TheJakartaPost

Please Update your browser

Your browser is out of date, and may not be compatible with our website. A list of the most popular web browsers can be found below.
Just click on the icons to get to the download page.

Jakarta Post

40 tahun meliput kebangkitan lalu kemunduran demokrasi RI

Yvette Tanamal (The Jakarta Post)
Premium
Jakarta
Wed, April 26, 2023

Share This Article

Change Size

40 tahun meliput kebangkitan lalu kemunduran demokrasi RI President Joko "Jokowi" Widodo delivers a speech to members of the Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI-P) in this undated photograph. (Tempo/Marifka Wahyu Hidayat)
Read in English

“Demokrasi Indonesia termasuk yang paling penting untuk dipahami dan dipertahankan di dunia,” tulis Dan Slater, ilmuwan politik dari Amerika.

Ia tegaskan dalam karya terbarunya di Journal of Democracy bahwa, “Sebagai negara muslim terbesar di dunia, (Indonesia) telah membuktikan bahwa demokrasi dapat muncul dan bertahan dengan cara yang mengejutkan sekaligus di tempat yang mengejutkan, yang bisa jadi pelajaran menarik bagi kemunculan dan ketahanan demokrasi di tempat lain.”

Artikel berjudul “Apa yang Bisa Dipelajari Dunia dari Demokrasi Indonesia” tersebut dapat membangkitkan rasa optimisme berkat penilaiannya yang cukup percaya diri terhadap sistem politik Indonesia di saat negara ini – seperti halnya sejumlah negara demokrasi lainnya – sedang mengalami kemunduran sistem demokrasi dan cenderung mengalami kebangkitan kembali otoritarianisme masa lalu. Namun penilaian Slater tersebut juga merupakan bukti betapa sulit dan menyakitkannya perjuangan demokrasi bagi Indonesia, sekaligus memperlihatkan betapa sangat rapuhnya demokrasi Indonesia selama dua dekade setelah kebangkitannya.

The Jakarta Post, yang berulang tahun ke-40 pada Selasa lalu, dapat membuktikan pendapat tersebut setelah sekian lama melaporkan kebangkitan lalu kemunduran berkala iklim demokrasi bangsa. Semua dilakukan sejak masa kejayaan rezim oligarki Soeharto hingga kemajuan pesat di bawah pimpinan Presiden Joko “Jokowi” Widodo.

Dalam dekade awal, The Jakart Post menjadi saksi rezim Orde Baru Soeharto yang represif. Namun harian ini ternyata berhasil bertahan lebih lama dari era Soeharto dan meliput terselenggaranya lima pemilu demokratis setelah masa pemerintahaan Soeharto berakhir. Pemilu demokratis keenam akan diadakan tak lama lagi, pada Februari tahun depan.

Memang surat kabar ini tidak selalu optimis. Pada 9 November 1998, tim redaksi mempertanyakan apakah pemerintahan BJ Habibie, “yang sering disebut sebagai rezim Soeharto tanpa seorang tua di dalamnya – mampu menyelenggarakan pemilu yang adil”. Namun kepedihan menjalankan demokrasi mengajarkan sesuatu pada kita, yaitu bahwa pemilihan umum yang bebas dan adil adalah salah satu institusi demokrasi terkuat di negara ini, dan hal itu harus dipertahankan.

Liputan pemilu yang disajikan The Jakarta Post berusaha untuk berkontribusi pada tujuan mempertahankan pemilu yang bebas dan adil tersebut.

to Read Full Story

  • Unlimited access to our web and app content
  • e-Post daily digital newspaper
  • No advertisements, no interruptions
  • Privileged access to our events and programs
  • Subscription to our newsletters
or

Purchase access to this article for

We accept

TJP - Visa
TJP - Mastercard
TJP - GoPay

Redirecting you to payment page

Pay per article

40 tahun meliput kebangkitan lalu kemunduran demokrasi RI

Rp 29,000 / article

1
Create your free account
By proceeding, you consent to the revised Terms of Use, and Privacy Policy.
Already have an account?

2
  • Palmerat Barat No. 142-143
  • Central Jakarta
  • DKI Jakarta
  • Indonesia
  • 10270
  • +6283816779933
2
Total Rp 29,000

Your Opinion Matters

Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.

Enter at least 30 characters
0 / 30

Thank You

Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.