TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

Disatukan takdir

Indonesia dan Malaysia masih terus berselisih soal batas wilayah maritim. Perselisihan tersebut harus dikelola dengan hati-hati untuk mencegah perbedaan pendapat memanas, menjadi keretakan hubungan diplomatik yang serius.

Editorial board (The Jakarta Post)
Jakarta
Tue, February 4, 2025

Change text size

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Disatukan takdir President Prabowo Subianto (right) and his Malaysian counterpart Anwar Ibrahim (left) walk across the connecting bridge of the Petronas Twin Towers on Jan. 27, 2025, during the President's visit to Malaysia, in Kuala Lumpur. (Reuters/Hasnoor Hussain)
Read in English

 

Kematian seorang pekerja migran Indonesia, baru-baru ini, di tangan otoritas Malaysia, semakin menyoroti kompleksitas hubungan Indonesia-Malaysia.

Sebagai negara tetangga yang terkait oleh ikatan sejarah, budaya, dan ekonomi yang mendalam, kedua negara harus mengelola interaksi diplomatik mereka dengan penuh kehati-hatian dan penuh perhitungan soal masa depan. 

Berulang kali, berkobar ketegangan akibat perselisihan di perbatasan, masalah pekerja migran, dan gesekan dalam perdagangan. Tetapi, seharusnya peristiwa-peristiwa tersebut tidak menghambat kepentingan strategis yang lebih besar, yang dimiliki Indonesia dan Malaysia.

Seruan Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini untuk dibentuknya jalinan hubungan diplomatik istimewa antara Indonesia dan Malaysia, mungkin mirip dengan yang dijalani Amerika Serikat dan Inggris. Sudah waktunya, dan sudah seharusnya demikian. 

Viewpoint

Every Thursday

Whether you're looking to broaden your horizons or stay informed on the latest developments, "Viewpoint" is the perfect source for anyone seeking to engage with the issues that matter most.

By registering, you agree with The Jakarta Post's

Thank You

for signing up our newsletter!

Please check your email for your newsletter subscription.

View More Newsletter

Tidak seperti negara-negara ASEAN lain yang menjaga hubungan yang ramah tetapi formal, Indonesia dan Malaysia punya landasan unik yang harus dimanfaatkan untuk kolaborasi yang lebih erat. Landasan unik tersebut melampaui sekadar jalur diplomasi, karena kita punya keterkaitan sejarah, kesamaan bahasa, dan kedekatan budaya dengan Malaysia. Dengan begitu, kemitraan yang lebih kuat tidak hanya logis tetapi juga sudah selayaknya.

Secara ekonomi, Indonesia dan Malaysia merupakan pilar kembar industri minyak kelapa sawit global. Dua negara tersebut menguasai sekitar 85 persen pasokan dunia.

Kedua negara saat ini sama-sama sedang menghadapi pengawasan yang semakin ketat dari pasar Barat, yang risau atas masalah lingkungan dan ketenagakerjaan. Karena itu, adanya aliansi persatuan dalam melobi badan perdagangan internasional sekaligus mendorong regulasi yang lebih adil akan menguntungkan kedua negara.

Di luar sektor ekonomi, kedua negara merupakan pemain penting di ASEAN, juga di belahan bumi selatan yang lebih luas.

Karena lingkungan geopolitik semakin kompleks, poros Indonesia-Malaysia yang kuat dapat berkontribusi dalam kepemimpinan yang sangat dibutuhkan di kawasan tersebut. Suara kolektif dua negara atas isu-isu seperti perubahan iklim, pembangunan ekonomi, dan keamanan dapat memperkuat peran ASEAN dalam urusan global. Hal itu sekaligus memastikan bahwa Asia Tenggara tetap menjadi pemain kunci, dan bukan sekadar pengamat pasif, dalam pengambilan keputusan internasional.

Akan menjadi sikap yang baik jika Malaysia juga meminta saran kepada Indonesia terkait keketuaannya di ASEAN.

Kerja sama keamanan merupakan pilar penting lain dari hubungan bilateral. Selat Malaka tetap menjadi salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia. Dan kesibukan itulah yang menjadikannya jalur vital bagi perekonomian kedua negara. Memastikan keamanan maritim yang bebas pembajakan dan aktivitas ilegal di wilayah itu memerlukan koordinasi yang erat. Terutama karena kawasan ini terus terpengaruh dampak buruk jaringan perdagangan manusia dan narkoba.

Meski Indonesia dan Malaysia masih terus berselisih soal batas wilayah maritim, seharusnya perselisihan tersebut dikelola dengan hati-hati untuk mencegah perbedaan pendapat meningkat menjadi keretakan hubungan diplomatik yang serius.

Inti dari hubungan bilateral dua negara adalah nasib jutaan pekerja migran Indonesia di Malaysia. Penganiayaan dan eksploitasi terhadap pekerja Indonesia telah lama menjadi sumber ketegangan. Penembakan baru-baru ini bukanlah kejadian satu-satunya. Selama dua dekade terakhir, tercatat terdapat 75 kasus pekerja Indonesia yang telah ditembak oleh otoritas Malaysia.

Pemerintah Indonesia harus mengambil sikap yang lebih tegas dalam menuntut akuntabilitas, sekaligus bekerja sama dengan Malaysia untuk menetapkan jalur hukum yang lebih jelas bagi para pekerjaan migran. Mengatur status pekerja ilegal akan menguntungkan kedua negara dalam hal meminimalkan perdagangan manusia dan pelanggaran hak buruh.

Perlu dicatat juga bahwa kedekatan Presiden Prabowo dengan Malaysia lebih dalam dari retorika diplomatik biasa. Karena menghabiskan sebagian masa kecilnya di negara tersebut saat ayahnya menjalani pengasingan politik, Prabowo punya pemahaman pribadi tentang negara dan rakyat Malaysia. Latar belakang yang unik ini dapat memengaruhi pendekatannya terhadap hubungan Indonesia-Malaysia, membuatnya lebih cenderung untuk mencapai perjanjian jangka panjang yang lebih berharga dibandingkan perbaikan diplomatik jangka pendek.

Sudah demikian lama hubungan antara kedua negara ini dibentuk oleh diplomasi reaktif dan bukan kolaborasi proaktif. Yang sering dilakukan adalah manajemen krisis. Pendekatan semacam ini harus diubah. Hubungan istimewa seharusnya tidak hanya menjadi sekadar slogan, tetapi menjadi sebuah kerangka kerja untuk keterlibatan berkelanjutan. Dan kerangka kerja itu dibangun atas rasa saling menghormati dan visi strategis jangka panjang.

Langkah ke depan akan tergantung pada cara kita menjalani kesamaan takdir yang kita punya. Dengan berjalan meninggalkan masa lalu kelam dan fokus pada tujuan bersama, Indonesia dan Malaysia dapat menjalin hubungan yang memperkuat ASEAN, meningkatkan ketahanan ekonomi, dan memastikan perdamaian serta kemakmuran bagi rakyat kedua negara.

Masa depan dengan kerja sama yang lebih luas bukan sekadar keinginan, tapi merupakan sebuah keniscayaan. 

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.

Share options

Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!

Change text size options

Customize your reading experience by adjusting the text size to small, medium, or large—find what’s most comfortable for you.

Gift Premium Articles
to Anyone

Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!

Continue in the app

Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.