TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Mehrtens bebas. Bagaimana dengan Papua?

Mehrtens menjadi korban konflik dan sikap keras kepala pemerintah yang selama ini menggunakan pendekatan keamanan untuk menangani masalah Papua.

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Thu, September 26, 2024 Published on Sep. 25, 2024 Published on 2024-09-25T18:59:10+07:00

Change text size

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Mehrtens bebas. Bagaimana dengan Papua? New Zealand pilot Phillip Mehrtens (left), who was kidnapped by an armed rebel group in Papua in February 2023, poses for a selfie with a police officer on Sept. 21, 2024, following his release at a press conference in Timika, Papua. Mehrtens has been released from captivity and is in good health despite the 19-month ordeal. (AFP/Handout/Cartenz Peace Operation)
Read in English

S

etelah menyandera pilot Susi Air Phillips Mehrtens di hutan selama 594 hari, tanpa memberi tahu keluarganya tentang keselamatan sang pilot, para pemberontak bersenjata di  Papua akhirnya membebaskan warga negara Selandia Baru itu pada 21 September lalu. Alih-alih menunjukkan rasa penyesalan, mereka malah bertindak seolah-olah mereka adalah juru selamat.

Namun, mengingat kompleksitas konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun di tanah yang kaya akan sumber daya alam tersebut, kita tidak dapat serta merta menyalahkan para pemberontak jika bersikap seperti itu.

Kebebasan Mehrtens merupakan kebahagiaan yang luar biasa bagi istri, anak, kerabat, dan sahabatnya. Semoga Mehrtens dan keluarganya segera memulai hidup baru dengan dukungan penuh dari banyak pemangku kepentingan, termasuk pemerintah Selandia Baru dan Susi Air, tempat ia bekerja hingga ia ditawan. Pemulihan fisik dan psikologis pilot berusia 38 tahun itu mungkin lebih sulit dari yang dibayangkan banyak orang.

Pada 7 Februari 2023, ia diculik setelah pesawat yang ditumpanginya mendarat di Nduga. Wilayah ini dikenal sebagai kubu kelompok pemberontak Organisasi Papua Merdeka (OPM). Tepat setelah menurunkan penumpang dan sebelum menjemput 15 pekerja konstruksi untuk terbang kembali, ia disergap oleh kelompok bersenjata. Mereka juga membakar pesawatnya. Nduga berada di dataran tinggi Papua, dan hanya dapat diakses melalui udara.

Sejak saat itu, pilot tersebut menjadi korban konflik dan perilaku keras kepala pemerintah, yang selama ini mempertahankan pendekatan keamanan untuk menangani masalah Papua.

Banyak pilot asing yang bekerja untuk perusahaan penerbangan atau misi keagamaan di daerah terpencil Papua. Pekerjaan tersebut dihindari oleh rekan-rekan mereka yang asli Indonesia karena medan wilayah yang sulit dan kurangnya fasilitas umum. Penculikan Mehrtens dan pembunuhan pilot Selandia Baru lainnya Glen Malcolm Conning pada 6 Agustus lalu, yang diduga dilakukan oleh para pemberontak, menunjukkan betapa berbahayanya bekerja di Papua.

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters menggambarkan negosiasi pembebasan Mehrtens sebagai sesuatu yang menegangkan. “Kami selalu khawatir bahwa kami mungkin tidak berhasil. Hal tersulit dalam lingkungan tanpa rasa saling percaya adalah membangun rasa percaya itu.” Secara intensif, ia menjalin kerja sama dengan banyak pemangku kepentingan di Jakarta dan Papua.

Perdana Menteri Christopher Luxon menyambut baik pembebasan tersebut. “Saya menghargai semua pihak di Indonesia dan Selandia Baru yang telah mendukung hasil positif bagi Phillip dan keluarganya ini,” katanya.

Pembebasan Mehrtens membuktikan bahwa negosiasi lebih baik ketimbang penggunaan kekerasan. Operasi gabungan militer dan polisi telah dilancarkan untuk memburu anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB), sayap militer OPM, yang menyandera Mehrtens di Nduga. Operasi semacam itu sering kali justru memaksa warga sipil meninggalkan rumah mereka karena takut menjadi korban penyiksaan dan intimidasi.

Pada 2022, Badan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutip "pelanggaran berat terhadap penduduk asli Papua, termasuk pembunuhan anak-anak, penghilangan paksa, penyiksaan, dan pemindahan massal penduduk". PBB mendesak Indonesia untuk membuka akses kemanusiaan tanpa batas ke wilayah paling timur negara itu.

Pemberontakan bersenjata kecil-kecilan telah melanda Papua, sementara aspirasi untuk merdeka dari Indonesia terus terdengar, di tengah ketidakadilan sosial ekonomi yang dialami rakyat. Papua tetap menjadi wilayah termiskin dan paling tidak berkembang di Indonesia, meskipun sumber daya alamnya sangat kaya. Triliunan dana otonomi khusus telah dikucurkan ke Papua sejak 2002, tetapi indeks pembangunan manusianya tetap yang terendah di negara ini.

Ketika Mehrtens bersatu kembali dengan keluarganya, saat itulah pemerintah perlu mempromosikan dialog sebagai upaya membawa perdamaian abadi ke Papua. Penegakan hukum wajib dilakukan, terutama bagi para pelaku serangan fatal terhadap Conning. Penegakan hukum juga akan mencegah tindakan kekerasan terhadap warga sipil. Adanya penegakan hukum akan menghentikan penyalahgunaan dana pembangunan dan memastikan keadilan ditegakkan.

Tuntutan untuk merdeka dan perbedaan pendapat akan terus tumbuh di Papua jika pemerintah gagal melindungi orang Papua. Mereka, seperti Mehrtens, telah mendambakan kebebasan. Jika Mehrtens bisa bebas dari tawanan, rakyat Papua harusnya bebas dari kemiskinan, marginalisasi, dan diskriminasi.

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.

Share options

Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!

Change text size options

Customize your reading experience by adjusting the text size to small, medium, or large—find what’s most comfortable for you.

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!

Continue in the app

Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.