangan dalam pemilu. Namun, sulit untuk mempercayai penghitungan suara PSI yang meningkat, karena sejak awal partai tersebut banyak berkelit dari norma-norma pemilu.

Persatuan partai-partai politik di Dewan Perwakilan Rakyat, yang peduli pada hal ini, berhak mendorong penggunaan hak angket, untuk menyelidiki apa yang disebut sebagai “kecurangan pemilu berskala besar”. Penyelidikan ini, jika terwujud, juga harus mencari penjelasan atas peningkatan perolehan suara PSI yang terjadi pada menit-menit terakhir sebelum pengumuman resmi.

Kegagalan dalam memberikan cukup bukti untuk meredakan kekhawatiran masyarakat akan menambah persepsi bahwa pemilu pada bulan Februari adalah pemilu terburuk yang pernah terselenggara di Indonesia, sejak negara ini mengalami transisi menuju negara demokrasi pada 1999.

PSI membuat banyak orang terkejut ketika proporsi hitungan suaranya tiba-tiba meningkat dari antara 2,6 dan 2,8 persen menjadi 3,13 persen hanya dalam beberapa hari. Jumlah kenaikan mendekati 4 persen suara yang dibutuhkan untuk mengirim wakil ke DPR. Tidak ada partai pendatang baru yang pernah melewati ambang batas suara minimal, sejak kebijakan ini diterapkan pada pemilu 2009.

Menyebut diri sebagai partai untuk orang muda, PSI menciptakan serangkaian kontroversi menjelang pemilihan umum. Mereka menyambut masuknya putra bungsu Presiden Joko “Jokowi” Widodo, Kaesang Pangarep, sebagai anggota pada September 2023. Dua hari kemudian, Kaesang ditunjuk sebagai ketua baru. Mereka juga menyatakan dukungannya terhadap pencalonan Prabowo Subianto sebagai presiden. Sikap ini bertentangan dengan perlawanan mereka terhadap mantan jenderal tersebut pada pemilu 2019.

Beberapa ahli mengatakan bahwa peningkatan drastis suara PSI berbeda dengan hasil hitung cepat yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei kredibel. Hasil hitung cepat memproyeksikan bahwa partai tersebut hanya memperoleh kurang dari 3 persen suara. Semakin besar kesenjangan antara hasil hitung cepat dan penghitungan suara riil PSI, semakin besar kekhawatiran adanya kesalahan signifikan, baik di lembaga survei maupun dalam proses penghitungan suara yang riil.

Investigasi terhadap kemungkinan kecurangan pemilu tidak boleh bertujuan untuk mendelegitimasi hasil pemilu bulan lalu, seperti tuntutan beberapa orang. Namun, pada saat yang sama, kita harus memastikan bahwa tidak ada manipulasi pemilu yang tidak terdokumentasikan atau dibiarkan begitu saja tanpa sanksi.

Banyak yang menduga bahwa Presiden Jokowi menggunakan kekuasaannya untuk membantu PSI meraup suara lebih banyak. Ia menyatakan keyakinannya bahwa partai tersebut, yang dipimpin putra bungsunya, akan memenuhi syarat untuk menjadi anggota DPR. Berbicara kepada media sebelum berangkat ke Melbourne, pada Senin 4 Maret, Jokowi menyarankan agar masyarakat meminta penjelasan atas dugaan kecurangan tersebut kepada KPU dan PSI.

Kecurigaan masyarakat bisa dimaklumi karena Jokowi, melalui sikap intervensinya yang disebut sebagai cawe-cawe, membantu Prabowo dan pasangannya Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, mendominasi pemilu presiden.

Dan kecurigaan tersebut bukannya tanpa bukti yang kuat, untuk menentang pendapat beberapa pejabat tinggi pemerintah. Mereka yang meragukan integritas pemilu telah mengumpulkan sejumlah besar data untuk mendukung argumen mereka. Dan keraguan tersebut patut ditanggapi dengan serius.

KPU dan Bawaslu harus berhenti meremehkan kritik yang beredar di masyarakat. Mereka harus berhenti bersikap seolah-olah mereka tidak tahu apa-apa tentang pengumpulan atau pengolahan data. Kedua lembaga negara tersebut harus membuka data pemilu kepada publik dan membiarkan mereka memverifikasi sendiri.

Masyarakat berhak mendapat kesempatan untuk memantau adanya penyimpangan dalam proses pemilu. Pemerintah, KPU, dan Bawaslu, semua bertanggung jawab untuk membuktikan dugaan kecurangan secara transparan dan kredibel.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.