Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi pada hari Senin 8 Januari menampilkan hasil kepemimpinannya selama hampir satu dekade di korps diplomatik Indonesia. Retno membacakan pidato kebijakan tahunan yang sepertinya akan menjadi pidato terakhirnya mewakili kementerian, menjelang transisi kekuasaan pada akhir tahun ini. Ia menampilkan hasil nyata dari doktrin kebijakan luar negeri Indonesia yang berorientasi pada ekonomi.
Menurut Retno, strategi diplomasi Jakarta tidak hanya sekadar terkait bisnis, juga tidak cenderung pasif demi menjaga sikap netral. Hal itu ditegaskan Retno dalam Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri yang dibawakannya di aula bersejarah Gedung Merdeka di Bandung, Jawa Barat. Sebagian pengamat meyakini bahwa pidato itu disampaikan sebagai tanggapan atas kritik yang ditujukan kepada para diplomat Indonesia, menjelang pemilihan presiden dengan tiga kandidat yang akan diselenggarakan bulan depan.
“Kebijakan luar negeri Indonesia tidak bersifat transaksional,” ujar Retno. Ucapannya ini disambut tepuk tangan dari para diplomat lokal dan asing, serta awak media, yang hadir di acara itu.
“Diplomasi Indonesia bersifat terukur, penuh perhitungan, berorientasi pada tindakan dan hasil. Pada saat yang sama, diplomasi Indonesia juga menjunjung tinggi nilai-nilai dan prinsip-prinsip dengan teguh,” tambah Menlu.
Di bawah kepemimpinan Presiden Joko “Jokowi” Widodo, kebijakan luar negeri Indonesia sempat dituduh terlalu berorientasi ke dalam negeri atau terlalu pragmatis secara ekonomi. Akhirnya, kebijakan tersebut mengabaikan pertimbangan politik dan keamanan yang dapat membahayakan reputasi internasional Indonesia.
Namun para analis yakin bahwa pidato berdurasi 40 menit yang disampaikan Retno itu tidak hanya bertujuan untuk memamerkan kesuksesan diplomatik kementeriannya selama sembilan tahun terakhir, tetapi juga untuk menjawab kritik keras terhadap kebijakan luar negeri Jokowi yang sering dinilai lain dari yang lain.
Debat pemilu ketiga yang disiarkan televisi pada Minggu 7 Januari malam memunculkan beberapa kritik terkait kebijakan luar negeri. Terutama ketika calon presiden Anies Baswedan tampak meremehkan kerja para diplomat Indonesia dengan menyatakan bahwa Indonesia telah “absen” dari panggung dunia.
Share your experiences, suggestions, and any issues you've encountered on The Jakarta Post. We're here to listen.
Thank you for sharing your thoughts. We appreciate your feedback.
Quickly share this news with your network—keep everyone informed with just a single click!
Share the best of The Jakarta Post with friends, family, or colleagues. As a subscriber, you can gift 3 to 5 articles each month that anyone can read—no subscription needed!
Get the best experience—faster access, exclusive features, and a seamless way to stay updated.