TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Persatuan dalam keberagaman

Tema yang terus berulang dalam sejarah pascakemerdekaan negara ini adalah bahwa hanya melalui persatuan di antara elit politik, rakyat, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI), maka Indonesia bisa membebaskan diri dari belenggu kolonialisme.

Editorial Board (The Jakarta Post)
Jakarta
Fri, August 16, 2024

Change text size

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Persatuan dalam keberagaman People buy decorations in the red and white colors of the national flag on a street in Jakarta on Aug. 11, 2024, ahead of Indonesia's 79th Independence Day on August 17. (AFP/Yasuyoshi Chiba)
Read in English

Tema persatuan selalu menjadi slogan utama perayaan tahunan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Yang terus digaungkan berulang kali dalam sejarah pascakemerdekaan negara ini adalah bahwa hanya melalui persatuan di antara elit politik, rakyat, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI), Indonesia berhasil membebaskan diri dari belenggu kolonialisme.

Namun, saat ini, tampaknya persatuan adalah hal langka, justru ketika negara ini bersiap untuk merayakan ulang tahun kemerdekaannya yang ke-79.

Dalam keadaan normal, berita tentang mantan presiden Megawati Soekarnoputri yang tidak hadir di upacara Hari Kemerdekaan nyaris terabaikan karena tidak jadi berita utama. Lagipula, di masa lalu, ia telah melewatkan acara serupa beberapa kali.

Baru-baru ini, dikabarkan Megawati lagi-lagi memutuskan tidak menghadiri upacaya Hari Kemerdekaan di ibu kota negara masa depan, Nusantara (IKN). Keputusan itu terasa berbeda dengan rencana ketidakhadirannya sebelum ini. Kali ini, penolakan Megawati untuk hadir di upacaya kemerdekaan terasa seperti upaya perlawanan. IKN adalah proyek kesayangan Presiden yang akan lengser, Joko "Jokowi" Widodo.

Sejak Presiden Jokowi mendukung pencalonan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang sekarang menjadi presiden terpilih, dan menunjuk putranya sendiri Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden Prabowo, hubungan pribadi antara Megawati dan Presiden telah berada di titik terendah. Kemenangan Prabowo dan Gibran mengorbankan Ganjar Pranowo dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Dan dengan adanya kemungkinan dua menteri yang dulu diajukan Megawati akan diganti dalam perombakan kabinet yang akan datang, sulit untuk mengharapkan hubungan mereka dapat pulih dalam waktu dekat.

Penolakan Megawati untuk bergabung dalam perayaan Hari Kemerdekaan di Nusantara juga terjadi setelah Presiden Jokowi unjuk kekuatan, jika bukan pamer persatuan, pekan lalu.  Saat itu, Presiden menggelar rapat kabinet lengkap di IKN. Hampir semua menteri hadir, termasuk Prabowo.

Namun bisa jadi para menteri kabinet tidak punya pilihan selain berangkat ke Nusantara. Terutama setelah apa yang terjadi pada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, yang mundur dari posisi Ketua Umum Partai Golkar pada malam sebelumnya. Dan tentu saja ada ancaman perombakan kabinet, yang telah dibicarakan selama berbulan-bulan, untuk mengintimidasi agar partai politik tunduk saja pada yang berkuasa.

Bagi partai-partai di luar koalisi yang berkuasa, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat, perombakan kabinet akan memberi mereka akses ke kekuasaan. Inilah masalahnya, terutama jika kita ingin demokrasi kita berfungsi penuh.

Kita sudah melihat yang terjadi dalam proses pencalonan kandidat untuk pemilihan kepala daerah. Kandidat yang lebih populer dan berkualitas dikesampingkan demi individu-individu yang disukai oleh koalisi Indonesia Maju (KIM), yang merupakan koalisi yang berkuasa.

Dan bagi partai politik seperti PDI-P, yang telah mencalonkan sejumlah kandidat kuat untuk menjadi lawan kandidat KIM dalam pemilihan kepala daerah November kelak, kita dapat memperkirakan nasibnya. Partai tersebut akan segera kehilangan kursi mereka di kabinet, sebagai bentuk hukuman.

Bagi partai-partai seperti PDI-P yang tidak lagi disukai Presiden, perombakan ini hanya akan memperkuat tekad mereka dalam melawan koalisi yang berkuasa.

Kita sudah mendengar adu kata-kata kasar, antara pimpinan PDI-P dan pendukung Presiden.

Kenyataan yang menyedihkan tentang situasi ini adalah bahwa PDI-P sekarang menjadi satu-satunya suara yang menentang pemerintah yang berkuasa. Hal itu merupakan berita buruk bagi demokrasi.

Seharusnya, agar demokrasi dapat berfungsi, ada lebih banyak suara penentang yang harus didengar. Lebih jauh, tidak boleh ada bujukan atau ancaman yang dapat mempengaruhi pendapat siapa pun.

Kekuatan bangsa tidak hanya terletak pada persatuannya tetapi juga pada keberagaman. Saat ini, di Indonesia, kita menghadapi risiko kehilangan keberagaman dalam politik.

Setiap politisi dan partai politik harus bebas memperjuangkan ide-ide dan platform politik mereka. Mereka bebas mendiskusikan gagasan tanpa tekanan.

Tujuh puluh sembilan tahun setelah kemerdekaan, negara ini layak mendapatkan yang lebih baik ketimbang rasa persatuan yang dibungkus kepalsuan.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.

Share options

Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!

Change text size options

Customize your reading experience by adjusting the text size to small, medium, or large—find what’s most comfortable for you.

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!

Generating Questionnaires

Thank You

Thank you for sharing your thoughts.
We appreciate your feedback.