“Demokrasi Indonesia termasuk yang paling penting untuk dipahami dan dipertahankan di dunia,” tulis Dan Slater, ilmuwan politik dari Amerika.
Ia tegaskan dalam karya terbarunya di Journal of Democracy bahwa, “Sebagai negara muslim terbesar di dunia, (Indonesia) telah membuktikan bahwa demokrasi dapat muncul dan bertahan dengan cara yang mengejutkan sekaligus di tempat yang mengejutkan, yang bisa jadi pelajaran menarik bagi kemunculan dan ketahanan demokrasi di tempat lain.”
Artikel berjudul “Apa yang Bisa Dipelajari Dunia dari Demokrasi Indonesia” tersebut dapat membangkitkan rasa optimisme berkat penilaiannya yang cukup percaya diri terhadap sistem politik Indonesia di saat negara ini – seperti halnya sejumlah negara demokrasi lainnya – sedang mengalami kemunduran sistem demokrasi dan cenderung mengalami kebangkitan kembali otoritarianisme masa lalu. Namun penilaian Slater tersebut juga merupakan bukti betapa sulit dan menyakitkannya perjuangan demokrasi bagi Indonesia, sekaligus memperlihatkan betapa sangat rapuhnya demokrasi Indonesia selama dua dekade setelah kebangkitannya.
The Jakarta Post, yang berulang tahun ke-40 pada Selasa lalu, dapat membuktikan pendapat tersebut setelah sekian lama melaporkan kebangkitan lalu kemunduran berkala iklim demokrasi bangsa. Semua dilakukan sejak masa kejayaan rezim oligarki Soeharto hingga kemajuan pesat di bawah pimpinan Presiden Joko “Jokowi” Widodo.
Dalam dekade awal, The Jakart Post menjadi saksi rezim Orde Baru Soeharto yang represif. Namun harian ini ternyata berhasil bertahan lebih lama dari era Soeharto dan meliput terselenggaranya lima pemilu demokratis setelah masa pemerintahaan Soeharto berakhir. Pemilu demokratis keenam akan diadakan tak lama lagi, pada Februari tahun depan.
Memang surat kabar ini tidak selalu optimis. Pada 9 November 1998, tim redaksi mempertanyakan apakah pemerintahan BJ Habibie, “yang sering disebut sebagai rezim Soeharto tanpa seorang tua di dalamnya – mampu menyelenggarakan pemilu yang adil”. Namun kepedihan menjalankan demokrasi mengajarkan sesuatu pada kita, yaitu bahwa pemilihan umum yang bebas dan adil adalah salah satu institusi demokrasi terkuat di negara ini, dan hal itu harus dipertahankan.
Liputan pemilu yang disajikan The Jakarta Post berusaha untuk berkontribusi pada tujuan mempertahankan pemilu yang bebas dan adil tersebut.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.