Prabowo nampaknya akan tetap menggunakan pendekatan primus inter pares yang rendah hati seperti para pendahulunya.
residen terpilih Prabowo Subianto tahu betul bahwa ASEAN kerap jadi bahan selorohan. Slogan "tumbuh bersama, sejahtera bersama" serta prinsip "konsensus" dan "nonintervensi", yang sering diucapkan oleh para pemimpin ASEAN, telah menjadi klise dan tak ada habisnya diolok-olok di antara para pengkritik blok beranggotakan 10 negara tersebut.
Terlepas dari ketidaksempurnaannya, nilai-nilai ASEAN merupakan alasan utama organisasi tersebut telah tumbuh dari kelompok kecil dan lokal menjadi salah satu organisasi regional yang paling sukses.
Sebagai menteri pertahanan, Prabowo telah menjelaskan bahwa ia ingin Indonesia memainkan peran yang lebih menentukan dalam urusan ekonomi, politik, dan keamanan global. Keinginan itu dilandasi kenyataan bahwa Indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim terbesar, sekaligus negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Indonesia juga anggota Kelompok 20 (G20) ekonomi terbesar di dunia.
Namun, salah satu kebijakan luar negeri utamanya adalah condong ke ASEAN.
Keanggotaan Indonesia dalam G20 telah mendorong negara-negara ASEAN lainnya untuk meningkatkan posisi internasional mereka.
Lihat saja Malaysia dan Thailand. Mereka telah menyatakan niat untuk bergabung dengan kelompok informal BRICS, yaitu kelompok negara-negara ekonomi berkembang yang didirikan oleh Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Malaysia melihat keanggotaan dalam BRICS sebagai peluang untuk terlibat dalam multilateralisme yang kian hari kian meningkat. Sementara, tujuan Thailand adalah menambah peran kepemimpinannya di antara negara-negara berkembang.
Sementara itu, Singapura telah menjadi model pemerintahan yang baik, juga contoh penegakan hukum dan pendidikan yang berkualitas. Negara-negara tetangganya belajar dari pulau republik kecil itu, meskipun mereka sering enggan mengakuinya.
Banyak yang mungkin tidak menyadari tekad yang konsisten dari para pemimpin Indonesia, khususnya mendiang Presiden Soeharto, untuk tetap bersikap rendah hati dan menjadi primus inter pares. Idiom tersebut artinya kurang lebih “yang pertama di antara yang sederajat”. Padahal Indonesia adalah anggota pendiri ASEAN. Indonesia juga anggota ASEAN yang terbesar berdasarkan PDB, populasi, dan wilayah.
Prabowo diharapkan mempertahankan tujuan-tujuan ini setelah ia mengambil alih jabatan Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada 20 Oktober yang akan datang.
Bagaimana pun, Prabowo telah memperkenalkan tradisi diplomatik yang baru bagi ASEAN. Ia mengunjungi negara-negara tetangga Indonesia, bertemu dengan Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, Presiden Laos Thongloun Sisoulith dan Perdana Menteri Sonexay Siphandone, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan ayahnya sekaligus pendahulunya Hun Sen, yang sekarang menjadi presiden Senat.
Prabowo juga singgah sebentar di Bangkok untuk menghadiri jamuan makan malam yang diselenggarakan oleh mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra. Thaksin ditemani oleh putrinya, Perdana Menteri yang baru dilantik, Paetongtarn. Ia kemudian mengakhiri lawatan tiga harinya pada 7 September dengan kunjungan ke Kuala Lumpur. Di sana, ia bertemu Perdana Menteri Anwar Ibrahim dan Sultan Ibrahim Ismail.
Biasanya, pemimpin negara di ASEAN mengunjungi mitra regional mereka setelah dilantik. Lawatan ASEAN yang dilakukan Prabowo bertujuan untuk meyakinkan sesama anggota bahwa Asia Tenggara akan tetap menjadi inti kebijakan luar negeri pemerintahannya selama lima tahun ke depan.
Namun, ia juga bercita-cita agar Indonesia memiliki peran yang lebih aktif dalam spektrum yang lebih luas, mulai dari ekonomi hingga urusan politik dan keamanan.
Semua anggota bersifat setara di ASEAN, yaitu mengambil keputusan didasarkan pada konsensus dan mengikuti prinsip nonintervensi. Aktivis hak asasi manusia sering mengkritik kedua prinsip ini. Di sisi lain, banyak orang Indonesia menginginkan suara negara mereka lebih berbobot karena negara ini memang terbesar di ASEAN.
Namun, ASEAN juga telah menunjukkan bahwa mereka bisa bersikap keras, seperti dalam pendiriannya terhadap junta militer Myanmar. Setelah kudeta berdarah Februari 2021, junta menggulingkan pemerintah sipil yang dipilih secara demokratis. ASEAN sangat mengkritisi hal ini, terlepas dari lambatnya kemajuan mereka dalam masalah ini.
Banyak yang menduga bahwa Prabowo, mantan jenderal Angkatan Darat, akan lebih berempati pada penguasa Myanmar saat ini, Jenderal Min Aung Hlaing. Padahal, junta militer menindas penduduk sipil Myanmar dengan kejam.
Namun, mari berkeyakinan bahwa sang presiden terpilih akan menghormati konsensus ASEAN. Karena itu, ia akan membatasi keterlibatan pemerintah militer Myanmar dari acara resmi apa pun, hingga negara itu memenuhi janji memulihkan perdamaian dan demokrasi di sana.
ASEAN telah berhasil menciptakan platform untuk dialog dan penyelesaian sengketa di antara para anggotanya. Dialog bahwa dilakukan dengan negara nonanggota. Langkah tersebut diambil sebagai mekanisme untuk mencegah konflik dan menjaga stabilitas regional.
Dari pendahulunya yang telah berkontribusi pada pertumbuhan ASEAN di tengah kondisi dunia yang tak pasti, Prabowo mewarisi praktik terbaik selama puluhan tahun. Prabowo hanya perlu mempertahankan tradisi tersebut.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.